JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada akhir perdagangan, Jumat (2/11/2018) ditutup untuk meninggalkan level Rp15.000/USD dan menyentuh posisi Rp14.950/USD di sesi sore.
Menurut data Bloomberg rupiah balik melawan untuk pulih di posisi Rp14.955/USD untuk melanjutkan sinyal penguatan dibandingkan tengah pekan kemarin Rp15.127/USD. Posisi tersebut membaik dengan pergerakan harian rupiah di kisaran Rp14.955-Rp15.100/USD.
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah tertahan pada jalur hijau di level Rp15.089/USD. Posisi ini memperlihatkan rupiah tampil perkasa dibandingkan posisi perdagangan sebelumnya Rp15.195/USD.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ketua Umum Kamar Dagang dan industri (Kadin) Indonesia Eddy Ganefo menilai, menguatnya nilai tukar rupiah, disebabkan penurunan harga minyak dunia yang membuat tekanan impor menurun. Dan ini membuat suplai valuta asing terjaga sehingga nilai tukar rupiah terhadap dolar menguat.
“Jika harga minyak menurun artinya tekanan impor minyak bisa berkurang. Suplai valas lebih terjaga,” ujar Eddy di Kadin Indonesia, Jakarta. Minggu (4/11)
Selain itu, Eddy menambahkan, penguatan rupiah juga ditopang dengan pelaku pasar. Dimana pelaku pasar sudah mulai mengambil langkah ketika suku bunga Amerika Serikat naik.
“Pelaku pasar juga sudah melakukan price in terhadap rencana The Fed menaikkan bunga acuan 25 basis poin pada Desember mendatang,” katanya.
Untuk itu, Eddy berharap, penguatan rupiah bisa dipertahankan hingga akhir tahun. Hal itu agar menunjukkan fundamental ekonomi Indonesia kuat dalam menghadapi tantangan global kedepannya.
“Harapannya ini bisa berlanjut terus sampai akhir tahun. Jadi semakin kokoh fundamental ekonomi kita,” tandasnya. (FKV)