Oleh: Dr. Syamsul Yakin, MA
Pengasuh Pondok Pesantren Madinatul Qur’an Indonesia Kota Depok
“Dengan nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang. Pujian bagi Allah, Tuhan seluruh alam. Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Penguasa Hari Kemudian. Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami meminta tolong! Tunjukkanlah kami jalan yang lurus. Yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat, yang tidak menerima kemarahan, dan tidak pula sesat.” (QS. al-Fatihah/1: 1-7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Syaikh Nawawi Banten dalam magnum opusnya, Tafsir Munir, membuka kitabnya dengan membahas surat al-Fatihah, hal umum yang juga dilakukan oleh ahli tafsir lain. Bagi Syaikh Nawawi, surat al-Fatihah mengandung empat macam ilmu. Pertama, ilmu ushul atau ilmu-ilmu agama yang pokok. Kedua, ilmu furu’ atau ilmu-ilmu cabang. Ketiga, ilmu akhlak. Keempat, ilmu tentang kisah umat masa lalu.
Di dalamnya, tulis Rifyal Ka’bah dalam Dzikir dan Doa dalam al-Qur’an, terdapat tujuh pujian dan sekaligus doa kepada Allah SWT. Surat al-Fatihah dibaca oleh orang beriman sebagai pujian dan doa, sehingga tercipta hubungan harmonis antara manusia dan Allah SWT. Bila itu terjadi, maka Allah akan mencintai manusia, dan begitu juga sebaliknya.
Abd Muin Salim dalam karyanya Jalan Lurus (Tafsir Surat al-Fatihah) menjelaskan bahwa Allah memulai al-Fatihah dengan basmalah untuk memberi petunjuk agar kita memulai perbuatan kita dengan mengucapkan basmalah. Basmalah tidak dikenal dalam lingkungan umat Islam melainkan setelah turunnya surat al-Naml.
Pada mulanya, lanjut Abd Muin Salim, mereka megucapkan ’Bismillah Allhumma”. Kemudian menggunakan ”Bismillah”, setelah turun surat al-Isra/17: 110, mereka mengucapkan ”Bismillah al-Rahman”. Baru setelah turun surat al-Naml/27: 30 mereka mengucapkan ”Bismillah al-Rahman al-Rahim”. Begitu sisi historis ungkapan basmalah.
Ketiga kata di atas, yakni ”Allah, al-Rahman, dan al-Rahim”, bertebaran dalam al-Qur’an. Dalam catatan Bey Arifin dalam karyanya Samudera al-Fatihah, kata Allah paling mendominasi al-Qur’an, terulang hingga 2696 kali. Sedangkan kata ”al-Rahman, dan al-Rahim”, masing-masing terulang sekitar 800 kali. Karena itu saat kita membaca al-Qur’an sejatinya kita tengah berdoa dengan kedua kata tersebut.
Tentang hal itu, Nabi SAW menegaskan dalam sebuah hadits yang bersumber dari Abu Hurairah: ”Setiap urusan yang bernilai yang tidak diawali dengan basmalah, maka tidak membawa berkah’ (HR. Ibnu Majah dan al-Baihaqi). Tentu, selain mendapat berkah diharapkan juga terhindar dari campur tangan setan yang terkutuk. Karena kita tahu setan terus berupaya untuk memperdaya manusia.
Dalam sebuah hadits Nabi SAW yang dikutip Imam al-Jashshash dalam Ahkam al-Qur’an, Rasulullah mengungkapkan: ”Bila seorang hamba menyebut nama Allah atas makanannya, maka makanan itu tidak akan disentuh setan, dan bila dia tidak menyebut nama Allah, maka makanan itu akan disentuh setan”. Saatnya kita koreksi cara kita berkonsumsi, makan-minum, sudahkah kita menyebut nama Allah, sebagai ungkapan doa dan pujian kepada-Nya?
Diceritakan oleh Ahmad Syihabudin bin Salamah al-Qalyubi dalam Kisah-Kisah Langka dari Masa Lampau (terjemahan), bahwa suatu masa hidupah seorang wanita shalihah yang mempunyai suami yang munafik. Setiap kali hendak mengucapkan atau melakukan sesuatu, wanita tersebut selalu mengucap nama Allah.
Namun sang suami tidak senang dengan perilaku isterinya, dengan bergumam ia berkata, ”Sungguh aku akan mempermalukannya, jika ia masih menyebut nama Allah”. Lalu semua itu memberikan sekantung uang kepada isterinya seraya berkata, ”Jagalah uang ini baik-baik dan simpanlah di tempat yang aman”
Setelah uang diterima dan disimpan di tempat yang aman oleh sang isteri, secara diam-diam suami itu mengambil uang tersebut dan tampak sepengetahuan isterinya menceburkan kantung uang itu ke dalam sumur. Tentunya, hal ini dilakukan karena sang suami punya maksud jelek kepada isterinya yang shalihah itu.
Lalu waktu, satu hari sang suami meminta uang yang disimpan itu kepada isterinya. Sejurus, isteri shalihah itu bergegas menuju tempat di mana ia menyimpan uang suaminya. Seperti biasa, saat mengambil uang itu, seraya ia mengangucapkan: ”Bismillah al-Rahman al-Rahim”. Dalam pada itu, Allah memerintahkan Jibril untuk segera mengambil uang yang telah diceburkan sang suami ke dalam sumur dan meletakkannya di tempat semula.
Apa yang terjadi? Betapa kagetnya sang suami, ketika melihat isterinya membawa dan mengembalikan kantung uang itu dalam jumlah yang sama. Hanya saja kantung uang itu dalam kondisi yang masih basah. Melihat hal itu, maka sang suami langsung bertobat kepada Allah SWT dan menyesali apa yang telah diperbuatnya kepada isterinnya yang shalihah itu.
Syaikh Nawawi Banten, ketika menjelaskan surat al-Baqarah ayat 223, dalam tafsirnya beliau mengutip sebuah hadits Nabi SAW, yang artinya: ”Barang siapa yang mengucapkan ”Bismillah” pada saat hendak bersetubuh, lalu Allah memberi anak untuknya, maka baginya kebaikan-kebaikan sebanyak bilangan napas anak itu dan bilangan napas anak cucunya sampai dengan hari kiamat”.
Muhammad Alcaff, dalam Meraih Makrifat dan Mukjizat Surat Al-Fatihah, mengutip sejumlah hadits terkait pahala membaca surat al-Fatihah. Misalnya, Nabi SAW bersabda: ”Barang siapa yang membaca surat al-Fatihah maka Allah akan memberinya pahala sebanyak seluruh ayat yang turun dari langit”.
Nabi SAW juga bersabda: ”Barang siapa membacanya, maka Allah SWT memeberinya pada setiap huruf satu kebaikan, di mana setiap kebaikan itu lebih baik dari dunia dan isinya ketimbang harta dan keindahannya. Dan barang siapa yang mendengarkan orang lain membacanya maka ia akan mendapatkan pahala sama dengan orang yang membacanya”.
Nabi SAW bersabda juga: ”Siapapun dari orang beriman yang membaca al-Fatihah maka Allah memberinya pahala seperti membaca sepertiga al-Qur’an dan ia juga mendapatkan pahala seperti seseorang yang bersedekah kepada setiap orang mukmin dan mukminah”. Dalam riwayat lain juga disebutkan: ”Barang siapa membaca surat al-Fatihah maka ia akan mendapatkan pahala makhluk (malaikat) yang memanggul Arasy Allah”.
Selanjutnya, Muhammad Alcaff menuliskan sejumlah harapan manusia kepada Allah SWT dengan membaca surat al-Fatihah: Pertama, ketika seseorang membaca basmalah, ia memutus harapan dengan selain Allah SWT. Kedua, dengan memahami Tuhan seluruh alam. Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Penguasa Hari Kemudian, seseorang mengerti bahwa ia adalah marbub (makhluk yang diatur) dan mamluk (budak) yang tidak pantas egois dan arogan.
Ketiga, dengan memahami makna penguasa alam semesta, seseorang bermohon urusan dunia kepada Sang Penguasa, Allah SWT. Keempat, dengan menetapkan Hanya kepada Engkau kami menyembah maka manusia beriman tidak menjadikan yang lain sebagai Tuhan. Kelima, dengan menghayati makna dan hanya kepada Engkau kami minta tolong, dalam doanya, seseorang hanya kepada Allah memohon pertolongan.
Keenam, dengan menghayati tunjukilah kami jalan yang lurus, maka insan beriman akan selalu berada di jalan kebenaran, dan tak gentar menghadapi kebatilan. Ketujuh, insan beriman kerap bermunajat untuk meraih kenikmatan hidup, baik di dunia apalagi di akhirat karena memahami makna yaitu jalan orang yang Engkau beri nikmat. Tentu kenimatan ini bersegi banyak, baik yang dinimati indera maupun rasa.
Kedelapan, insan beriman kerap memohon kepada Allah SWT agar selamat dari murka Allah dan memohon agar tidak dibiarkan sesat dan menyesatkan orang lain. Ini dilakukan karena ia memahami benar makna kata-kata yang tidak mendapat kemarahan, dan tidak pula sesat. Bisa dipastikan pribadi yang mengamalkan ayat ini dipenuhi ridha dan cinta dari Allah SWT.
Secara teologis, informasi di atas, secara lebih argumentatif bisa dirujuk dalam sebuah hadits Qudsi. Allah SWT berfirman: ”Bacalah!” Hamba membaca: ”Pujian bagi Allah, Tuhan semesta alam!” Allah berfirman: ”Hamba-Ku memuja-Ku!” Hamba mengatakan: ”Maha Pengasih, Maha Penyayang”. Allah berfirman: ”Hamba-Ku memuja-Ku!” Hamba mengatakan: ”Penguasa hari kemudian”. Allah berfirman: ”Hamba-Ku mengagungkan-Ku”. Hamba mengatakan: ”Hanya kepada Engkau kami menyembah, dan hanya kepada Engkau kami minta tolong’.
Allah berfirman: ”Yang ini adalah antara-Ku dan hamba-Ku. Untuk hamba-Ku apa yang dia minta”. Hamba mengatakan: ”Tunjukilah kami jalan yamg lurus. Yaitu jalan orang yang Engkau beri nikmat, yaitu yang tidak mendapat kemarahan , dan tidak pula sesat”. Allah berfirman: ”Ini semua adalah untuk hamba dan apa yang ia minta”. (HR Muslim).
Tak perlu kita tunda mari kita berdoa dengan kerap membaca surat al-Fatihah. Insya Allah sesuai makna leksikalnya, segala sesuatu akan terbuka, baik peluang, harapan, kesuksesan, dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Amin**
Editor: Nadia