Oleh: Dian Efendi Hasya,S.Ag,.MM.
Pengasuh Saung Madu, (Majelis Âly Dârul Ulüm)
Ada sebuah hikayat bersumber dari Abdullah Al-Wasiţy yang dinukil dari Kitab “Uqud Al-Lujjain Fi Bayani Huquq Az-Zaujain Karya Sheikh An-Nawawy Al-Bantany,
“Aku pernah melihat seorang wanita di atas bukit Arafat sambil mengucapkan:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
منْ يَهْدِي اللّٰهُ فَلاَ مُضِلَّ لهُ وَمَنْ يُضْلِل فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
Aku tahu bahwa ia sedang tersesat, lalu aku bertanya padanya, Hai wanita dari mana asalmu? Lalu ia menjawab:
سُبْحَانَ الَّذِيْ اَسْرٰی بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَی الْمَسْجِدِ الْاَقْصٰی
Aku tahu bahwa ia berasal dari Maqdis. Lalu aku bertanya lagi. Alasan apa yang membawamu ke sini (Arafah)? Ia menjawab:
وَلِلّٰهِ عَلَی النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيلاً
Lalu aku bertanya, apakah anda memiliki suami? Lalu ia menjawab:
وَلاَ تَقْفُ مَالَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ
Lalu aku berkata: Maukah anda naik mengendarai untaku? Ia menjawab:
وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللّٰهُ
Saat aku hendak menaiki unta, ia berucap :
قُلْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضُّوْا مِنْ اَبْصَارِهِمْ
Lalu aku memalingkan diri dari hadapannya, dan saat aku menaiki unta, Aku bertanya: Siapakah nama anda? Ia menjawab:
وَاذْكُرْ فِی الْكِتَابِ مَرْيَمَ
Kemudian Aku bertanya kepadanya. Apakah Anda memiliki anak? Ia menjawab:
وَوَصّٰی بِهَا اِبْرَاهِيْمُ بَنِيْهِ وَ يَعْقُوْبَ.
Aku baru mengetahui bahwa ia memiliki banyak anak. Kemudian Aku bertanya: Siapa saja nama-nama mereka?. Ia menjawab:
وَكَلَّمَ اللّٰهُ مُوْسٰی تَكْلِيْمًا؛ وَاتَّخَذَ اللّٰهُ اِبْرَاهِيْمَ خَلِيْلاً؛ يَا دَاوُدُ اِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيْفَةً فِی الْاَرْضِ
Lalu aku bertanya lagi dimanakah keberadaan mereka? Aku akan mencarinya. Ia menjawab:
وَعَلاَمَاتٍ وَ بِالنَّجْمِ هُمْ يَهْتَدُوْنَ
Barulah Aku mengetahui bahwa mereka itu sebagai penunjuk jalan (guide٫red). Kemudian Aku bertanya lagi: Wahai Ibu Maryam Apakah engkau mau makan barang sedikit saja? Ia menjawab:
اِنِّيْ نَذَرْتُ للِرَّحْمٰنِ صَوْمًا.
Saat kami sampai dan berjumpa dengan mereka (anak-anaknya)٫ mereka menangis. Ia berkata:
فَابْعَثُوْا اَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هٰذِهِ اِلَی الْمَدِيْنَةِ
Kemudian Aku menanyakan perihal wanita tersebut kepada anak-anaknya dan merekapun menjawab: Sebenarnya ibu tersesat jalan/hilang sejak 3 hari lalu, dan ia pernah bernazar untuk tidak berbicara kecuali hanya dengan bacaan qur’an. Setelah itu, Aku melihat mereka (anak-anaknya) menangis. Akupun bertanya pada mereka dan jawaban mereka adalah: Beliau ada di sebuah tempat. Kemuadian Aku bertanya dan ia menjawab:
وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ.
Saat di hari kematiannya, Aku bermimpi pada malam itu dan Akupun bertanya: Anda sedang berada dimana? Ia pun menjawab:
اِنَّ الْمُتَّقِيْنَ فِي جَنَّاتٍ وَنَهَرٍ فِيْ مَقْعَدِ صِدْقٍ عِنْدَ مَلِيْكٍ مُقْتَدِرٍ.
Hikayat di atas memberikan pelajaran untuk kita semua bahwa:
Siapapun bisa menghafal ayat-ayat Al-Qur’an asal dengan niat dan tekad yang kuat. Allâh akan memberikan jalan keluar dari setiap persoalan yang dihadapi setiap hamba, setiap kalimat yang keluar hendaknya senafas dengan nilai-nilai qur’ani.
Akhir kehidupan seseorang bisa juga ditentukan dari kebiasaan-kebiasaan sebelumnya, mimpinya orang soleh bisa menjadi sebuah pelajaran dan kebenaran yang bisa dipetik hikmah dan rahasianya.
Menjawab pertanyaan dari orang lain, hendaknya menyesuaikan dengan konteks substansi yang dipermasalahkan. Seseorang harus memiliki kemampuan memahami setiap jawaban yang diberikan.
