SiaranDepok.com- Salah satu bagian penting yang merupakan elemen kunci dari pencapaian tujuan pembangunan adalah sumber daya manusia (SDM) yang salah satunya diukur melalui faktor komposit indeks kesehatan.
Adapun isu dan permasalahan di bidang kesehatan yang selalu aktual yaitu masih tingginya angka kematian ibu (AKI), Angka kematian Bayi (AKB) termasuk di dalamnya pencegahan dan penanganan Stunting.
Provinsi Jawa Barat masih menghadapi beragam tantangan terkait penangan isu sosial dan isu kesehatan. Data yang ada menunjukan angka kematian ibu masih ada 678 kasus, kematian bayi 2.959 kasus, Gizi Buruk Balita 11.076 kasus (Dinkes Prov. Jabar, 2022), kasus stunting masih 20,2 % dari total Balita (Kemenkes, 2022/2023), Pernikahan Anak Usia Dini 5.523 kasus (DP3AKB Prov. Jabar, 2022) termasuk kekerasan dalam rumah tangga yang terlaporkan rata-rata 337 kasus/tahun (Open Data Jabar, 2022)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Walaupun angka kematian ibu dan bayi terus menurun, namun masih dihadapkan dengan tantangan disparitas antar kabupaten/kota, sehingga arah kebijakan pembangunan terutama di bidang kesehatan harus dapat memperhitungkan pemerataan antar wilayah.
Sementara merujuk Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka stunting Jawa Barat turun dari 24.5% di 2021 menjadi 20.2% di 2022, turun sekitar 4,3 % tetapi masih penurunan sekitar 6,2 % untuk mencapai target nasional yaitu 14%.
Pemerintah melalui Kementrian Kesehatan RI telah melakukan berbagai terobosan intervensi yang berdampak langsung terhadap kesehatan ibu, balita dan anak telah dilakukan seperti persalinan oleh tenaga kesehatan, penataan rujukan dan perbaikan pelayanan di fasilitas kesehatan termasuk didalamnya program revitalisasi posyandu.
Posyandu yang diharapkan sebagai garda terdepan dalam upaya pencegahan dan penanganan kasus AKI, AKB, Stunting perannya dirasakan belum cukup optimal, masih terkendala berbagai hal, terutama munculnya pandemic global Covid-19.
Ira Canra, Koordinator Pendamping Posyandu Juara (PPJ) Provinsi Jawa Barat memaparkan “merujuk data kami sampai dengan Februari 2023 masih banyak daerah yang masih rendah persentase kenaikan strata posyandu mandiri, termasuk di Kabupaten Indramayu dengan kenaikan hanya 3,2 % (2021) dan 4,6 % (2022)”.
Secara umum Ira Canra menyampaikan; “selama kurun waktu 3 tahun ada kontribusi PPJ Provinsi Jawa Barat dalam hal pendataan jumlah posyandu yang ada dan aktif sekarang, dari hasil monitoring lapangan posyandu pratama sudah tidak ada lagi, sedangkan posyandu mandiri mengalami kenaikan dari 33% di tahun 2020 menjadi 45.48 % di tahun 2023”.
Berakhirnya pandemic Covid-19, eksistensi posyandu perlu dimobilisasi kembali melalui kampanye re-branding posyandu aktif. Tentu saja, hal ini perlu didukung pengembangan strategi dalam bentuk peningkatan kapasitas kader masyarakat, optimalisasi metode KIE, advokasi serta peningkatan fasilitasi, kebijakan serta sumber daya dari lintas program dan lintas sector.
Dian M. Marviana, Kepala Training Centre PKBI Jawa Barat mengapresiasi atas inisiatif Kuwu Desa Cantigi Kulon, “kami salut dan memberikan apresiasi atas inisitif serta komitmen kepala desa menginvestasikan dana desa untuk peningkatan kapasitas SDM kader masyarakat, tidak hanya sekedar membangun infrastruktur. PKBI Jawa Barat memiliki pengalaman serta pembelajaran-praktek baik dari lapangan melalui beragam model intervensi program berbasis masyarakat. “tahun ini kita sedang menjalankan program BISA (Better Investment for Stunting Alleviation) bermitra dengan Save the Children, salah satu kegiatanya berupa Pelatihan Kader Posyandu di Kabupaten Sumedang serta Kabupaten Bandung Barat melalui pengembangan modul Emo Demo”.
Pelatihan kader kesehatan Desa Cantigi Kulon ini dikemas selama 2 hari melalui pembelajaran di kelas bertempat di Wisma PKBI Jawa Barat berlanjut outbond di Taman Wisata Kebon Pines Cikole Lembang. Melalui pendekatan adult learning dan learning by doing, seluruh peserta mendapat kesempatan belajar sambil berbuat (melakukan sendiri) dengan menggunakan metode pembelajaran partisipatory antara lain: studi kasus, simulasi, role play, permainan dan latihan (exercise) baik secara individu maupun kelompok.

