Siarandepok.com – Pembangunan infrastruktur dan transportasi umum di Kota Bekasi, Jawa Barat perlahan makin membaik. Hal itu tak lepas dari peran dan partisipasi semua pihak, termasuk ketaatan pendududnya ikut menggunakan angkutan umum. Kondisi inilah yang peru terus digenjot ke depan.
“Harus diakui, dibandingkan sepuluh tahun lalu, Bekasi sekarang lebih baik. Jalanan yang dulu banyak rusak dan berlubang, sekarang sudah berkurang, Kota lebih gemerlap dan mulai menunjukkan jatidiri sebagai Metropolitan,” kata Novan Hidayat, Rabu (8/5/2019).
Dengan jumlah penduduk sekitar 2,5 juta jiwa, lanjut dia, mungkin sekarang Bekasi menduduki posisi ke-4 sebagai kota terbesar di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tapi jika dibandingkan kota-kota Metro lainnya, menurut Novan, sebut saja Bandung, Semarang, Palembang atau Surabaya, penataan Kota Bekasi sebagai kota yang layak huni masih jauh dari harapan.
“Jika kota lain berlomba-lomba membuat dan menata taman kota, menata bantaran sungai sebagai tempat bermain, memberdayakan dan meningkatkan partisipasi public dalam penataan lingkungan, Bekasi masih bergelut dengan masalah-masalah klasik,” kritik Novan.
Di Bekasi, menurut dia, masih banyak ditemukan drainase yang mampet bahkan jalan tanpa drainase. Masih ada pasar tumpah yang sampahnya berhamburan dimana-mana, masih ada sungai-sungai yang dipenuhi kotoran dan lain sebagainya.
“Jika dibandingkan dengan Surabaya yang telah memiliki Ruang Terbuka Hijau (RTH) hingga 30% dari luas kota, jumlah taman kota di Bekasi masih sangat minim,” papar Novan lagi.
Jalur pedestrian dan lajur sepeda di Bekasi, terang Novan sangat terbatas, hanya terdapat pada beberapa spot tertentu. “Tak heran jika Bekasi pernah dinobatkan sebagai kota terkotor di Indonesia,” urai Novan.
Banjir Kiriman
Namun semua itu tak bisa serta merta menyalahkan Kota Bekasi dan seluruh warganya. Banjir yang sering melanda Bekasi merupakan air kiriman daerah hulu (sebut saja Bogor dan Purakarta).
Sementara, perubahan cuaca belakangan sangat ekstrim. Bahkan TPA Bantar Gebang, dengan ratusan truk sampah itu, merupakan akumulasi sampah warga Jakarta yang setiap hari harus dibuang di wilayah Bekasi, yaitu Bantar Gebang.
Di sisi lain, kemacetan di Bekasi khususnya truk angkutan berat, merupakan akumulasi dari makin banyaknya pabrik dan kawasan industri di kawasan ini, seperti Bekasi, Karawang, Puwakarta bahkan Bandung.
Fakta membuktikan, hampir semua aktivitas truk komoditas ekspor impor serta pasokan bahan baku industri di wilayah timur Jakarta hampir semua melintasi wilayah Bekasi.
