siarandepok.com – Zat besi termasuk dalam zat gizi mikro, namun kekurangan zat besi dapat berpengaruh pada tumbuh kembang anak, salah satunya seperti kurangnya konsentrasi dalam belajar.
Prof. Dr. drg. Sandra Fikawati, MPH., sebagai ahli gizi ibu dan anak mengatakan bahwa jutaan anak mengalami pertumbuhan terhambat, keterlambatan kognitif, kekebalan yang lemah, dan penyakit akibat defisiensi zat besi.
“Padahal anak usia prasekolah butuh dukungan lingkungan yang baik, terutama dukungan gizi seimbang. Jika orang tua tidak waspada, dampaknya akan diketahui saat sudah terlambat,” katanya dalam acara media diskusi terkait Hari Gizi Nasional yang diadakan oleh Danone Specialized Nutrition.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia pun menjelaskan bahwa, zat besi adalah unsur utama dalam hemoglobin (Hb) yang berfungsi mengantarkan oksigen dari paru ke seluruh tubuh. Defisiensi zat besi membuat konsentrasi Hb dalam darah rendah sehingga pasokan untuk sel-sel tubuh berkurang.
Prevalensi balita anemia di Indonesia terus meningkat, dari 28,1 % di tahun 2013 menjadi 38,5 % di tahun 2018 berdasarkan data Riskesdas. “Anemia defisiensi zat besi ini memang rentan dialami anak, terutama di akhir masa bayi dan awal masa kanak-kanak,” ujar dosen di Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ini.
Penyebab tertinggi kekurangan zat besi pada balita di Indonesia, lanjut Fika, adalah kurangnya asupan zat besi dari makanan ibu saat hamil atau kurangnya zat besi dalam makanan yang dikonsumsi anak. “Untuk itu setelah mendapat makanan pendamping ASI harus mendapat makanan sumber zat besi, terutama protein hewani seperti daging, ikan, unggas, atau susu,”
Penulis: ZW
Editor: RR