Urgensi Ziarah Kubur

- Reporter

Senin, 26 Juni 2017 - 06:51

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tradisi Idul Fitri Hari Ke-2

Oleh: Dr. Syamsul Yakin, MA
Pengasuh Pondok Pesantren Madinatul Qur’an Indonesia Kota Depok
dan Dosen Pascasarjana FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Salah satu rangkaian kegiatan Idul Fitri dalam masyarakat kita adalah ziarah kubur. Kendati ada yang melakukannya sebelum Ramadhan, namun puncak tradisi “nyekar” ini terjadi pada saat lebaran.

Sulit dijelaskan secara tekstual ihwal fenomena masyarakat yang menjadikan ziarah kubur dilaksanakan secara massal. Apalagi menghukuminya sebagai budaya atau ritual tahunan. Sehingga bagi masyarakat awam, ziarah kubur dipahami sebagai rangkaian terakhir dari ibadah puasa, zakat fitrah, shalat Idul Fitri, dan halal bihalal.

Padahal secara tekstual dan teologis, ziarah kubur didasarkan pada sabda Nabi SAW: “Dulu aku melarang kalian berziarah kubur. Maka sekarang berziarahlah, karena hal itu akan menciptakan sikap zuhud pada dunia dan akan mengingatkan pada akhirat” (HR. Ibnu Majah).

Hadits serupa diriwayatkan juga oleh al-Turmudzi, Muslim, al-Nasai, Abu Daud, dan Ahmad. Dari hadits itu minimal kita dapat mengambil dua pelajaran. Pertama, dengan ziarah kubur Nabi SAW sedang mendidik masyarakat agar tidak memburu kehidupan dunia. Tetapi menanamkan sikap zuhud terhadap semua kenikmatan dunia yang menipu dan melalaikan.

Allah SWT mempertegas: “Ketahuilah sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah di antara kamu, serta berbangga-bangga dengan banyaknya harta dan anak …” (QS. al-Hadid/57: 20).

Jadi kehidupan dunia itu hanya perhiasan, sementara, dan palsu. Sedangkan kematian itu sendiri tidak akan terelakkan. Artinya, semua yang kita miliki saat ini akan musnah kecuali kebaikan yang sengaja kita tanam.

Dengan begitu, ada kehidupan setelah kematian. Pada kehidupan setelah kematian itulah terdapat kehidupan yang sebenarnya, kenikmatan hakiki, dan kesenangan abadi. Untuk menggapainya, tak ada pilihan lain, kita harus melewati pintu kematian.

Kembali Allah tegaskan: “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktu (ajal) mereka, mereka tidak dapat mengundurkannya sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya” (QS. al-A’raaf/7: 34).

Masalahnya sekarang, sudah siapkah kita apabila kematian datang menjemput? Kita sejatinya harus selalu dalam keadaan siap. Malah, orang-orang shaleh memandang kematian bukanlah sesuatu yang harus ditakuti. Tetapi sesuatu yang harus disembut dengan suka cita karena kematian menghantarkan kepada Zat yang paling dirindukan dengan penuh cinta.

Nah, sedianya ziarah kubur yang kita lakukan berbuah kesadaran akan kematian yang pasti datang. Bukan sekadar ikut-ikutan, tradisi, atau meramaikan hari raya.

Kedua, di awal hadits di atas, ada indikasi bahwa ziarah kubur pernah dilarang oleh Nabi. Dalam riwayat lain dijelaskan bahwa kebolehan ziarah kubur itu setelah Allah mengizinkan Nabi SAW menziarahi kubur ibunya.

Diriwayatkan oleh Sulaiman bin Buraidah dari bapaknya, Rasulullah SAW bersabda: “Dulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah kubur. Maka telah diizinkan bagi Muhammad untuk menziarahi kubur ibunya. Maka sekarang berziarah kalian, karena hal itu akan mengingatkan pada hari akhir “ (HR. al-Turmudzi).

Larangan ziarah kubur bisa dimaknai karena pada awal Islam, kondisi keberagamaan masyarakat belum mapan secara tauhid. Nabi khawatir masyarakat memandang Nabi membolehkan memohon kepada mereka yang telah mati dan kepada ruh karena hal itu merusak akidah.

Namun sejalan dengan perkembangan Islam yang terus maju, terutama masalah akidah, yang ditandai dengan dibolehkannya Nabi SAW menziarahi kubur ibunya, maka Nabi pun membolehkan ziarah kubur bagi umatnya.

Saudaraku, larangan ziarah kubur itu tetap berlaku bila kita masih berkualitas seperti masyarakat yang dikawatirkan Nabi saat itu. Karena itu, mari mantapkan akidah sebelum berziarah kubur. ***

Berita Terkait

SMP Tirtajaya Gelar Isra Mi’raj, Sambut Kemenangan Palestina Dengan Imani Sejarah Isra’ Mi’raj
“SMP Tirtajaya dan Siaran Depok Sepakat Sinergi Promosi Sekolah Berkualitas dan Terjangkau”
Pesantren Leadership Primago adakan Seminar Kepesantrenan Tentang Mendidik Anak di Era Digital & Kunci Sukses dalam Mendidik
8 Daftar Pesantren di Depok untuk Anak, Mana yang Jadi Pilihan Parents?
Silaturahmi dengan DMI Depok, Chandra Siap Bangun Islamic Centre
Seminar Online Primago 2024 “Kata Siapa Alumni Pesantren Tidak Bisa Menjadi Dokter?
Seminar Online Primago 2024 “Anak Masuk Pesantren, Perlukah Orang Tua Belajar Bahasa Arab”
Seminar Online Primago 2024 “Peluang Beasiswa dan Jurus Jitu Masuk Unida Gontor

Berita Terkait

Kamis, 13 Februari 2025 - 17:42

Dihadiri 500 Jamaah, MZS. Nur Asysyabaab Gelar Peresmian Renovasi Masjid dan Yayasan Ummahatul Mukminin Depok

Rabu, 12 Februari 2025 - 21:33

Yayasan Pendidikan Islam Al-Fikri Semarang Gelar Workshop Tim Promosi & Marketing Sekolah Bersama Dr Awaluddin Faj, M.Pd

Rabu, 12 Februari 2025 - 17:56

Jelang Ramadan, MZS.Nur Asysyabaab Gelar Tawaqufan Pengajian Kitab

Rabu, 12 Februari 2025 - 09:03

Materi dan Teknis Tes PPDB Pesantren Leadership Daarut Tarqiyah Primago Tahun Ajaran 2025/2026

Selasa, 11 Februari 2025 - 19:35

Promosi Sekolah yang Efektif untuk Mendapatkan Siswa, Sekolah SMA Islam Al-Azhar 15 Semarang, adakan Workshop Strategi PMB Bersama Dr Awaluddin Faj

Senin, 10 Februari 2025 - 16:56

Programnya Unggul! Ini 5 SMP Terbaik di Kota Bogor, SMP VIS Student One Layak Dipertimbangkan

Senin, 10 Februari 2025 - 11:50

PT Tirta Asasta Depok Himbau Pelanggan Lakukan Pemutakhiran Data

Minggu, 9 Februari 2025 - 09:51

MTS Al-Hidayah Sukatani Kota Depok Adakan Kegiatan Outing Class Ke Yogyakarta Bersama Dirgantara AIA Tour Travel Depok

Berita Terbaru