SiaranDepok.com – Pebulu tangkis ganda putri Indonesia, Apriyani Rahayu, yang telah berhasil mendapatkan medali paling bergengsi yakni Olimpiade, beterus terang tidak pernah sekalipun untuk memiliki sifat angkuh.
Apriyani Rahayu untuk informasi, yang memperoleh medali emas pada ajang Olimpiade Tokyo 2020 dan saat itu masih berpasangan dengan Greysia Polii.
Perolehan tersebut masih tidak diduga-duga oleh Apriyani Rahayu karena bisa naik podium tertinggi, mendapat medali emas pada ajang multi cabang olahraga tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam wawancara bersama beberapa media lain pada waktu lalu, Apriyani mengungkapkan pada awalnya tidak pernah bermimpi mendapatkan medali emas.
“Tidak ada, tidak ada sama sekali,” ujar Apriyani.
“Tetapi, pada saat saya sampai di sana dan banyak pelatih, senior-senior kaya bang Ahsan, Ko Hendra, Ko Herry pelatihnya, itu kan kita dikumpulin.”
“Lalu hanya bilang satu kata yang Apri ingat saat itu ‘Olimpiade siapapun bisa juara’. Itu aja yang Apri pegang.”
“Dan itu berjalan aja, tanpa ada pemikiran ‘gue mau juara nih’. Sebenarnya siapa sih yang gak mau juara Olimpiade? Itu Apri singkirin dulu, karena bisa jadi beban sendiri lho.”
“Nah Apri cuma mikir yang biasa Apri kalah bisa menang di sini.” ujar Apri.
Mereka kembali menuai hasil positif di final dengan mengalahkan ganda putri China, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan.
Medali emas pun berhasil dibawa pulang yang menjadi kebanggaan bagi keduanya.
Meski sudah memiliki gelar dari kompetisi paling tinggi, Apri mengaku tidak pernah sekalipun merasa untuk mengubah kepribadian.
Dia menyadari seluruh pencapaian yang didapatkan berasal dari profesinya saat ini sebagai pemain bulu tangkis.
“Saya haya mengingatkan diri saya bahwa saya lahir dari bulu tangkis. Saya dapat ini semua dari bulu tangkis,” ungkap pemain kelahiran Konawe tersebut.
“Jadi mungkin saya berasal dari orang yang tidak ada kali ya, maksudnya jadi pada akhirnya saya menghargai apa yang saya sudah dapatkan tanpa saya harus puas dengan apa yang dapatkan.”
“Tidak harus menjadikan itu kesombongan bagi diri saya, karena (medali) itu susah di dapat, jadi mau buat apa? sombong mau buat apa? setinggi-tingginya kita di dunia ini buat apa?”
“Mungkin lihat dari diri sendiri aja ya jadi begini adanya, gak ada yang terlalu akü harus bagus-bagusin kok.”
“Mungkin dari keluarga yang susah ibaratnya kali ya ibaratnya, jadi gada (yang perlu disombongkan),” tutup Apri.
