Oleh: Dr. Syamsul Yakin, MA
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Abu Umamah meriwayatkan,
“Aku datang kepada Rasulullah dan bertanya. Perintahkanlah aku untuk melaksanakan suatu perbuatan yang akan membawaku ke surga. Rasul menjawab, lakukanlah puasa, karena tidak ada satupun (amal) yang menyamainya.”
(HR. Ahmad, al-Nasa’i, dan al-Hakim)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Alhamdulillah besok kita puasa. Inilah bulan yang dinantikan, berlimpah berkah, rahmah, dan magfirah. Gempita suka cita Ramadan bertabur di mana-mana. Ramadan begitu hangat, syahdu, dan dengan erat membalut perasaan hati kita dengan penuh cinta dan kasih sayang. Inilah bulan yang dirindukan, menyapa kita semua.
“Apabila Ramadan tiba, maka pintu-pintu surga dibukakan lebar-lebar, pintu-pintu neraka dikunci rapat-rapat dan setan-setan dibelenggu erat-erat” (HR. Muslim). Hadits ini memberikan gambaran bahwa Allah memberikan kemudahan dan peluang untuk memperbanyak ibadah kepada-Nya. Karena itu Allah menuntut kesungguhan kita, sebab setan-setan telah dibelenggu dan pintu surga dibuka lebar-lebar, akan menjadi tidak berarti kalau kita belum membelenggu ‘setan-setan’ di dalam hati kita sendiri. Pintu surga yang terbuka justru kita tutup kembali rapat-rapat.
Setan di dalam hati kita itu adalah kesombongan, merasa paling berjasa, kaya, pintar, berpengaruh, suka memaki, menghina, dan menyepelekan kemampuan orang lain. Tepat, kalau Nabi mengatakan, “Barangsiapa tidak bisa meninggalkan perkataan kotor dan perbuatan kotor (selama berpuasa), maka Allah tidak sedikitpun menginginkan dia untuk meninggalkan makan dan minum (berpuasa)” (HR. Bukhari).
Sejatinya, kegembiraan kita menyambut puasa harus dibuktikan dengan memperbanyak ibadah. Sedetik pun di bulan ini tak ingin kita lewatkan sebab Ramadan adalah momentum tak tergantikan. Rasulullah mengingatkan, bahwa hari-hari di bulan puasa adalah hari-hari paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam paling utama. Bahkan, kata Baginda Nabi, desah nafas kita bernilai tasbih, tidur kita ibadah, dan semua permohonan akan dikabulkan. Mudahnya, Ramadan jangan sampai berlalu dengan sia-sia.
Kita semua menyimpan harapan terhadap Ramadhan tahun ini. Harapan untuk menjadi pribadi yang suci diri, bertabiat baik, selalu taat, dan mampu menemukan kembali jati diri dan harga diri sebagai manusia. Kalau Ramadan sebelumnya belum bisa memberikan perubahan dan perbaikan, Ramadan tahun ini harus menjadikan kita sebagai pribadi yang bertakwa. Sebab itulah tujuan tertinggi puasa. Sebagaimana pernyataan Tuhan, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan atas mereka sebelum kamu, agar kamu bertakwa”. (QS. al-Baqarah/2:183)
Ayat ini jelas mengarahkan manusia beriman untuk menjadi manusia bertakwa. Caranya dengan berpuasa. Tetapi kita pun harus tahu diri, takwa bukan semata perolehan yang diberikan Allah begitu saja. Untuk menjadi takwa perlu perjuangan dan pengorbanan. Selain secara fisik menahan lapar, dahaga, dan seks sejak Subuh hingga Maghrib. Pada malam hari kita diminta untuk berpayah-payah tadarus al-Qur’an, memperbanyak shalat sunnah, baik tarawih maupun qiyamul lail. Inilah janji Nabi, “Barangsiapa yang melaksanakan shalat malam di bulan Ramadan atas dasar iman dan mencari ridha Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lampau”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Bertakwa bukan hanya saat berpuasa, tapi kapanpun dan di manapun. Begitu pula kebaikan-kebaikan yang kita tanam di bulan ini, seyogianya mampu mengawal keperibadian dan tingkah laku kita dalam sebelas bulan kedepan. Siapapun kita, sebagai muslim harus gembira menyambut puasa. Tidak hanya berlapar-lapar dan dahaga, sebab itu semua tidak akan menyampaikan kita pada takwa. Bahkan, kata sebagian ulama sufi, puasa seperti itu adalah puasa yang kekanak-kanakan.
Mari kita puasakan juga mata, telinga, hidung, mulut, kaki, tangan, kemaluan, dan hati agar kita dicintai-Nya. Dalam sebuah hadist qudsi Allah berfirman “… Kalau Aku sudah mencintaimu, maka ketika kamu melihat sesungguhnya kamu melihat dengan penglihatan-Ku, ketika kamu mendengar, kamu mendengar dengan pendengaran-Ku. Kalau kamu minta pertolongan, akan Kutolong segera, dan jika kamu meminta perlindungan, kamu akan Aku lindungi” (HR. Bukhari). Mudah-mudahan dalam Ramadan tahun ini kita benar-benar akan memperoleh cinta-Nya dan mendapat gelar pribadi bertakwa sebagai bekal menghadap-Nya. Seperti Allah tegaskan, “Berbekallah kamu! Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa” (QS. al-Baqarah/2:197). Jadi, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak merasa gembira dengan datangnya bulan puasa.
Editor: Nadia
