YE Marbun Potret Otentik Remaja GenRe

- Reporter

Rabu, 29 September 2021 - 11:54 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: Khairunnas*

Saya pertama kali berjumpa dengannya 2,5 tahun lalu. Saat itu dia baru beberapa minggu sampai di Kota Depok. Dia meninggalkan kampung halamannya nan indah di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, untuk mencapai secercah harapan di tanah perantauan. Di kota penyangga Jakarta ini dia tinggal bersama tulangnya, seorang yang sudah cukup lama saya kenal sebagai pemilik bengkel di dekat rumah saya. Hampir setiap ada masalah dengan kendaraan roda dua saya, ke bengkel tersebutlah saya membawanya untuk diperbaiki. Bahkan ketika suatu saat saya membutuhkan dana segar, saya sempat menjual salah satu kendaraan roda dua saya ke tulang tersebut.

Tulang, demikianlah panggilan kepada seorang paman dalam tradisi Batak. Saya memanggil pemilik bengkel itu juga demikian, sama dengan sapaan yang disematkan oleh YE Marbun yang akan menjadi tokoh utama dalam tulisan ini kepada pamannya itu. Ya, YE Marbun, itulah nama bocah yang saya temui 2,5 tahun lalu. Ketika pertama kali berjumpa, tubuhnya terlihat lusuh, kulit agak hitam, rambut acak-acakan, khas perawakan anak kampung, persis seperti saya pertama kali menginjakan kaki di Jakarta 25 tahun lalu.

Kesan yang saya rasakan ketika berjumpa untuk pertama kali dengannya, sungguh biasa-biasa saja. Saya menganggap hal yang biasa seorang anak kampung pergi merantau dan tinggal bersama saudaranya. Namun setelah beberapa kali lewat di depan bengkelnya, lambat laun terbetik rasa kagum dalam hati saya kepada anak itu. Sejak itu saya pun mulai berkenalan dan membuka pembicaraan setiap kali mengunjungi bengkel itu untuk memperbaiki kendaraan.

YE Marbun, ketika menginjakan kaki di Kota Depok, usianya baru sekitar 12 tahunan. Dia merantau ke kota belimbing ini setelah tamat SD. Menurut penuturannya, dia meninggalkan kampung halaman untuk melanjutkan pendidikan. Saat ini dia diterima di salah satu SMP Negeri yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya. Sungguh suatu prestasi yang luar biasa untuk seorang anak kampung, ditengah banyaknya anak-anak kota dengan ekonomi berada berebut untuk masuk ke sekolah negeri.

Saat ini, setelah 2,5 tahun berlalu, badannya sudah semakin besar dan tinggi. Kulitnya terlihat lebih bersih, rambutnya tersisir rapi, dan senyuman selalu terhias di bibirnya jika saya menyapanya. Keceriaanya sebagai remaja, semangatnya untuk melanjutkan pendidikan dan menuntut ilmu sama sekali tidak berkurang, sekalipun dia harus melalui hari-hari yang berbeda dengan remaja seusianya. Setiap hari, sebelum dan setelah pulang sekolah dia harus membantu tulangnya di bengkel. Pada awalnya, dia hanya membantu menyiapkan alat dan bekerja sesuai instruksi tulangnya, seperti membantu menambal ban, mengganti oli, dan sebagainya. Namun, seiring berjalannya waktu, keterampilannya semakin meningkat, sehingga sudah bisa melaksanakan pekerjaan-pekerjaan itu sendiri. Luar biasa gumam saya, anak seusianya sudah memiliki keterampilan hidup untuk bekal masa depannya. Inilah pendidikan yang sesungguhnya!

Keterampilan hidup (life skill) adalah kemampuan untuk beradaptasi dan menunjukan perilaku positif yang pada akhirnya memampukan individu untuk menghadapi tuntutan dan tantangan kehidupan sehari-hari dengan efektif (WHO, 1997). Keterampilan hidup ini sangat penting, khususnya bagi remaja, karena mereka dituntut menjadi pribadi yang lebih mandiri dan tangguh dalam proses menuju kedewasaan. Kondisi ini mestinya menjadi perhatian dalam proses belajar mengajar bagi remaja baik di sekolah maupun di bangku kuliah. Para remaja akan memiliki banyak tuntutan dan tantangan selama menjalani pendidikan. Diantara berbagai tantangan yang mungkin muncul adalah kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah sembari tetap membantu pekerjaan rumah sebagaimana yang setiap hari dilakoni oleh YE Marbun.

Di tengah kesibukannya membantu pekerjaan di bengkel tulangnya, YE Marbun masih bisa berprestasi di sekolah. Dia termasuk 10 siswa terbaik di kelasnya. Kemampuannya membagi waktu untuk bekerja di bengkel dengan menyelesaikan tugas-tugas sekolah patut menjadi inspirasi bagi remaja lainnya. Apalagi, sebagai remaja dia juga tidak mungkin lepas dari masalah dalam pertemanan ataupun hubungan romantis dengan lawan jenis, menghadapi materi pembelajaran yang sulit, dan lain sebagainya. Namun, dengan keterampilan hidup yang dimilikinya, dia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.

Sosok YE Marbun patut kita ketengahkan sebagai model remaja “GenRe” (Generasi Berencana) seperti yang dikampanyekan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Sebagaimana kita sadari, masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Oleh Bank Dunia masa remaja ini disebut sebagai masa transisi kehidupan remaja. Transisi kehidupan remaja oleh Bank Dunia dibagi menjadi 5 hal (Youth Five Life Transitions), yaitu: melanjutkan sekolah (continue learning); mencari pekerjaan (start working); memulai kehidupan berkeluarga (form families); menjadi anggota masyarakat (exercise citizenship); dan mempraktekkan hidup sehat (practice healthy life). YE Marbun telah memasuki sebagian dari tahap masa transisi remaja itu lebih awal dari anak seusianya. Semoga, dengan demikian, lebih awal pula dia bisa mewujudkan diri sebagai remaja GenRe yang digadang-gadang sebagai Generasi Emas Indonesia itu. Angkat topi untukmu YE Marbun. *Bekerja di BKKBN

Berita Terkait

2.500 Pelari Ramaikan Depok Run Fest 2025, Wali Kota : Simbol Semangat Baru
Minggu Esok Wali Kota Ajak Warga Berlari di Event Depok Run Fest 2025
Gandeng KPK, Pemkot Depok Cegah Praktik Korupsi Mulai dari Keluarga
Masih Tersedia 968 Kursi, Sekolah Dasar Negeri Kekurangan Peminat
KPK Puji Komitmen Wali Kota Depok Cegah Korupsi: Sudah Bener, On The Track Secara Sistem
Mendukbangga Wihaji Apresiasi _Stunting_ Jabar Turun 5,8%, Dampaknya Nasional Jadi 19,8%
CEO KIAS Travel Umroh, Muhammad Khairi Sebut Sertifikat Haji Digital 1446 H Bukti Kehormatan Resmi dari Tanah Suci
PKK Jabar Dorong Percepatan Penurunan Zero Dose Imunisasi

Berita Terkait

Kamis, 19 Juni 2025 - 12:14 WIB

2.500 Pelari Ramaikan Depok Run Fest 2025, Wali Kota : Simbol Semangat Baru

Kamis, 19 Juni 2025 - 11:26 WIB

Minggu Esok Wali Kota Ajak Warga Berlari di Event Depok Run Fest 2025

Kamis, 19 Juni 2025 - 11:18 WIB

Gandeng KPK, Pemkot Depok Cegah Praktik Korupsi Mulai dari Keluarga

Kamis, 19 Juni 2025 - 11:14 WIB

Masih Tersedia 968 Kursi, Sekolah Dasar Negeri Kekurangan Peminat

Kamis, 19 Juni 2025 - 10:59 WIB

KPK Puji Komitmen Wali Kota Depok Cegah Korupsi: Sudah Bener, On The Track Secara Sistem

Selasa, 17 Juni 2025 - 17:15 WIB

CEO KIAS Travel Umroh, Muhammad Khairi Sebut Sertifikat Haji Digital 1446 H Bukti Kehormatan Resmi dari Tanah Suci

Senin, 16 Juni 2025 - 18:57 WIB

PKK Jabar Dorong Percepatan Penurunan Zero Dose Imunisasi

Senin, 16 Juni 2025 - 18:47 WIB

Parenting Pesantren #1 “ Tips Memilih Pesantren Yang Tepat Buat Sang Buah Hati” Oleh Dr. Awaluddin Faj, M.Pd.I

Berita Terbaru