SiaranDepok.com – Ini adalah kisah Prabu Siliwangi yang masuk Islam. Kemudian, Sunan Gunung Jati, cucu dari keturunannya Menjadi anggota Walisongo.
Prabu Siliwangi yang dikenal sebagai raja yang saleh yang mempunyai saluran listrik dari Banten sampai ke atas Pulau Jawa.
Prabu Siliwangi hidup di awal abad ke-14 dan akhir abad ke-15.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Profesor Uday Hedayat menceritakan cerita masuknya Prabu Siliwangi ke Islam dalam sebuah ceramah.
Diceritakan bahwa pada waktu itu para Ulama sudah ada di Nusantara. Dan hidup dalam damai, aman dan nyaman.
Tidak ada konflik dalam masyarakat dan hidup rukun dan damai. Namun, Prabu Siliwangi mendapatkan sesuatu yang aneh saat memeriksa daerah Karawang.
Saat itu, Prabu Siliwangi bertemu seorang gadis cantik bernama Nyai Subang Larang yang sedang membaca Alquran. Diketahui, Nyai Subang Larang adalah murid Syekh Quro yang bernama asli Syekh Hasanuddin.
Nama tersebut berasal dari waktu dia datang dari Mekah, yang disebut Umm Al-Karu, maka disebut Syekh Karu.
Beliau mendirikan pesantren di Karawang, pesantren karya Syekh Quro masih ada di Karawang. Di antara murid-muridnya ada seorang bernama Nyai Subang Larang, yang saat itu sedang membaca Al-Qur’an.
Maka Prabu Siliwangi meninggal di Nyai Subang Larang. Saat itu, Prabu Siliwangi masih beragama Hindu dan ingin menikahi istrinya yang beragama Islam, Subang Larang.
Datanglah ke surah kedua Al Qur’an, ayat 221: Jangan menikah dengan orang yang tidak beriman.
Hal yang paling menarik dari peristiwa ini adalah bahwa pada saat itu umat Islam memiliki iman yang kuat.
Ketika Prabu Siliwangi menawarkan diri untuk melamar, Nyai Subang Larang menolak. Dia kemudian mengatakan bahwa dia ingin menikah dengan Islam terlebih dahulu.
Prabu Siliwangi berkata pada saat itu bahwa dia siap untuk masuk Islam.
Nyai Subang Larang kemudian menikah dengan Prabu Siliwangi dan dikaruniai tiga orang anak.
Anak pertama bernama Wadirectsang lahir pada tahun 1423. Kemudian pada tahun 1426 lahirlah anak kedua yang diberi nama Larasantang.
Juga pada tahun 1427 seorang putra ketiga bernama Rajasengara lahir.
Dia kemudian menambahkan bahwa Walangsungsang nama diubah menjadi Abdullah Iman sedangkan Larasantang. Nama diubah menjadi Syarifah Mudain.
Dikatakan bahwa keduanya melakukan ekstremitas bawah. Dan ketika mereka selesai, mereka berniat untuk kembali.
Tapi tiba-tiba seorang pria datang dan melihat Syarifah Mudian jatuh cinta.
Syarifah Mudain proposed to her sister Abdullah Iman. Oleh karena itu, pernikahan diperbolehkan.
Pria yang menikah dengan Syarifah Mudain bernama Syarif Abdullah ini berasal dari Mesir.
Setelah akad nikah, Abdullah Iman kembali ke Nusantara dan dipertemukan kembali dengan ayahnya, Prabu Siliwangi.
Setelah kembali ke rumah, Prabu Siliwangi dipanggil Pamenah Rasa Menah Rasa. Setelah itu, dia diberikan alamat sebuah daerah yang sangat acak, nama daerah tersebut adalah Lemah Wungkuk.
Di daerah itu ada campuran suku, ada Tionghoa, ada Arab dan ada penduduk lokal. Mereka hidup dalam damai.
Setelah Islam masuk ke wilayah tersebut, kondisi membaik, meskipun mereka adalah campuran dari beberapa ras.
Mata pencaharian mereka saat itu adalah udang kecil yang dijadikan terasi.
Pembuatannya menggunakan air yang kemudian direbus. Orang menyebutnya ci dan menjadi Cirebon.
Dengan menerapkan nilai-nilai Islam, Abdullah Iman mampu menata kehidupan di sana. Hingga Lemah Wungkook menjadi Cirebon dengan pengelolaan perusahaan yang baik.
Syarif Abdillah, yang kemudian menikah dengan Sharif Madain, kembali ke Nusantara dari Mesir 20 tahun setelah kelahiran seorang anak.
Putranya bernama Syarif Hidayatullah, yang kemudian diberi kekuasaan di Gunung Jati, maka ia dikenal sebagai Sunan Gunung Jati.
Di akhir pemaparan, Ustaz Adi Hidayat menyampaikan bahwa di situlah letak keagungan Islam dengan simbol-simbolnya, yang begitu lazim di seluruh dakwah.
Islam pada waktu itu melalui seruannya menyebar ke seluruh negeri.
