Ensiklopedi Betawi 9 : ‘MUALIM’

- Reporter

Senin, 14 April 2025 - 10:52 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: Syamsul Yakin (Penulis Buku “Milir”)

Mualim yang dimaksud di sini bukanlah seorang perwira pada sebuah kapal, tapi seorang guru pada masyarakat Betawi. Mualim yang pertama berojol dari kata “master’s mate” yang berasal dari bahasa Inggris. Kata ini memiliki arti perwira kapal yang menemani nakhoda. Mualim dalam konteks ini tidak ada bahasa Arabnya. Sementara mualim yang kedua dicomot dari bahasa Arab, yakni al-Mu’allim. Kedua kata ini diucapkam tanpa pelapalan dan intonasi yang berbeda pada lidah orang Betawi.

Secara leksikal, makna mualim adalah orang alim, sesuai dengan bentuk kata ini secara morfologi. Di tanah Betawi mualim adalah panggilan atau sapaan untuk seorang ulama. Dari segi makna, mualim dipandang lebih tinggi ilmunya ketimbang sebutan atau sapaan ustadz. Ustadz atau ustadzah (orang Betawi bilang ustaja) adalah guru madrasah atau guru mengaji di rumah-rumah, langgar, atau majelis taklim. Jadi ulama Betawi itu adalah mualim. Yang membedakan mualim dan ustadz adalah kepakarannya.

Mualim di tanah Betawi dapat diidentifikasi dari berbagai bidang kapakaran. Pertama, pakar dalam bidang akidah. Dia memahaminya dari sumber aslinya, yakni kitab kuning. Kedua, pakar dalam bidang syariah. Buku-buku hukum Islam bejibun yang dibaca dan sehari-hari dia utek dengan karya ulama fikih dan ushul fikih. Ketiga, pakar dalam ilmu akhlak dan mengamalkannya.

Ada lagi sifat seorang mualim di tanah Betawi, yakni mengamalkan tasawuf. Tasawuf dan masyarakat Betawi memiliki temali yang kuat dan panjang. Ekspresi tasawuf dalam masyarakat Betawi ditandai dengan sifat sabar, jujur, ikhlas, dan tawadhu di samping rajin berziarah dengan maksud memuliakan para guru, termasuk para habib. Yang memperkenalkan tasawuf pada masyarakat Betawi adalah para mualim.

Seorang mualim di tanah Betawi dipengaruhi oleh mualim sebelumnya. Guru lokal sebagai guru seorang mualim dipanggil mualim. Sementara guru berdarah Arab disapa dengan habib. Habib dalam pandangan orang Betawi adalah ulama berdarah Arab yang ditandai dengan ciri-ciri fisik seperti berhidung mancung dan melengkung. Habib juga diyakini oleh orang Betawi memilili darah secara genetis hingga ke Rasulullah. Tidak satu pun ulama Betawi yang bukan keturunan Arab disapa habib. Sementara hampir tidak ada ulama keturunan Arab yang dipanggil mualim.

Para mualim di tanah Betawi beragam rupa kepakarannya. Misalnya, untuk mendalami al-Qur’an, orang Betawi harus menemui mualim tertentu pada beberapa wilayah di Betawi. Untuk mempelajari gramatika Arab dari dasar hingga penghabisan ada mualim yang dikenal kepakarannnya di bidang tersebut. Termasuk fikih, ushul fikih, tasawuf, dan bidang ilmu yang lainnya. Orang Betawi tak jarang yang berguru langsung kepada para habib sampai akhirnya kelak menjadi mualim.

Para mualim Betawi mengembangkan ilmu mereka di majelis yang mereka buat. Letaknya di belandongan rumah atau terpisah dengan rumah. Ada juga mualim yang mengajar di masjid tertentu di kampung sendiri atau di kampung yang sangat jauh. Pada masa lalu, seorang mualim Betawi harus berjalan kaki untuk mengajar dari wilayah tengah ke selatan, timur, atau barat tapi masih masuk teritorial Betawi. Seorang mualim berangkat mengajar pada siang hari kalau pengajian dimulai sesudah Menggerib.

Seorang mualim Betawi tidak langsung pulang setelah selesai mengajar. Biasanya dia diendongin di satu rumah orang Betawi di kampung itu. Usai Subuh, kembali digelar pengajian dengan tema dan tempat yang berbeda. Namun umumnya dengan jamaah yang sama. Saat pengajian ngembrek berbagai makanan tradisional Betawi tempo dulu seperti gemblog, pais, kue unti, dan lain-lain.

Pada sebagian wilayah Betawi mualim ada yang dipanggil guru. Sapaan guru pada masyarakat Betawi artinya mualim. Bukan guru sekolah atau guru madrasah. Penggunaan dua kata ini secara bergantian bukan dimaksudkan untuk membedakan kepakaran dan keshalehan. Namun dipengaruhi oleh budaya saja. Mualim berakar dari budaya Arab sedangkan guru dari bahasa Sansekerta.

Seorang mualim Betawi memiliki ciri khas dalam bidang pemikiran dalam Islam. Pemikiran kalamnya dinamis karena bermesin teologi Asy’ariyah. Sisi mistik atau tasawufnya energik karena bertasawuf akhlaki al-Ghazali dan Junaid al-Baghdadi. Istimbath hukum yang diikuti rasional-juristik karena bermanhaj fikih Syafii. Tak bisa dimungkiri kalau mualim Betawi memanggul semua ciri khas Ahli Sunnah Waljamaah atau Aswaja. Namun pada masanya, mualim Betawi tidak ikut aktif dalam kegiatan keormasan atau perpolitikan.

Busana yang digunakan seorang mualim Betawi tidak terlihat mencolok. Dia menggunakan kain sarung dan penutup kepala atau kopiah, baik hitam atau putih. Kopiah hitam digunakan oleh mualim yang belum berangkat haji. Sementara kopiah putih bagi yang sudah berhaji. Pada masanya, kopiah putih tidak sembarang orang ungkulan memakainya, kalau belum melaksanakan ibadah haji. Ini salah satu bentuk penghormatan orang Betawi kepada para tuan haji (biasa dipanggil wan haji). Sementara kopiah merah sering digunakan para jawara dan seniman.

Baju yang digunakan seorang mualim Betawi adalah baju safari, bukan baju gamis Arab atau baju koko China. Baju gamis Arab hanya digunakan para tuan haji di hari Jumat. Bahu seorang mualim Betawi tak jarang berbalutkan selendang. Biasanya bercorak kotak-kotak dan berwarna merah. Mirip sorban yang digunakan orang Arab di kepala mereka. Pakaian ini selalu digunakan oleh mualim Betawi, termasuk saat kondangan, ke pasar, atau pelesiran.

Kehidupan ekonomi seorang mualim Betawi tidak menonjol. Artinya cukup. Tapi kekayaannya tidak dikenal melimpah. Karena seorang mualim banyak yang terlahir dari seorang ayah yang juga seorang mualim yang hidupnya sederhana. Mereka lebih mementingkan ilmu. Kalau ada mualim yang kaya biasanya karena ayahnya adalah pedagang atau memiliki usaha seperti perkebunan dan yang lainnya.

Pada masanya mualim Betawi tidak banyak yang belajar ke Timur Tengah. Baru pada masa 1970-an para mualim mengirim anak mereka ke Mekah, Madinah, Kairo, dan tempat lainnya. Namun setelah anak-anak mualim kembali dari Timur Tengah dan berilmu tinggi, mereka tidak serta merta dipanggil mualim. Jadi sapaan mualim bagi masyarakat Betawil lebih terkait pengabdian, ketulusan, keshalehan selain tentunya kepakaran yang sudah terbukti sejak lama dan dirasakan oleh masyarakat Betawi.

Begitu juga mulai 1970-an setelah anak-anak mualim belajar atau mondok di Jawa atau Madura, setelah pulang mereka tidak langsung dipanggil mualim. Mula-mula dipanggil ustadz, lalu setelah mengabdi masyarakat dengan mengajar kitab kuning, banyak yang tidak dipanggil mualim, tapi kiyai. Dari sinilah awal mula masuknya sapaan kiyai di tanah Betawi. Bahkan saat ini panggilan kiyai lebih mendominasi di tengah-tengah masyarakta Betawi ketimbang mualim. Padahal mualim adalah produk genuine Betawi. Saatnya memanggil ulama Betawi dengan mualim.*

Berita Terkait

Kelakar Prabowo Soal Isu Dikendalikan Jokowi, Sebut Tak Takut tapi Tetap Hormati Pendahulu
Prabowo Turun Gunung, KPK Pastikan Penyelidikan soal Whoosh Tetap Jalan
Akademisi Sulfikar Amir Blak-blakan Ungkap Jatah APBN untuk IKN: Duit Habis, Pembangunan Dikerjakan BUMN
Respons Menkeu Purbaya soal Ekonomi RI Tumbuh 5,04 Persen, Sebut Ada Hubungannya dengan Arah Kebijakan Fiskal
Selain Dicap Sebagai Kota Hantu, Akademisi Ungkap Dua Isu Utama Penyebab IKN Jadi Sorotan Media Asing
10 Poin Tuntutan Aksi Demonstrasi Buruh di DPR, dari Desak UU Ketenagakerjaan hingga Minta Hentikan Badai PHK di Kalangan Pekerja
Di Balik Kasus Korupsi Gubernur Riau, Ada Pejabat Sekretaris Dinas PUPR yang Dipulangkan KPK
Beda Persiapan Timnas Indonesia dengan Brazil Jelang Laga di Piala Dunia U-17: Pupuk Mental Baja vs Pijat Sampai Tidur

Berita Terkait

Kamis, 6 November 2025 - 20:40 WIB

Kelakar Prabowo Soal Isu Dikendalikan Jokowi, Sebut Tak Takut tapi Tetap Hormati Pendahulu

Kamis, 6 November 2025 - 20:36 WIB

Prabowo Turun Gunung, KPK Pastikan Penyelidikan soal Whoosh Tetap Jalan

Kamis, 6 November 2025 - 20:33 WIB

Akademisi Sulfikar Amir Blak-blakan Ungkap Jatah APBN untuk IKN: Duit Habis, Pembangunan Dikerjakan BUMN

Kamis, 6 November 2025 - 19:42 WIB

Respons Menkeu Purbaya soal Ekonomi RI Tumbuh 5,04 Persen, Sebut Ada Hubungannya dengan Arah Kebijakan Fiskal

Kamis, 6 November 2025 - 19:39 WIB

Selain Dicap Sebagai Kota Hantu, Akademisi Ungkap Dua Isu Utama Penyebab IKN Jadi Sorotan Media Asing

Kamis, 6 November 2025 - 19:16 WIB

Di Balik Kasus Korupsi Gubernur Riau, Ada Pejabat Sekretaris Dinas PUPR yang Dipulangkan KPK

Kamis, 6 November 2025 - 19:08 WIB

Beda Persiapan Timnas Indonesia dengan Brazil Jelang Laga di Piala Dunia U-17: Pupuk Mental Baja vs Pijat Sampai Tidur

Kamis, 6 November 2025 - 18:38 WIB

Wujudkan Sekolah Islam Unggul dan Berdaya Saing di Lampung Bersama KPSI

Berita Terbaru