Siarandepok.com – Untuk membangun generasi bangsa yang lebih beradab, pendidikan saat ini harus direformasi total. Hal ini dikarenakan orang tua membuat anaknya lupa untuk mengimbangi pendidikan karakter sebagai bangsa Indonesia, karena selama ini orang tua hanya memaksa anak-anaknya untuk menguasai kemampuan skolastis seperti membaca, berhitung, matematika, bahasa Inggris. Saat ini, sistem pendidikan di Indonesia dinilai belum mampu menjawab perkembangan zaman.
“Pendidikan karakter harus menjadi program prioritas utama pemerintah dan kebijakan itu harus terbaca dalam kurikulum di semua level pendidikan mulai Taman Kanak-Kanak (TK) sampai Perguruan Tinggi (PT). Di samping itu, harus menjadi gerakan sosial seluruh warga,” ujar Prof Dr Siti Musdah Mulia selalu Ketua Yayasan Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), Kamis (28/2).
Menurutnya, penanaman pendidikan karakter harus dimulai dari pendidikan calon orang tua (parenting education) sebelum menikah. Artinya, para calon orang tua harus mendapatkan bimbingan intensif bagaimana mendidik anak di masa serba digital seperti sekarang ini. Mereka juga harus diberi wawasan kebangsaan dan pendidikan agama yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Harapan Musdah dengan adanya parenting education ini, para orang tua menjadi lebih siap dan paham bagaimana mendidik anak, baik saat di rumah maupun di sekolah. Selain itu, pendidikan sekolah seharusnya tidak hanya mengajarkan teori semata, melainkan harus lebih kuat membangun aspek karakter dengan mengutamakan nilai-nilai.
“Guru harus terlebih dulu memberikan contoh teladan. Karena itu perlu ada semacam reformasi total dalam pelaksanaan pendidikan mulai dari tingkat bawah sampai tinggi,” ucap Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah ini.
Terdapat pendidikan via media yang seharusnya menjadi institusi utama dalam membangun moral bangsa. Selain itu, agar peserta didik tidak begitu mudahnya mendapatkan konten-konten dari medsos. Perlu adanya upaya melakukan seleksi ketat terhadap konten media, terutama di media sosial (medsos).
Musdah mengatakan, para pemimpin negara dan elite politik harus menjadi contoh teladan. Hal ini dikarenakan, ucapan dan perilaku di muka publik harus mengutamakan nilai-nilai Pancasila dan sejalan dengan prinsip Hak Asasi Manusia (HAM).
“Kalau pemimpinnya beradab, maka keputusan-keputusan yang dihasilkan, pasti akan lebih beradab, terutama dalam membangun karakter bangsa yang ber-Pancasila,” terangnya.
Musdah juga menyarankan, selain pendidikan karakter sejak kecil, pendidikan politik yang berorientasi nilai-nilai spiritual yang humanis dan pluralistik juga harus diberikan kepada masyarakat sipil khususnya pemuda dan remaja. Selanjutnya, mendorong para pemimpin agama untuk mensosialisasikan interpretasi agama yang akomodatif terhadap nilai-nilai Pancasila dan kemanusiaan, serta menolak semua bentuk diskriminasi, eksploitasi dan kekerasan, apa pun alasannya.
“Kalau itu dijalankan dengan baik, Insya Allah, kita akan memiliki generasi bangsa yang beradab dan berkualitas,” pungkasnya.
Penulis: Nia RS
Editor: Muhammad Rafi Hanif
