Siarandepok.com – Jawa Barat kembali unjuk gigi. Dalam ajang Diseminasi Nasional Hasil Pemutakhiran Pendataan Keluarga 2025 (PK-25) yang digelar Kemendukbangga/BKKBN, provinsi ini berhasil membawa pulang penghargaan sebagai pelaksana PK-25 terbaik tingkat nasional. Penghargaan diserahkan pada Selasa, 26 November 2025, di Jakarta.
Penghargaan tersebut diterima Kepala DP3AKB Jawa Barat, Siska Gerfianti, yang hadir mewakili Gubernur. Siska menyebut keberhasilan ini bukan kerja satu pihak saja, melainkan hasil gotong royong seluruh lini — dari provinsi, kabupaten/kota, hingga para kader yang bekerja langsung di lapangan.
“Kerja keras semua pihak terbayar. Data keluarga yang akurat itu penting banget, karena dari situlah pemerintah bisa bikin program yang tepat sasaran,” ujar Siska, Rabu (3/12/2025).
Menurut data BPS 2024, Jawa Barat punya sekitar 12,8 juta keluarga. Data dari PK-25 yang memuat 27 indikator ini dipakai sebagai acuan banyak program penting, mulai dari bansos, layanan kesehatan, sampai penanganan stunting.
Acara penghargaan berlangsung meriah dan diikuti lebih dari 1.000 peserta dari berbagai lembaga, pemerintah daerah, akademisi, hingga mitra pembangunan.
Fakta Mengejutkan: 1 dari 4 Keluarga di Indonesia Alami ‘Fatherless’
Salah satu sorotan utama dalam acara tersebut datang dari Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Wihaji. Ia mengungkap temuan penting PK-2025: seperempat keluarga di Indonesia masuk kategori ‘fatherless’ — kondisi ketika peran ayah dalam pengasuhan tidak optimal.
“Dampaknya cukup serius, mulai dari perkembangan mental, lingkungan sosial, hingga prestasi anak. Angka ini bahkan lebih tinggi di desa,” ungkap Wihaji.
Wilayah dengan kasus fatherless tertinggi berada di Papua Pegunungan, sementara yang terendah ada di Bali. Fenomena ini banyak terjadi pada keluarga dengan ayah perantau atau kepala keluarga yang sedang tidak bekerja.
Penanganan Stunting Harus Berbasis Teknologi dan Data Akurat
Dalam kesempatan yang sama, Menko PMK Pratikno menegaskan bahwa PK-25 adalah fondasi penting untuk kebijakan pembangunan manusia Indonesia. Ia juga menyoroti bahwa penanganan stunting zaman sekarang sudah harus bergeser ke pendekatan yang lebih presisi.
Pratikno menjelaskan bahwa teknologi seperti cloud computing, AI, dan machine learning bisa membantu pemerintah mengolah data besar dengan cepat dan akurat.
“Data itu bukan cuma soal kondisi hari ini, tapi juga untuk melihat penyebab masalah dan apakah intervensi yang dilakukan benar-benar efektif,” jelasnya.
Salah satu pendekatan yang mulai diterapkan adalah precision nutrition, yaitu metode pemberian gizi yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak.










