JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, data indeks harga konsumen (IHK) mengalami inflasi pada Oktober 2018 sebesar 0,28 persen, lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya 0,01 persen. Inflasi DKI Jakarta pada Oktober 2018 mencapai 0,28 persen secara bulanan.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Eddy Ganefo meyakini inflasi masih akan terjaga di bawah 3,5 persen terhadap Produk Domestik Bruto meski Indeks Harga Konsumen pada Oktober 2018 kembali naik.
“Kenaikan ini mengikuti harga minyak internasional yang memiliki tren meningkat sejak awal tahun 2018,” jelas Eddy, di Kadin Indonesia, Sabtu (3/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurutnya, berdasarkan data BI, setelah selama dua bulan terakhir Inflasi volatile food mengalami deflasi. Inflasi volatile food pada bulan ini terutama bersumber dari komoditas cabai merah, beras, dan jeruk. Sementara itu, harga beberapa komoditas pangan lainnya mengalami koreksi seperti telur ayam ras dan bawang merah. Secara tahunan, inflasi kelompok volatile food tercatat 4,48% lebih tinggi dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 3,75%.
“Agar harga bahan pangan tidak bergejolak, pemerintah terus berusaha untuk menyederhanakan rantai pasokan komoditas bahan pangan, agar inflasi tetap terkendali hingga bulan Desember mendatang,” kata Eddy.
Eddy mengatakan, tekanan inflasi pada November 2018 diprediksi akan mereda. Di tengah risiko kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi akibat harga minyak internasional yang meningkat, sedangkan harga bahan makanan diperkirakan tetap terjaga.
“Sementara itu, selama November 2018 tidak ada momen khusus yang dapat memengaruhi permintaan masyarakat secara signifikan. Dengan kondisi ini tekanan harga dari sisi permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa secara umum relatif dapat terjaga,” pungkasnya. (FKV)