siarandepok.com-Oleh: KH Syamsul Yakin
Wakil Ketua Umum MUI Kota Depok
Tahun 2020 ini, bagi warga Depok menyimpan makna tersendiri. Setelah hampir setahun lamanya, semua komponen masyarakat menguras tenaga, pikiran dan energi untuk memilih walikota dan wakilnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Maka kini, bersamaan dengan datangnya tahun 2021 dan usainya pilkada, kita harus mampu mengembalikan keguyuban. Apalagi kita telah berhasil memilih pemimpin baru dengan mekanisme pilkada yang benar. Oleh karena itu, semua warga Depok harus bergembira menyambut pemimpin baru hasil tahapan pilkada 2020.
Kita menaruh harapan, kehadiran pemimpin baru ini sedapat mungkin melakukan rekonsiliasi, konsolidasi, dan kerjasama dengan semua komponen masyarakat yang kemarin bersaing dan terbelah-belah.
Pekerjaan yang lebih penting di depan mata bukan lagi memenangkan tokoh idola atau partai tertentu. Tetapi, kesamaan langkah dan kesatuan tekad kita untuk menjadikan kota kita lebih baik, berkeadilan, penuh kesentosaan dan kemakmuran. Kota Depok sudah saatnya dipimpin oleh mereka yang mengerti bahasa angin hingga bisa menghindari badai; mengerti kapan layar ditutup dan dikembangkan.
2021 adalah tahun rekonsiliasi, momentum bagi pihak-pihak yang selama ini terpetak-petak kembali menjalin pola hubungan yang didasarkan cinta dan silaturahmi. Saat ini mengedepankan semangat kebencian dan permusuhan serta dendam hanya akan merugikan diri sendiri.
Karena itu sudah saatnya kita meninggalkan model soridaritas organis. Model hubungan antarsesama, yang menurut Emile Durkheim, hanya didasarkan pada kesamaan kepentingan, tarik-ulur, berjarak, dan didasarkan atas untung-rugi.
Saat ini kebaikan dan perbaikan adalah cita-cita kita semua. Sedangkan semua perbuatan dan sikap yang akan menjungkirbalikkan kota kita pada keadaan yang hina, sengsara, dan menimbulkan malapetaka kita hadapi bersama-sama. Saatnya kita campakkan sikap terlalu mudah menuduh, memvonis, memojokkan, menghina, menjatuhkan, bersikukuh, dan merasa benar sendiri.
Kita tentunya ingin Depok menjadi kota yang “baldatun thayyibatun wa rabbun gafuur”. Atau kota yang gemah ripah, repeh, rapih, toto tenterem kertoraharjo, seperti yang diungkap al-Qur’an: “Kalau saja penduduk negeri itu beriman dan bertakwa, sungguh akan Kami bukakan pintu keberkahan dari langit dan dari bumi” (QS. al-A’raf/7: 196).
Lagi-lagi, prasyarat untuk menggapai keberkahan, kesentosaan, dan kemakmuran berpangkal-tolak pada iman dan takwa, di mana Depok dikenal sebagai kota religius.
Sekali lagi, hari ini saatnya kita menata kota kita. Kita mulai dari diri kita, keluarga kita, masyarakat kita, sampai pada tingkat negara dan bangsa tercinta untuk sama-sama melakukan kebaikan dan perbaikan, menanamkan kasih sayang, persaudaraan, saling menghargai dan melindungi serta berpegang teguh pada kendali moral, ajaran agama, dan undang-undang negara.
Ke depan ujian yang menghadang bukan lantas mengecil atau menghilang. Sebagai manusia beriman kita tetap akan diuji Allah untuk menentukan kualitas penghambaan kita kepada-Nya.
Al-Qur’an memberi penegasan: “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘kami telah beriman’, sedangkan mereka tidak diuji lagi. Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang berdusta” (QS. al-Ankabut/29: 2-3).
Kebesaran hati kita untuk melakukan konsolidasi dan rekonsiliasi pun diuji. Diperlukan kejernihan hati dan ketajaman pikiran dalam menghadapi berbagai kemungkinan yang tidak menguntungkan yang bakal terjadi. Jangan sampai kita keliru memilih kawan seiring dalam membangun kebaikan, sebelum khalayak mengakui kredibilitasnya.
Alih-alih menjadikan masyarakat maju dan sejahtera serta mendapat penghidupan yang lebih baik, yang terjadi justru kembali ke titik nol dan tersungkur ke tempat yang rendah.
Sebagai Muslim yang beriman, sepatutnya kita memperhatikan pesan Allah yang berbunyi: “Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan itu” (QS. al-Hujurat/49: 6).
Sungguh, bila kita berpedoman kepada ajaran al-Qur’an di atas, sebenarnya kota kita dengan mudah dikelola. Karena masing-masing kita punya sikap dan cita-cita yang sama, yakni rekonsiliasi, konsolidasi, dan bekerja sama.
Semoga melalui momentum pergantian akhir tahun pascapilkada ini kita bersedia untuk menjadi warga Depok yang bersatu, warga yang bisa dan biasa menerima perbedaan, warga yang cerdas karena menjadikan perbedaan sebagai rahmat (kasih sayang) Allah.