Mahasiswa UI Tekankan Urgensi Pendidikan Seksual bagi Anak Tunagrahita

- Reporter

Selasa, 6 Agustus 2024 - 17:48

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

SiaranDepok.com – Maraknya kasus kekerasan seksual telah mendapat banyak perhatian. Gerakan-gerakananti-kekerasan seksual bermunculan. Upaya pencegahannya pun cukup masif disosialisasikan,berseliweran di media sosial maupun selebaran di jalanan.

Pendidikan seksual sedari dini tentumenjadi kunci menuju terciptanya ruang yang lebih aman tanpa kekerasan seksual. Namun,masih ada anak-anak yang seringkali luput untuk dilibatkan dalam upaya tersebut.

Mereka dalah anak berkebutuhan khusus tunagrahita.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Karena kebutuhan khusus yang dimiliki, mereka seringkali dianggap ‘berbeda’ dari anak pada umumnya. Padahal, mereka tetaplah suatu individu yang utuh, tetap mengalami masa pubertas,perubahan hormon, dan kebutuhan untuk menyalurkan hasrat biologisnya.

Keterbatasanmereka dalam aspek intelektualitas dan komunikasi acapkali menjadi hambatan dalam prosespenanaman nilai-nilai pendidikan seksual.

Merespons ancaman kekerasan seksual di Depok, dengan bimbingan dari Dr. Ners. Dwi Cahya Rahmadiah selaku dosen Departemen Keperawatan Komunitas, lima mahasiswa UniversitasIndonesia, Rifty Octapiani Fauziah, Anisa Isnaini, Naswa Dwidayanti Khairunnisa, Mirlando

Geny Saputra, dan Prima Amalia Dewi, berusaha mengatasi hambatan tersebut denganmenginisiasi metode pendidikan seksual yang disesuaikan dengan karakteristik tunagrahita itu sendiri.

Upaya ini dilakukan melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang PengabdianMasyarakat yang mendapatkan pendanaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

“Mereka memang memiliki kebutuhan khusus yang menghambat penerimaan pendidikan seksual. Tapi, hambatan tersebut tentunya tidak lantas mengaburkan hak-hak anak berkebutuhan khusus tunagrahita dalam mendapatkan pendidikan seksual.

Sebagaimana anak lain, mereka juga berhak mendapatkan pendidikan seksual demi keselamatan hidupnya,” papar rifty Octapiani, mahasiswa dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang berperan sebagai ketua tim.

Menyikapi karakteristik tunagrahita yang memiliki keterbatasan ingatan dan fokus belajar, Tim PKM ini menginisiasi penggunaan media pop up book dalam menyampaikan pendidikan seksual. Pop up book, dengan ilustrasi tiga dimensinya, mampu membuat anak terlibat secara aktif dalam pembelajaran, menarik minat, serta menciptakan atmosfer yang menyenangkan.

Boneka puppet sebagai model juga digunakan karena, umumnya, anak berkebutuhan khusus tunagrahita merupakan tipe pembelajar visual sehingga pembelajarannya dapat dioptimalisasi dengan gambar dan alat peraga.

Lebih lanjut, media tersebut dipadukan dengan metode storytelling. Materi pendidikan seksual yang dikemas dalam bentuk cerita ini mencakup: pengenalan gender, identifikasi anggota tubuh mana saja yang tidak boleh dilihat maupun dipegang sembarang orang, pengenalan istilah kekerasan seksual, serta identifikasi mitigasi yang dapat dilakukan jika anak menjadi korban.

Proses penyampaian pendidikan seksual melalui cerita juga dapat membantu anak tunagrahita dalam mengatasi kurangnya pembendaharaan kata yang mereka miliki.

Untuk memaksimalkan keberhasilan dampaknya, Tim PKM PM dari Universitas Indonesia ini telah melakukan intervensi pada anak berkebutuhan khusus tunagrahita kelas 4, 5, dan 6 di SLBN Kota Depok. Hasilnya, terjadi peningkatan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik anak.

Anak jadi mengetahui bagian tubuh mana saja yang tidak boleh dilihat dan disentuh oleh sembarang orang, menolak jika diajak pergi oleh orang asing sebagai upaya meminimalisir kemungkinan menjadi korban, melapor pada orang tua maupun pihak sekolah jika terjadi kekerasan seksual, serta mengembangkan psikomotoriknya dengan penggunaan media puppet, pop up book, yang ditunjang pula dengan adanya gerak dan lagu “Jaga Tubuh Kita.”

Hal ini mendapat respons baik dari pihak sekolah. “Sangat bagus, metode penyampaiannya juga dengan gambar, nyanyian, permainan, itu sangat tepat untuk anak-anak kami yang memang hanya berjangka pendek memorinya. Kemudian, tadi ada praktik ya, uji coba gitu jadi anak-anak senang. Yang biasanya tidak ada perhatian, tadi kayaknya penuh perhatian engerjakan tugasnya.

Semoga mereka lebih paham lagi dan ke depannya bisa melindungi diri mereka sendiri dan tahu cara menghindar dari orang yang jahat terhadap mereka, terutama kejahatan seksual,” ungkap Erna Wahjati Mudji Primastuti, S.Pd, pengajar di SLBN Kota Depok.

Berharap tak terbatas di ruang-ruang kelas saja, Tim PKM PM UI juga melibatkan peran orang tua siswa dalam promosi pendidikan seksual. Ibunda dari salah satu anak kelas 4C SLBN Kota Depok mengungkapkan tanggapannya terhadap program tersebut. “Cukup informatif, ya.

Agakkaget juga karena ternyata anak-anak berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan seksual.

Memang enggak bisa dipungkiri bahwa seiring dengan pertambahan usia, kan, kadang-kadang suka luput untuk anak-anak berkebutuhan khusus.

Padahal mereka juga seperti manusia pada umumnya, anak-anak pada umumnya, yang pasti ada dorongan, ada hasrat karena perubahan hormon.

Jadi saya bersyukur banget karena saya jujur enggak bisa, enggak ngerti juga untuk menyampaikan ke anak saya. Nah, dengan adanya hal seperti ini, saya jadi terbantu.

Nanti akan saya tekankan lagi ke anak saya, saya ingatkan lagi apa yang tidak boleh disentuh.”

Lebih lanjut, Dwi Cahya Rahmadiah, selaku dosen pembimbing Tim PKM PM, juga turut menambahkan, “Diharapkan pengabdian masyarakat ini dapat menjembatani gap atau batasan-batasan yang ada sehingga informasi tentang pendidikan seksual pada anak berkebutuhan khusus dapat tersampaikan dengan baik.”

Dengan inisiasi pemberdayaan masyarakat ini, Tim PKM PM yang menamai diri sebagai Tim SEMESTA itu berupaya menghadirkan pendidikan seksual yang inklusif, dapat diterima oleh anak normal maupun anak berkebutuhan khusus tunagrahita, sebagaimana namanya, SEMESTA, yang merupakan singkatan dari Semangat Pendidikan Seksual untuk Tunagrahita.

Mereka berharap pengabdian masyarakat yang mereka lakukan ini dapat menjadi salah satu langkah untuk menghadirkan semesta yang lebih aman dari tindak kekerasan seksual.***

Berita Terkait

DUTA GENRE 2024 Amanda Soemedi: Jadilah Pribadi Kreatif Aktif Berkarakter
Gerakkan Kekuatan Emak-emak Dan Anak Muda, Hamzah Optimis Supian-Chandra Menang 70 Persen Di Cilodong-Tapos
Fazar Apresiasi Kolaborasi Pentahelix “Merah Putih Sehat” Kompas TV Dalam PPS
Kupas Tuntas Buku Student Super Success : Dr Awaluddin Faj berikan Tips dan Strategi Mencapai Impian
ISF 2024 Momen Kadin Pamerkan Transisi Energi Perindustrian Indonesia
Berkunjung ke Istana Negara, Paus Puji Komitmen Indonesia Jaga Persatuan Ditengah Keberagaman
4 G Sesalkan Aksi Perusakan Baliho Supian-Chandra, Bukti Kepanikan Kubu Sebelah dan Matinya Moral Politik
Hadiri Harganas Kota Banjar, Kaper Ingatkan Pilar Keluarga Berkualitas

Berita Terkait

Minggu, 8 September 2024 - 08:01

DUTA GENRE 2024 Amanda Soemedi: Jadilah Pribadi Kreatif Aktif Berkarakter

Sabtu, 7 September 2024 - 19:07

Gerakkan Kekuatan Emak-emak Dan Anak Muda, Hamzah Optimis Supian-Chandra Menang 70 Persen Di Cilodong-Tapos

Jumat, 6 September 2024 - 14:53

Fazar Apresiasi Kolaborasi Pentahelix “Merah Putih Sehat” Kompas TV Dalam PPS

Kamis, 5 September 2024 - 14:47

Kupas Tuntas Buku Student Super Success : Dr Awaluddin Faj berikan Tips dan Strategi Mencapai Impian

Kamis, 5 September 2024 - 07:26

ISF 2024 Momen Kadin Pamerkan Transisi Energi Perindustrian Indonesia

Rabu, 4 September 2024 - 14:21

4 G Sesalkan Aksi Perusakan Baliho Supian-Chandra, Bukti Kepanikan Kubu Sebelah dan Matinya Moral Politik

Selasa, 3 September 2024 - 21:34

Hadiri Harganas Kota Banjar, Kaper Ingatkan Pilar Keluarga Berkualitas

Selasa, 3 September 2024 - 21:31

Hadiri Pelantikan Dewan, Supian Suri Diteriaki Wali Kota dan Warga Antre Minta Foto

Berita Terbaru