Oleh : Sabiq Ruhama
Islam menyebut politik dengan istilah siyasah. Jika yang dimaksud politik adalah siyasah (mengatur segenap urusan umat), maka Islam sangat menekankan pentingnya siyasah.
Bahkan Islam sangat mencela orang-orang yang tidak mau tahu terhadap urusan umat. Setiap kebijakan atau aturan yang dibuat harus bernafaskan dengan nilai nilai keadilan dan dilaksanakan dengan penuh amanah. Hal ini sebagaimana firman Allah Subhaanahu Wa Ta’ala, dalam Surat An-Nisa ayat 58:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهْلِهَاۙ وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Dalam ayat ini, Allah menjelaskan kepada kita bahwa fiqih siyasah yang harus diterapkan oleh seorang Kholifah Allah itu, adalah sistem siyasah atau politik yang dibangun dengan nilai nilai amanah dan keadilan.
Seorang Pemimpin atau Kholifah harus menjadikan nilai amanah dan keadilan dalam setiap kebijakan yang dibuat olehnya. Setiap tugas yang dibebankan kepadanya harus diselesaikan dengan penuh rasa tanggung jawab.
Tetapi jika siyasah diartikan sebagai orientasi kekuasaan, maka sesungguhnya Islam memandang kekuasaan hanya sebagai sarana menyempurnakan pengabdian kepada Allah.
Pentingnya Politik dalam Islam
Islam mengenal konsep kepemimpinan dan pemerintahan yang sering diistilahkan dengan Siyasah Syar’iyyah, yaitu konsep politik yang mengatur hubungan antara pemimpin dan rakyat, termasuk prinsip-prinsip suksesi kepemimpinan.
Dalam hal ini, Islam memang harus memiliki corak politik. Akan tetapi, politik bukanlah satu-satunya corak yang dimiliki oleh Islam, Sebab jika Islam hanya bercorak politik tanpa ada corak Iain yang seharusnya ada, maka Islam yang demikian ialah Islam yang parsial.
Pandangan Islam Mengenai Politik
Islam adalah agama universal, meliputi semua unsur kehidupan dan politik, negara dan tanah air adalah bagian dari islam, tidak ada yang namanya pemisahan antara agama dan politik, karena politik bagian dari risalah Islam yang sempurna, seperti ungkapan bahwa tidak ada kebaikan pada agama yang tidak ada politiknya dan tidak ada kebaikan dalam politik yang tidak ada agamanya.
Imam Al- Ghazali mengatakan:
“Memperjuangkan kebaikan ajaran agama dan mempunyai kekuasaan politik (penguasa) adalah saudara kembar. Agama adalah dasar perjuangan, sedang penguasa kekuasaan politik adalah pengawal perjuangan. Perjuangan yang tak didasari (prinsip) agama akan runtuh, dan perjuangan agama yang tak dikawal akan sia-sia.”
Memilih Pemimpin Yang Terbaik
Dalam konteks keindonesiaan sekarang ini kaum muslimin tidak boleh apatis terhadap pemilihan pemimpin yaitu presiden dan calon presiden. Kita tidak boleh bersikap golput atau ‘tidak akan memilih’ pasangan capres/cawapres yang mana pun hanya dengan alasan tidak ada pasangan yang ideal. Kita tetap harus memilih karena siapa pun yang terpilih akan menentukan arah kebijakan negara yang juga mengikat kita.
hal ini sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah dalam firman-Nya surat Al-A’rof ayat 96:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
Artinya: “Jikalau sekiranya penduduk negeri negeri itu beriman dan bertakwa kepada Allah, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
Dalam hal prinsip dan sistem pemerintahan, misalnya, tidak ada yang betul-betul baik antara sistem-sistem yang tersedia. Baik teokrasi, demokrasi, monarki, aristokrasi, oligarki, maupun tirani semuanya sama-sama mengandung kelemahan.
Terlepas dari fakta itu semuanya, sebagian terbesar negara-negara di dunia memilih prinsip dan sistem demokrasi, bukan karena sistem itu bagus, melainkan karena ia mengandung kelemahan yang paling sedikit jika dibanding dengan sistem yang lain. Maka itu, pilihlah yang terbaik dari yang ada, meskipun tidak ideal.