Hikmah Ramadhan : Puasa dan Kejujuran

- Reporter

Selasa, 30 Mei 2017 - 23:42

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: Dr. Syamsul Yakin, MA, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Rasulullah mengajarkan agar puasa sejatinya mampu menyadarkan sebuah keinsyafan batin yang lebih dalam pada diri manusia. Keinsyafan batin dapat berupa kesadaran bahwa Allah begitu dekat, hadir, dan senantiasa memperhatikan gerak-gerak manusia. Keadaan hati seperti inilah yang disebut para sufi sebagai kenikmatan “pertemuan” dengan Allah, suatu keadaan batin yang diperoleh melalui aktivitas rohaniah manusia. Salah satu aktivitas rohaniah yang bisa mengantarkan kita pada kesadaran akan Ke-Maha-Hadiran Tuhan saat ini adalah puasa. Ya, puasa yang sekarang sedang kita laksanakan.

Tetapi, entah sudah berpuluh kali lamanya kita berpuasa, kesadaran ketuhanan kita masih saja dangkal. Puasa belum mampu melahirkan reformasi spiritual di dalam diri kita. Apakah memang benar puasa dapat membuahkan sikap mental yang paripurna, seperti kejujuran dan kebaikan, misalnya? Betapa strategisnya makna yang dikandung puasa saat ini dimana negeri ini menanti pribadi-pribadi yang amanah untuk mengurus dan mengelola negara-bangsa yang sarat beban ini. Tetapi, sekali lagi, bisakah  puasa kita membuahkan kejujuran, menghasilkan perilaku terpuji, dan menjauhi segala tipu-muslihat terhadap rakyat sendiri?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dalam konteks berbangsa dan bernegara sekarang ini, puasa kita seyogyanya bukan sekadar menjalankan rutinitas tahunan dan romantisme sahur, berbuka, dan tarawih.  Lebih dari itu, puasa kita harus mampu menggusur keangkara-murkaan yang bersarang di dalam diri kita, kemudian bergerak mengoreksi ranah kehidupan sosial, ekonomi, panggung politik, lembaga pengadilan dan aparat keamanan, serta mereka yang memanggul amanah rakyat di lembaga legislatif dan eksekutif.  Puasa, dengan demikian, mematikan potensi sebagai pembohong, pengkhianat, penipu, perampok, curang, dusta, sumpah palsu, manipulasi, dan memperjual-belikan hukum.

Sementara itu, di lapis bawah, coba perhatikan kesemrautan  aparat birokrasi bisa dan biasa kita alami di setiap ranah kekuasaan, dari tingkat RT sampai presiden. Bukan lagi rahasia, semua hajat kita  baru akan lancar jika disertakan di dalamnya (di bawah tangan) uang “imbalan”. Dan biasanya akan pendek umur pekerjaan atau posisi seorang pejabat yang berani bersikap adil, jujur, amanah, tegas, dan profesional. Di pompa bensin, pertokoan, atau ketika kita belanja lalu meminta daftar harga, penjaga toko langsung saja menawarkan kita, bon-nya mau ditulis berapa. Menyedihkan, bila kita harus membenarkan orang yang mengatakan bahwa kejujuran menjadi barang langka dan hanya ditemui di dalam kitab suci. Apa yang salah pada puasa kita?. Dan  mengapa kita belum juga mau sungguh-sungguh menjalankan perintah agama?

Rasulullah mengingatkan, “Sesungguhnya sifat benar membawa kepada kebaikan, kebaikan membawa ke surga. Sesungguhnya yang benar lagi jujur akan digelari Allah dengan siddiq. Sedangkan kebohongan membawa kepada perbuatan dosa, perbuatan dosa membawa pelakunya ke neraka. Laki-laki yang  berbohong  akan digelari Allah dengan kazzab (pembohong)” (HR. Bukhari-Muslim).

Betapa indahnya bila puasa kita telah membuahkan kejujuran, menyingkirkan ketamakan, dan mengedepankan keadilan untuk semua. Kecurigaan anak bangsa kepada penegak hukum seperti jaksa, pengacara, polisi, dan hakim seketika sirna. Karena puasa mereka tak lagi hampa makna, bukan sekedar berlapar-lapar dan dahaga saja tapi telah berbuah kejujuran dan akhlakul karimah. Termasuk kepada para pemimpin di tingkat legislatif dan eksekutif, mereka tak lagi menuai kritik dan goresan tinta hitam, karena telah menjalankan perkara-perkara kenegaraan secara adil, mengangkat pejabat sesuai dengan bidang keahliannya, tak lagi berdasarkanm kedekatan, kekerabatan, atau satu kelompok, partai atau golongan. Bahagia kiranya, bila puasa pemimpin kita berpuasa dapat melakukan pembelaan  kepada mereka yang lemah, tertindas, miskin, dan menjadi korban euforia kebebasan dan demokrasi yang kebablasan. Bersyukur kita, bila Ramadhan tahun ini membuat mereka takut kepada peringatan Allah, “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap yang dulu mereka usahakan” (QS. Yaasin/36: 65).

Bila semua komponen bangsa mampu memetik hikmah puasa setiap tahun, maka krisis berkepanjangan yang menerpa negeri ini lambat-laun bakal berakhir. Cukuplah pertikaian dan saling cakar antar kita menjadi cerita masa lalu yang tak terulangi di masa depan. Saatnya momentum puasa kita jadikan sebagai sarana konsolidasi, rekonsiliasi dan kerja sama membangun puing-puing keretakan akibat mengedepankan egoisme, kesesatan, dan dendam. Puasa harus mampu membangun peradaban yang gilang-gemilang, yang berlandaskan kepada keadilan, kejujuran, dan kebenaran. Inilah yang dinamakan peradaban takwa, berawal dari puasa.

Sabda Nabi Muhammad, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, ihwal tiga bentuk siksaan, patut kiranya menjadi renungan kita sebagai anak bangsa: “Sesungguhnya aku memohon kepada Allah tiga hal. Dua permohonanku diterima dan yang satu ditolak. Aku memohon agar umatku tidak hancur oleh bencana alam, permohonanku diterima; aku memohon agar umatku tidak hancur oleh musuh-musuhnya, permohonanku pun diterima; dan aku memohon agar mereka tidak hancur oleh keganasan sesama mereka, permintaanku ditolak”.

Dengan puasa Ramadhan, dimana semua doa diterima kita mohon agar negeri ini tidak kembali tercabik oleh pertikaian antar kita. Semoga Allah menerima doa kita. Aaamin *

Berita Terkait

Telah Dibuka Pendaftaran Bimbel Persiapan Masuk Ma’had Al-Azhar Cairo Tahun 2025 Bersama Bimbel Primago
SMP Tirtajaya Gelar Isra Mi’raj, Sambut Kemenangan Palestina Dengan Imani Sejarah Isra’ Mi’raj
“SMP Tirtajaya dan Siaran Depok Sepakat Sinergi Promosi Sekolah Berkualitas dan Terjangkau”
Pesantren Leadership Primago adakan Seminar Kepesantrenan Tentang Mendidik Anak di Era Digital & Kunci Sukses dalam Mendidik
Kabid Plt Operasional Disdamkar dan Penyelamat Depok Tanggapi Video Pernyataan Petugas Damkar UPT Cimanggis
8 Daftar Pesantren di Depok untuk Anak, Mana yang Jadi Pilihan Parents?
BKKBN Jawa Barat Akan Menggelar Kegiatan Forum Data Keluarga Provinsi Jawa Barat: Diseminasi dan Rilis Hasil Verifikasi Validasi Data Keluarga Berisiko Stunting dan Pemutakhiran Pendataan Keluarga Provinsi Jawa Barat Tahun 2024
Warga Kota Depok Tidak Perlu Tergantung Musrenbang Untuk Selesaikan Lingkungan RW, Supian Suri Punya Solusinya

Berita Terkait

Rabu, 19 Maret 2025 - 04:35

Gerakan Ayo Peduli Sesama Salurkan Rp 196.000.000,- untuk Program Beasiswa Pendidikan Yatim & Dhuafa di Pesantren Tahun Ajaran 2024-2025

Senin, 17 Maret 2025 - 23:18

Organisasi Pemuda Siap Kontribusi untuk Perubahan Kota Depok

Senin, 17 Maret 2025 - 23:06

Luar Biasa Mumtaz, Pesantren Leadership Daarut Tarqiyah Primago Kampus Putra adakan PAS (Primago All Star Show) 2025

Minggu, 16 Maret 2025 - 19:53

Art Show Primago 2025 sebagai Ajang Peningkatan Kreativitas & kebersamaan Santriwati Pesantren Leadership Daarut Tarqiyah Primago

Minggu, 16 Maret 2025 - 04:35

Buka Festival Ramadhan Taman Secawan 2, Istri Walikota Depok Cing Ikah Resmi Jadi Pembinaan Asosiasi UMKM Kota Depok

Kamis, 13 Maret 2025 - 21:37

Alhamdulillah, Walikota Depok Supian Suri Melantik dan Mengukuhkan Pengurus MUI Depok, Siap Jaga Keharmonisan dan Layani Umat

Rabu, 12 Maret 2025 - 19:22

Ketua Dewan Kebudayaan Kota Depok Apresiasi Kegiatan Forum Renja Disporyata Kota Depok Gelar Forum Renja Tahun 2025

Rabu, 12 Maret 2025 - 19:21

Tanggapi Isu Aktivitas Asusila di Area Jalur Kereta Api, KAI Siap Kolaborasi Dengan Instansi Terkait

Berita Terbaru

Berita Depok

Organisasi Pemuda Siap Kontribusi untuk Perubahan Kota Depok

Senin, 17 Mar 2025 - 23:18