Kajian rutin Asmaul Husna yang dibahas hari ini Rabu (05/07/2017) Oleh Dr. Syamsul Yakin, MA adalah Allah Al-Azhim (Yang Maha Agung).
Dalam Kajian yang diikuti oleh redaksi Siarandepok.com tersebut, pengasuh Pondok Pesantren Madinatul Qur’an Indonesia Kota Depok ini menyampaikan bahwa Sesungguhnya setiap detik dalam kehidupan manusia adalah momen alam semesta. Momen itu tak pernah terulangi, apalagi kembali. Sebagai “jagat kecil”, manusia senantiasa berpelukan dengan “sang jagat besar”, yakni alam semesta yang besarnya tiada tara.
Namun sejurus, manusia boleh melempar tanya, keagungan manusia yang membuat terlena atau kebesaran alam semesta yang di luar akal manusia, siapakah yang berkuasa mengaturnya, menggerakkannya, dan bahkan, kelak, berkuasa menghancurkannya? Jawabannya Dialah Allah Yang Maha Agung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dosen Fidkom UI inipun melanjutkan kajiannya bahwa Kekuasaan Allah meliputi langit dan bumi, seperti yang diinformasikan al-Qur’an, “Kursi Allah meliputi langit dan bumi, Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi dan Maha Besar” (QS. al Baqarah/2:225).
“Kekuasaannyalah apa yang ada di langit dan dan apa yang ada di bumi. Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar” (QS. al-Syura/42:4). “Maka, bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Maha Besar” (QS. al-Waqi’ah/56: 14). Ujar Kiai Syamsul Yakin menyampaikan ayat Al-Qur’an.
Lalu Dosen Pasca Sarjana di UIN Syarif Hidyatullah inipun menguji peserta yang hadir dengan memberikan pertanyaan
“Seperti apa luas alam semesta? Manusia tak kuasa menjawabnya. Manusia hanya beroleh sejumput berita. Yakni, di dalam sistem tata surya dikenal ada Galaksi (gugusan bintang) Bimasakti yang terdiri dari sekitar 200 miliar bintang. Bintang adalah benda langit yang bercahaya. Jadi bumi sendiri belum dihitung, karena bukan bintang.
Ini baru gugusan bintang yang dinamai Bimasakti. Padahal di luar Bimasakti, masih terdapat bermiliar-miliar galaksi. Dan diperkirakan terdapat 1.000 triliun planet dan bintang. Semua Allah atur dan berjalan sesuai orbitnya dengan kecepatan kira-kira 65.000 kilometer per detik. terang Kiai Syamsul Yakin
Dirinya melanjutkan “Di mana semua benda langit itu Allah tempatkan? Padahal benda-benda langit itu sangat besar, bahkan ada yang besarnya ribuan kali dari matahari dan jarak di antara benda-benda langit luar biasa jauhnya”? Manusia beroleh berita, ada benda langit yang jaraknya dari bumi jutaan tahun cahaya. Padahal satu tahun kecepatan cahaya saja adalah sekitar 9.416 miliar kilometer atau setara dengan 10.000 tahun. Bagaimana dengan jarak jutaan tahun cahaya? Tanya Kiai syamsul yakin kepada peserta kajian.
Sungguh, Allah Maha Agung. Dan manusia begitu kecil, begitu kerdil. Tapi manusia tidak tahu atau pura-pura tidak tahu kekerdilan dan kekecilannya.
Penduduk bumi yang saat ini berjumlah lebih dari enam miliar, semua di bawah kekuasaan-Nya. Setiap detik Allah memberi kehidupan, kesehatan, kemampuan berpikir, dan membuat darah tetap mengalir karena disemprotkan jantung. Bayangkan, dengan keagungan Allah, jantung berdenyut 70 kali semenit atau setara dengan 100 ribu kali selama 24 jam. Kerja jantung tak pernah berhenti sejak manusia berusia 4 minggu di rahim ibu. Sejak saat itu, jantung terus-menerus memompa darah sebanyak 5 liter per menit atau setara dengan 1,5 juta gallon selama setahun.
Enam miliar lebih penduduk bumi mendapat perlakuan yang sama. Tentu karena Rahman dan Rahim Allah. Semua diberi makan dan minum. Bayangkan berapa piring makanan yang Allah sediakan untuk memberi makan manusia dalam sehari? Minimal dua belas miliar piring makanan, bila sehari dua kali makan. Belum lagi, berapa miliar liter air yang harus disiapkan Allah untuk memberi minum manusia, baik yang bertakwa atau durjana? Sungguh, manusia memang hina-dina di hadapan Allah, kecuali mereka yang berselendangkan iman dan berbalutkan pakaian takwa.
Di kala duka, manusia rajin berkeluh kesah dan berpesta-pora ketika jaya. Semua malapetaka, musibah, dan bencana alam lebih dianggap sebagai kemarahan Allah. Padahal, apa susahnya kalau itu dipahami sebagai ekspresi kasih sayang Allah sehingga manusia bertobat dan memanjatkan doa.
Kiai Syamsul Yakin pun mengingatkan peserta bahwa sesungguhya Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada umatnya doa di kala susah, menderita, tertimpa bencana. Yakni, dengan mengagungkan Nama-Nya: “Tiada Tuhan selain Allah, yang Maha Besar dan Maha Penyayang. Tiada Tuhan selain Allah, Tuhan Arsy yang Agung. Tiada Tuhan selain Allah: Tuhan langit dan bumi, Pemilik Arsy yang Agung”. (HR. Bukhari-Muslim).
Setelah menjelaskan panjang lebar Keagungan Allah yang terdapat dalam Alam Semesta, Kiai Syamsul yakin menjelaskan Keagungan Allah yang terdapat Dalam al-Qur’an.
Dalam Al-Qur’an kata ‘Azhim, muncul sebanyak seratus kali. Kata ini maksudnya, secara materi, adalah agung karena panjang, lebar, tingginya, atau hal lain yang bisa diverifikasi oleh indera, yang dianggap besar. Bila dikaitkan kepada Allah, bisa dipahami bahwa keagungan Allah itu melebihi keagungan yang agung. Keagungan makhluk bersumber dari keagungan-Nya.
Keagungan Allah itu langgeng, mutlak, tak bertepi, dan tidak bisa diverifikasi manusia. Dalam al-Qur’an, kata ‘Azhim yang merujuk sebagai sifat Allah, selain berdiri sendiri, ada juga yang berangkaian dengan sifat lainnya, seperti al-‘Aliy (Yang Maha Tinggi).
Spektrum al-‘Azhim, seperti yang ditunjukkan al-Qur’an, begitu bersegi banyak. Yakni keagungan al-Qur’an, singgasana Allah, ucapan, kekuasaan Allah, sumpah, kerajaan, siksa, reward and punishment, dosa, anugerah, tentang hari kemudian, korban, kemenangan, sihir Fir’aun, tipu daya wanita, keresahan, kebodohan, tentang gunung, harta kekayaan Karun, berbuat aniaya, dan mengacu kepada keagungan akhlak Rasulullah saw.
Pria yang juga Pengurus MUI Depok ini mengemukakan beberapa cara untuk mengagungkan Allah swt.
Pertama, hendaknya manusia beriman memperbanyak ingat dengan cara berzikir kepada Allah, sebagai ekspresi terima kasih atas apa saja yang telah Allah beri. Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah sebanyak-banyaknya. Bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang” (QS. al-Ahzab/33:41-42). “Sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari” (QS. Alu Imran/3: 41). “Barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati” (QS. al-Hajj/22: 32).
Kedua, salah satu dari mengagungkan Allah adalah dengan bersegera, sesuai kemampuan, untuk melaksanakan ibadah haji. Tentang mengagungkan Allah dalam ibadah haji dan umrah, Allah berfirman, “Sesungguhnya Shafa dan Marwa adalah sebagian dari syiar Allah. Barangsiapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, maka tidak ada dosa baginya” (QS. al-Baqarah/2: 158).
Ketiga, semua makhluk, termasuk hewan ternak adalah perlambang dari keagungan Allah. Karena itu, pada saat melakukan penyembelihan hewan, hendaknya mengagungkan Allah. Firman Allah, “Telah kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagian dari syiar-syiar Allah. Kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat)” (QS. al-Hajj/22: 36).
Keempat, hendaknya manusia mengagungkan apa saja yang dihormati di sisi Allah. Misalnya, tidak berbuat riba, zina, dan minum khamar serta berjudi. Termasuk memakan makanan yang baik dan tidak makan bagkai, darah, daging babi dan anjing. Allah juga begitu menghormati mereka yang tidak mencuri, membunuh, berbuat aniya, dan lainnya. Inilah pernyataan Allah, “Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah, maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya” (QS al-Hajj/22: 30).
Selanjutnya, bagian dari mengagungkan Allah adalah mengagungkan Kitab Allah, seperti penegasan-Nya, “Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan al-Qur’an yang agung” (QS. al-Hijr/15: 87). Sayangnya, kini banyak di antara kita yang menjadikan al-Qur’an sebagai “kitab pusaka”: disimpan di tempat tinggi, dikunci, jadi hiasan, dan baru dibaca kalau ada kematian. Keagungan al-Qur’an telah tergantikan dengan kemajuan sains dan teknologi.
Mengenai hal ini Kiai SyamsulnYakin menyampaikan bahwa Allah memberi peringatan agar manusia hendaknya merujuk kepada al-Qur’an dan tidak mendahului Allah dan rasul-Nya. Firman-Nya, “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mendahului Allah dan rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. al-Hujurat/49:1). Maksud ayat ini, al-Qur’an hendaknya menjadi rujukan. Tidak sepatutnya manusia memutuskan sesuatu yang bertentangan dengan informasi yang Allah sampaikan dalam al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah.
Di Akhir Kajian Asmaul Husna, Kiai Syamsul Yakin berdoa, Semoga kita menjadi hamba Allah Yang Maha Agung atau Abd al-‘Azhim. Yakni, hamba yang Allah perlihatkan keagungan-Nya yang paripurna.*