Banyak hal yang telah ditorehkan dan dilakukan BNP2TKI pada 2018, melalui unit pelayanan teknisnya, BP3TKI, LP3TKI, dan P4TKI. Mulai dari penyuluhan dan sosialisasi tentang informasi pasar kerja luar negeri juga layanan kepada para pekerja migran Indonesia (PMI). Eksekusi program peningkatan kecakapan (upgrading skills). Kerjasama dengan lembaga keuangan untuk remitansi. Memperkuat perjanjian serta kerjasama dengan kalangan swasta dan pemerintah asing. Pendampingan dalam penggunaan remitansi yang produktif serta peningkatan penggunaan teknologi informasi.
Tidak kalah pentingnya adalah pengawasan arus PMI (untuk selanjutnya disebut) PMI nonprosedural serta perhatian terhadap para PMI yang mengalami masalah hukum, menderita sakit dan sebagainya.
Hasil kerja di atas, merupakan kelanjutan dari kegiatan-kegiatan tahun sebelumnya, memperlihatkan BNP2TKI seperti yang diamanahkan undang-undang terbukti berhasil memfasilitasi penempatan PMI. Makin banyak yang berkeahlian. Tata kelolanya semakin disempurnakan hingga PMI terkawal mulai dari keberangkatan hingga kembali ke Tanah Air.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kecuali kecelakaan kerja dan masalah hukum yang sifatnya personal, sepanjang tahun 2018 nyaris tak ada isu –isu besar mengganggu citra BNP2TKI. Malahan ada berita yang menarik, besaran remitansi PMI berhasil memperkecil defisit Neraca Berjalan dan Neraca Pembayaran Indonesia.
Berdasarkan Data Bank Indonesia, remitansi pada 2017, PMI mengirim uang hingga US$ 8,7 miliar atau Rp 126 triliun. Adapun selama kuartal II-2018 mencapai Rp 40 triliun atau US$ 2,81 miliar [Kurs US$1 = Rp 14.500] .Naik dari kuartal 1 yakni US$ 2,6 miliar atau Rp 38 triliun.
Pengiriman uang oleh PMI terbanyak dari Timur Tengah hingga US$ 1,1 miliar atau Rp 16 triliun.
Disusul TKI di negara ASEAN yang mencapai US$ 984 juta atau Rp 14,2 triliun.
Jumlah PMI terbanyak ada di ASEAN yang mencapai 1,98 juta orang. Disusul PMI dari Timur Tengah seperti Arab Saudi Cs yang mencapai 1,07 juta orang.Total PMI yang bekerja di luar negeri mencapai 3,52 juta pada kuartal II-2018 atau naik dari kuartal I-2018 yang mencapai 3,51 juta orang.
Dalam pada itu, defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD) Indonesia kuartal-II 2018 menembus level 3% dari PDB, yakni di level 3,04%, atau US$ 8,03 miliar padahal pada kuartal-I, defisitnya hanya sebesar 2,21% dari PDB atau US$ 5,72 miliar.
Sebagai akibatnya, defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) semakin lebar. Sepanjang kuartal-II 2018, Bank Indonesia (BI) mencatat defisit NPI sebesar US$ 4,31 miliar, membengkak dari defisit kuartal-I 2018 yang sebesar US$ 3,86 miliar. Defisit NPI menunjukkan US$ yang keluar dari dalam negeri lebih besar dari yang diterima.
Dalam kaitan ini, remitansi PMI mampu memperkecil defisit terhadap neraca berjalan, Neraca Pembayaran Indonesia dan menahan kemerosotan nilai rupiah. Dalam neraca berjalan, terdapat empat komponen yakni barang, jasa, pendapatan primer, dan pendapatan sekunder.
Dari keempat komponen tersebut, surplus terbesar disumbang oleh pos pendapatan sekunder yakni US$ 1,63 miliar. Sementara itu, pos barang mencatatkan surplus US$ 289 juta. Untuk pos jasa dan pendapatan primer, masing-masing mencatatkan defisit sebesar US$ 1,79 miliar dan US$ 8,16 miliar.
Pos pendapatan sekunder sebagian besar berkat PMI. Sepanjang kuartal-II, penerimaan remitansi dari PMI tercatat sebesar US$ 2,81 miliar, lebih tinggi dibandingkan posisi kuartal-I yang sebesar US$ 2,64 miliar. Setidaknya sejak kuartal-I 2016, penerimaan remitansi tak pernah sebesar ini.
Dilihat dari asal negaranya, PMI yang bekerja di kawasan Asia Pasifik menjadi penyumbang remitansi terbesar yakni US$ 1,64 miliar, disusul kawasan Timur Tengah dan Afrika yang sebesar US$ 1,11 miliar.
Mensejahterakan Keluarga
Remitansi mempunyai dampak yang luas dan mengalir kemana-mana. Sepanjang yang berhasil diketahui, uang tersebut dipakai memenuhi kebutuhan keluarga PMI, kemudian dipakai untuk usaha produktif, dibelanjakan pada sektor konsumtif dan seterusnya.
Salah satu contoh adalah Abdullah Hadi. PMI eks Korea Selatan asal Desa Jongso, Wotan, Sukolilo, Pati, Jawa Tengah berhasil membangun komplek peternakan ayam dengan tujuh kandang dengan kapasitas 200 ribu ekor ayam. Dia juga mendirikan lembaga pendidikan bahasa Korea, SONAGI.
Dapat dibayangkan tidak hanya 3,52 juta PMI yang memperoleh manfaat, tetapi juga keluarganya dan karyawan industri besar, kecil maupun menengah. Bila dijumlah maka akan melebihi 10 juta orang. Sungguh luar biasa.
Yang luput dari perhatian, sejumlah orang yang cerdik menjadi perantara dalam hubungan PMI dengan keluarganya. Para broker ini merealisasikan berbagai pesanan barang dari PMI untuk keluarganya. Bisnis berdasarkan kepercayaan ini ternyata mampu mensejahterakan broker dan keluarganya, bahkan sampai dapat membeli rumah dan kendaraan roda empat.
Ada lagi perkembangan yang menarik. Ratusan bahkan ribuan PMI yang kembali ke Tanah Air, membangun usaha sendiri baik dengan dana mandiri maupun dukungan perbankan. Ada yang mendirikan peternakan ayam, industri rumahan dan lainnya. Mereka berhasil merekrut pekerja baru. Menciptakan kutub-kutub industri baru.
Sekalian kesuksesan di atas kerap tertutup peristiwa yang menggugah emosi publik, seperti PMI dijatuhi hukuman mati, tersangkut peristiwa kriminal dan sebagainya. Tetapi publik akhirnya dapat mengetahui betapa BNP2TKI sudah bekerja keras, meskipun tidak ada gading yang tak retak.
