Era Kontrasepsi Selesai, Wihaji Minta Penyuluh KB Pahami Framework Kementerian

- Reporter

Rabu, 30 Juli 2025 - 11:20 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Siarandepok.com- Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menilai program keluarga berencana (KB) dalam konteks kontrasepsi sudah selesai. Angka kelahiran total _(total fertility rate/TFR)_ sebesar 2,1 sudah memenuhi syarat penduduk tumbuh seimbang. Kini, program bergeser menjadi kependudukan dan pembangunan keluarga. Itulah yang menjadi kerangka kerja _(framework)_ kementerian.

“Kependudukan intinya adalah memastikan penduduk kita terkendali. Cara mengendalikannya adalah pendekatan kontrasepsi. Supaya apa? Supaya tumbuh seimbang. Supaya tumbuh seimbang harus dikendalikan. Cara mengendalikannya pakai metode kontrasepsi untuk memastikan jumlah penduduk sekian, dengan TFR-nya 2,0 sampai 2,1. Nah, dalam dalam konteks pendekatan kontrasepsi menurut saya sudah selesai. Menurut saya TFR kita sudah oke,” kata Wihaji saat memberikan kuliah umum di hadapan peserta Musyawarah Kerja Nasional Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana (Mukernas IPeKB) di Kota Bandung pada Selasa (29/7/2025).

Dengan capaian tersebut, Wihaji menilai sudah saatnya paradigma kependudukan bergeser. Meski begitu, pengendalian tetap dijalankan dengan skala prioritas. Daerah-daerah dengan TFR masih tinggi dan kepadatan tinggi atau laju pertumbuhan penduduk yang tinggi tetap menjadi priortas. Daerah-daerah seperti Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung, Kabupaten Cianjur, merupakan tiga contoh yang disebutkan Wihaji dalam ceramah selama lebih kurang dua jam tersebut.

“Dalam tanda petik, ya. Ini yang kita prioritaskan bagaimana masyarakat kita yang belum beruntung kita prioritaskan untuk mengedukasi pentingnya keluarga berencana. Maka isu kependudukan kita geser menjadi bagaimana kita memastikan namanya _grand design_ pembangunan kependudukan,” tandas Bupati Batang Periode 2017-2022 tersebut.

“Apa sih intinya? Intinya _grand design_ ini kira-kira adalah memastikan kita mau ngapain dengan jumlah penduduk sekian. Contoh, DKI Jakarta dengan jumlah penduduk sekitar 10 juta atau Jabar sebanyak 55 juta. Dalam _grand design_ kependudukan, maka dengan rumus tertentu, 55 juta penduduk Jabar harus disiapkan rumah sakitnya sekian. Tempat sampahnya sekian. Sekolah SD-nya sekian, SMP-nya sekian, SMA-nya sekian, perguruan tingginya sekian, jurusannya apa saja kita petakan. Pekerjaan apa saja yang dibutuhkan masyarakat Jawa Barat? Kemudian juga investasi apa yang akan ada di Jawa Barat? Itulah yang saya sebut dengan jalan atau peta jalan pembangunan kependudukan. Ini urus kependudukan adalah mengurus _frame_,” sambung Wihaji

Setelah kerangka atau _frame_ tebentuk, berikutnya adalah pembangunan keluarga. Jika _grand design_ Pembangunan kependudkan menjadi _frame_, Wihaji menyebut pembangunan keluarga sebagai pekerjaannya _(work)_. Dengan demikian, _frame_ dibuat dan _work_ dikerjakan.

“Kalau _frame_ saja tidak jalan, _work_ tanpa _frame_ juga _enggak_ bisa. _Frame_ tanpa _work_ juga seperti enggak ada,” tegas Wihaji.

Dalam konteks pembangunan keluarga, papar Wihaji, maka yang dibangun adalah keluarga. Kemudian, dalam pembangunan hal paling penting adalah fondasi. Doktor manajemen ini meyakini fondasi yang mampu menopang bangunan kuat. Dalam kontek keluarga, fondasi keluarga dimulai dari hulu. Fondasi dalam keluarga dimulai dari kapan seseorang berkeluarga. Itulah fondasinya.

“Maka fondasi keluarga dimulai dari calon pengantin (catin) karena cikal-bakal sebelum menjadi keluarga adalah catin. Dari situlah kita akan bekerja memastikan supaya catinnya itu sesuai dengan apa yang menjadi rekomendasi kementerian kita. Umurnya cukup, kalau bisa 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki. Usia ini penting supaya nanti anak yang dilahirkan tidak _stunting_. Supaya nanti ekonominya lebih bagus. Supaya keluarganya nanti berkualitas. Ingat, setelah catin nanti akan jadi pasangan usia subur (PUS). Maka dia akan hamil,” papar Wihaji.

Hubungan sebab-akibat itu yang kemudian diakui Wihaji menjadi alasan lahirnya _quick wins_ Kemendukbangga. Lima _quick wins_ yang diusung Kemendukbangga merupakan jawaban atas masalah-masalah yang muncul selama siklus kehidupan bergulir. Adapun target yang harus disasar adalah 72 juta keluarga di Indonesia berdasarkan hasil Pendataan Keluarga 2024.

“Inilah Bapak/Ibu yang akan kita urus sebagai BKKBN, sebagai kementerian. Kadang orang bertanya, ‘Apa sih yang diurus kita ini semuanya masuk, semua yang diurus semuanya masuk?’ Bapak/Ibu, sektor-sektor yang tidak bisa diselesaikan oleh satu sektoral itulah yang kita urus. Contoh, kenapa _stunting_ yang _ngurus_ BKKBN, sebab _stunting_ itu urusannya banyak. Karena urusan-urusan yang tidak bisa diurus oleh satu sektoral itulah kementerian kita yang ngurus siklus kehidupan dan kita satukan dari sektor-sektor itu,” urai Wihaji.

 

Menurut Wihaji, _quick wins_ sejatinya bertumpu pada dua hal: mencegah dan mengubah perilaku. Dia mencontohkan sepeda motor. Tugas kementeriannya memastikan motor itu memiliki rem, gas, roda, bensin, dan lain-lain. Kemudian, sepeda motor tersebut sudah dilengkapi dengan surat tanda nomor kendaraan (STNK) dan memiliki buku pemilik kendaraan bermotor (BPKB).

“Dipastikan semua aman. Itu tugas kita. Tapi kalau di jalan kecelakaan, sudah bukan tugas kita. Tugas yang lain. Intinya, memastikan bahwa ibu hamilnya sehat sehat. Kemudian, asupan gizinya oke, kemudian apa lagi? Air bersihnya oke, sanitasinya oke, memastikan itu sehingga nanti ketika lahir aman, tidak _stunting_. Itu yang kita akan kerjakan,” jelas Wihaji.

“Dalam teori perilaku, menurut ilmu pengetahuan, dimulai dari _knowledge_ dulu. Perilaku itu dimulai dari tahu. Setelah tahu baru muncul sikap. Setelah sikap baru muncul perilaku. Sikap yang diulang-ulang itulah menjadi perilaku. Pertanyaannya, adalah apakah yang kita kerjakan selama ini bagian dari merubah perilaku? Jawabannya gimana? Iya. Kita sendiri harus yakin, iya. Iya, memang iya,” tegas Wihaji.***

Berita Terkait

Kelakar Prabowo Soal Isu Dikendalikan Jokowi, Sebut Tak Takut tapi Tetap Hormati Pendahulu
Prabowo Turun Gunung, KPK Pastikan Penyelidikan soal Whoosh Tetap Jalan
Akademisi Sulfikar Amir Blak-blakan Ungkap Jatah APBN untuk IKN: Duit Habis, Pembangunan Dikerjakan BUMN
Respons Menkeu Purbaya soal Ekonomi RI Tumbuh 5,04 Persen, Sebut Ada Hubungannya dengan Arah Kebijakan Fiskal
Selain Dicap Sebagai Kota Hantu, Akademisi Ungkap Dua Isu Utama Penyebab IKN Jadi Sorotan Media Asing
10 Poin Tuntutan Aksi Demonstrasi Buruh di DPR, dari Desak UU Ketenagakerjaan hingga Minta Hentikan Badai PHK di Kalangan Pekerja
Di Balik Kasus Korupsi Gubernur Riau, Ada Pejabat Sekretaris Dinas PUPR yang Dipulangkan KPK
Beda Persiapan Timnas Indonesia dengan Brazil Jelang Laga di Piala Dunia U-17: Pupuk Mental Baja vs Pijat Sampai Tidur

Berita Terkait

Kamis, 6 November 2025 - 20:40 WIB

Kelakar Prabowo Soal Isu Dikendalikan Jokowi, Sebut Tak Takut tapi Tetap Hormati Pendahulu

Kamis, 6 November 2025 - 20:36 WIB

Prabowo Turun Gunung, KPK Pastikan Penyelidikan soal Whoosh Tetap Jalan

Kamis, 6 November 2025 - 20:33 WIB

Akademisi Sulfikar Amir Blak-blakan Ungkap Jatah APBN untuk IKN: Duit Habis, Pembangunan Dikerjakan BUMN

Kamis, 6 November 2025 - 19:42 WIB

Respons Menkeu Purbaya soal Ekonomi RI Tumbuh 5,04 Persen, Sebut Ada Hubungannya dengan Arah Kebijakan Fiskal

Kamis, 6 November 2025 - 19:39 WIB

Selain Dicap Sebagai Kota Hantu, Akademisi Ungkap Dua Isu Utama Penyebab IKN Jadi Sorotan Media Asing

Kamis, 6 November 2025 - 19:16 WIB

Di Balik Kasus Korupsi Gubernur Riau, Ada Pejabat Sekretaris Dinas PUPR yang Dipulangkan KPK

Kamis, 6 November 2025 - 19:08 WIB

Beda Persiapan Timnas Indonesia dengan Brazil Jelang Laga di Piala Dunia U-17: Pupuk Mental Baja vs Pijat Sampai Tidur

Kamis, 6 November 2025 - 18:38 WIB

Wujudkan Sekolah Islam Unggul dan Berdaya Saing di Lampung Bersama KPSI

Berita Terbaru