Kementerian Perindustrian terus mendorong replikasi pembangunan politeknik yang link and match dengan industri dalam upaya menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dan siap kerja. Hal ini juga dalam rangka menyongsong era revolusi industri 4.0 dan mengambil momentum bonus demografi di Indonesia.
“Dalam kesiapan kita bertransformasi ke era industri digital, dibutuhkan reskilling SDM di bidang industri agar mereka mampu berkompetisi. Apalagi, pada peta jalan Making Indonesia 4.0, aspirasi besarnya adalah mewujudkan Indonesia masuk jajaran 10 negara dengan perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030,” kata Menteri PerindustrianAirlangga Hartarto di Jakarta, Senin (24/6).
Menperin menjelaskan, guna terus menggenjot peningkatan kualitas SDM industri di Tanah Air, Presiden Joko Widodotelah menginstruksikan untuk melakukan penambahan politeknik terutama di kawasan industri. Hal ini sesuai fokus agenda pembangunan pada periode kedua kepemimpinannya, yakni pengembangan SDM terampil.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Bapak Presiden minta tambahkan lagi politeknik, dan kami terus mendorongnya. Sekarang, kami sudah punya 10 politeknik dan 2 akademi komunitas. Selain itu pemerintah akan terus mendorong pemberdayaan masyarakat disekitar kawasan industri,” ujarnya.
Terkait akselerasi program pendidikan vokasi tersebut, pemerintah telah menuangkan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2020-2024, dengan target penambahan 500 politeknik yang link and match dengan industri.
“Bapak Presiden Joko Widodo ingin pembangunan politeknik yang masif, karena dalam RPJMN untuk 2020-2024, SDM menjadi kunci dari pembangunan,” imbuhnya.
Dalam dua tahun terakhir, Kementerian Perindustrian telah membangun empat politeknik baru, salah satunya adalah Politeknik Industri Logam di Morowali, Sulawesi Tengah. “Fasilitasnya di sana sudah sangat bagus, bahkan lebih lengkap dari fasilitas lab di Institut Teknologi Bandung. Rektor maupun profesornya digaji cukup tinggi,” ungkap Airlangga.
Kemudian, Kemenperin juga mendirikan Akademi Komunitas Tekstil di Solo, Akademi Komunitas Industri Manufaktur di Bantaeng, serta Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kawasan Industri Kendal. Lebih dari 90 persen siswa lulusan politeknik tersebut, langsung terserap kerja oleh industri karena kompetensinya sesuai kebutuhan lapangan saat ini.
“Pengalaman tersebut menjadi momentum untuk mendorong swasta agar ikut berkontribusi dalam pembangunan SDM yang kompeten di bidang industri,” lanjut Menperin. Sebab, apabila hanya mengandalkan dari lulusan politeknik Kemenperin, jumlah tenaga siap kerja yang dihasilkan hanya sekitar 200-300 orang per politeknik.
“Bapak Presiden meminta lebih banyak lulusan yang bisa bekerja di industri. Paling tidak, satu juta angkatan kerja yang bisa diserap. Karena itu, pengalaman kami membuat politeknik, direplikasi kepada industri. Kemenperin juga telah mendorong industri untuk ikut membangun politeknik, dan mereka akan diberikan super deductible tax,” sebutnya.
Insentif super deductible tax merupakan keringanan pajak yang diberikan atas kontribusi industri dalam program penciptaan tenaga kerja terampil yang dibutuhkan sektor manufaktur. Kemenperin telah mengidentifikasi sejumlah sektor industri yang didorong untuk dapat membangun politeknik.
“Salah satunya seperti Astra yang membuat politeknik di Cikarang. Kalau selama ini, Indorama atau Astra membuat politeknik untuk keperluan sendiri, lulusannya hanya100 orang, sekarang harus ditambah. Kemudian di Atmi Solo dan Atmi Cikarang, lulusannya hanya 100-150 orang. Tetapi Bapak Presiden minta lebih massif,” imbuhnya.
Dengan kebijakan tersebut, pemerintah dan sektor industri melakukan co-production SDM industri, karena pemerintah menilai industri yang paling tahu kebutuhan akan SDM. Kemenperin pun terus mendorong agar swasta ikut menyiapkan SDM yang kompeten di bidang industri.
Dalam melakukan peningkatan kualitas SDM industri, Kemenperin juga melakukan revitalisasi pendidikan vokasi serta membuat program link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan industri. Program tersebut sudah dilakukan Kemenperin selama dua tahun terakhir.
“Mengenai revitalisasi vokasi, kami sudah bekerjasama dengan lebih dari 2.200 SMK, yang kemudian dikerjasamakan dengan 600 lebih industri. Kemudian link and match antara industri dengan SMK, sudah membuatkan hampir 4.997 kerjasama,” jelasnya.
Airlangga menuturkan, salah satu bentuk kerjasama tersebut, industri memberikan bantuan peralatan untuk praktikum di SMK minimal senilai Rp500 juta. “Adanya kerja sama antara SMK dan industri ini juga secara otomatis dilakukan peningkatan kurikulum, serta mengubah program studi dan kurikulum. Selain itu sudah lebih dari 40 program studi yang diubah sesuai kebutuhan industri,” pungkasnya.