Khairulloh Ahyari
Orang kembali dari tanah suci, kita sebut pulang haji. Biasanya, semua bersuka cita.
Yang melaksanakan haji, sejak setelah selesai rangkaian haji, sudah rindu tanah air.Ingin berjumpa dengan sanak keluarga di negeri tercinta. Pulang dengan suka cita.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Demikian juga, sanak keluarga yang menyambut, semua senang dan bahagia. Secara umum, orang pulang haji diliputi haru dan bahagia.
Setelah seharian bekerja di kantor, seorang suami, atau siapapun, akan kembali ke rumah. Dia pulang ke rumah. Kembali, untuk berjumpa dengan isteri dan anak-anak tercinta. Semua bergembira dan bahagia.
Menjelang lebaran, utamanya idul fitri, berjuta manusia mudik. Mereka pulang ke daerah asalnya. Balik ke kampung halaman. Mereka pulang kampung.
Perbekalan dan oleh-oleh dibawa sebanyak-banyaknya. Dibawa semua yang terbaik. Kendaraan dipakai yang terbaik, cepat dan aman. Bisa lewat darat, laut, juga udara.
Pulang kampung adalah momentum kebahagiaan.
Senja pasti datang. Ketika tiba masanya, semua manusia akan kembali ke tanah, sebagai asal muasalnya. Setiap manusia akan kembali kepada Tuhan. Menghadap Allah. Pulang ke Rahmatullah.
Pertanyaannya, cukupkah bekal untuk pulang ke hidup yang abadi ?
Saat senja datang. Cahaya semakin temaram. Tulang menjadi rapuh. Persendian kerap kali diserang ngilu.
Waktu pulang semakin dekat. Lonceng peringatan hampir dibunyikan.
Maka, kita semua memang akan kembali ke haribaan Tuhan. Pulang kepadaNya. Pulang ke rahmatullah.
Sudah cukupkah bekal kita ? Apakah kita pulang dengan senang dan bahagia. Atau pulang dengan diliputi ketakutan dan resah gelisah.
Waalahu ‘alam
—Depok, 1 Muharam 1445 H. Catatan untuk diriku, agar ingat pada pulang yang abadi—
