Oleh: Khairunnas
Novelis H.G. Wells mengatakan bahwa kekayaan, ketenaran, posisi, dan kekuasaan itu bukanlah ukuran sukses sama sekali. Satu-satunya ukuran sukses sejati adalah rasio antara apa yang mungkin kita capai dengan apa yang telah kita capai. Dengan kata lain, sukses itu adalah ketika kita tumbuh menuju potensi atau keunikan kita.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Keunikan adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa pada kita. Menggunakan keunikan itu secara maksimal adalah cara kita membalas karunia itu kepada Tuhan. Namun, sayang sekali, terkadang kita tidak sadar bahwa keunikan kita itu adalah sumber daya kita yang terbesar. Kita tidak menggali dan menggunakannya secara maksimal.
Padahal, manusia memiliki keunikannya masing-masing. Dengan keunikan itu manusia bisa tumbuh secara maksimal. Namun sangat sedikit manusia yang berhasil mencapai potensi maksimalnya itu. Karena kebanyakan kita tidak tumbuh dengan keunikan kita yang sesungguhnya, bahkan sebagian sama sekali tidak tahu apa keunikannya.
Secara umum, kegagalan seseorang tumbuh sesuai dengan keunikannya disebabkan dua hal. Pertama, sebagian besar orang membiarkan orang-orang sekelilingnya yang menentukan jalan hidupnya. Dia tidak bisa menentukan tujuan dan jalan hidupnya sendiri. Kedua, seseorang terkadang terlalu bernafsu untuk menjadi orang yang bisa segala sesuatunya, tetapi tidak ahli dalam satu bidang pun. Padahal, agar kita bisa tumbuh secara maksimal, maka kita harus memilih lebih baik ahli di satu bidang ketimbang bisa segalanya.
Lantas, bagaimana agar kita bisa tumbuh sesuai dengan keunikan yang kita miliki? Kuncinya adalah kita harus mendengarkan keinginan hati terdalam kita sendiri dan berusaha untuk menjadi yang terbaik di satu bidang saja.
Secara praktis, terdapat empat prinsip yang dapat kita terapkan agar kita tumbuh sesuai dengan keunikan kita. Pertama, berkonsentrasilah kepada satu sasaran saja. Tidak seorang pun yang bisa tumbuh dan mencapai potensi maksimalnya jika menuju ke dua puluh arah sekaligus. Kita harus fokus jika ingin mencapai potensi maksimal kita. Oleh sebab itu, kita harus menemukan maksud dan tujuan hidup kita terlebih dahulu. Setelah itu barulah kita fokuskan diri kita untuk mencapai tujuan itu. Memilih satu sasaran saja memang mengharuskan kita untuk mengorbankan sasaran yang lainnya. Namun, untuk menuju sebuah kesuksesan kita memang harus mengorbankan sesuatu. Pengorbanan akan membuat kita lebih serius mewujudkan tujuan kita. Bahkan ada yang mengatakan, jika kita ingin mencapai sedikit, maka berkorbanlah sedikit. Namun jika kita ingin mencapai sesuatu yang besar, maka kita harus berkorban yang besar.
Kedua, berkonsentrasilah terhadap peningkatan yang terjadi secara terus menerus. David D. Glass, CEO Wal-Mart, pernah ditanya, siapa yang paling dikaguminya. Jawabannya adalah pendiri Wal-Mart, Sam Walton. Katanya, “Tidak pernah ada sehari pun dalam kehidupannya, semenjak saya mengenalnya, di mana dia tidak meningkatkan diri.” Oleh sebab itu, senantiasa mengasah keunikan kita akan membuat kita semakin dekat dengan kemampuan maksimal dari potensi yang kita miliki.
Komitmen terhadap peningkatan yang terus menerus adalah kunci untuk mencapai potensi maksimal kita dalam meraih kesuksesan. Oleh sebab itu, kita harus menjadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin.
Ketiga, jadikan masa lalu sebagai pelajaran. Mungkin kita pernah membuat banyak kesalahan dalam kehidupan kita, atau mempunyai masa lalu yang kelam. Mari kita ikhlaskan itu semua, dan teruslah maju ke depan. Jangan pernah biarkan masa lalu menghalangi langkah kita mencapai potensi puncak kita. Banyak orang yang punya masa lalu kelam tapi bisa sukses di masa depan.
Keempat, fokuslah pada masa depan. Potensi terbaik kita ada di depan. Maka teruslah menatap ke depan. Jangan pernah menatap apa lagi kembali ke belakang. Kalau saat ini kita belum berhasil, jika kita bersungguh-sungguh, maka suatu saat kita pasti akan dapat meraihnya, apakah sepuluh, dua puluh, atau tiga puluh tahun ke depan. Selalu ada waktu bagi kita untuk meraih potensi terbaik kita. Pepatah Spanyol mengatakan, “Dia yang tidak melihat ke depan tetap di belakang.” Semoga…!
- Seri tulisan buku 9 Langkah Jadi Pemenang