Siarandepok.com – Tahun 2018 lalu, Jakarta dinyatakan sebagai pemenang dalam Polusi udara terburuk se-Asia Tenggara. Tetapi selama Januari-Februari 2019 kualitas udara di Jakarta semakin baik.
“KLHK sudah memiliki jaringan pemantau kualitas udara yang terus di-update secara real time dan kontinyu di 14 kota,” kata Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) M.R. Karliansyah, Rabu (13/3).
“Saat kita mengkoneksikan dengan sistem yang dimiliki oleh BMKG, Pemerintah Daerah, termasuk dengan swasta juga, kita memiliki 54 stasiun pemantauan di seluruh Indonesia. Masyarakat dapat mengakses sistem pemantauan kualitas udara tersebut melalui http://iku.menlhk.go.id/aqms/,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebelumnya, IQAir AirVisual menerbitkan laporan World Air Quality Report 2018 dan menempatkan Jakarta sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di Asia Tenggara. Laporan tersebut menggunakan metode pengukuran indeks kualitas udara, dengan menghitung konsentrasi rata-rata tahunan particulate matter (PM) 2,5.
Batas aman tahunan yang digunakan pada laporan tersebut mengacu kepada standar World Health Organization (WHO) sebesar 10 g/m3. Menurut Karliansyah, batas aman tahunan yang digunakan WHO tersebut berbeda dengan baku mutu udara ambien nasional tahunan yang digunakan KLHK sebesar 15 g/m3.
Berdasarkan data KLHK, kualitas udara Kota Jakarta berdasarkan indeks PM 2,5 selama 2018, antara lain terdapat 34 hari dengan kondisi udara baik (warna hijau), 122 hari dengan kondisi udara sedang (warna biru), dan 196 hari sisanya berada dalam kondisi tidak sehat (warna kuning). Tidak ada satu hari pun pada tahun 2018 Kota Jakarta memiliki kondisi udara sangat tidak sehat (warna merah).
Kemudian pada 2019 selama periode Januari-Februari, kondisi udara Jakarta justru menunjukkan kualitas udara yang semakin membaik dibanding 2018. Terdapat 10 hari dengan kondisi udara baik (hijau), 38 hari dengan kondisi udara sedang (biru), dan hanya 11 hari dengan kondisi udara tidak sehat (kuning).
Penulis : Inggiet Yoes
Editor : Muthia Dewi Safira