siarandepok.com – Wali Kota Depok Mohammad Idris menyayangkan pernyataan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil (RK) yang menurutnya selalu membuat warga cemas. Hal itu terkait pernyataan RK yang menyebut Depok sebagai kota dengan tingkat kepatuhan menjaga jarak paling rendah dalam rangka mencegah penyebaran Covid-19.
Menanggapi hal itu, Wali Kota Depok Mohammad Idris meminta transparansi data yang diungkap Emil. Idris mengatakan pihaknya bukan antikritik, tetapi hal itu jangan sampai menjadi masalah dan berefek. Dikatakan Idris, sebelumnya juga Emil sempat melontarkan ucapan soal Depok siaga 1 karena terus berada di zona merah.
Menurutnya, jangan sampai ungkapan itu justru membuat semangat warga dan tim satgas melemah. Idris pun meminta ucapan Emil untuk diklarifikasi. Idris juga meminta kepada Emil sebagai pejabat untuk mempertimbangkan sejumlah hal sebelum melontarkan ucapan.
“Kalau memang ini mendatangkan maslahat, jangan sampai keinginan kita baik, tapi mendatangkan sebuah mudharat yang lebih besar. Saya tidak mengatakan tingkat kepatuhan warga Depok paling rendah dalam menjaga jarak tidak benar. Kalau seorang pejabat tinggi mengeluarkan statement dilihat, ditimbang, maslahatnya, madsadanya, mudharatnya seperti apa. Kalau mendatangkan maslahat enggak apa-apa,” terang Idris.
“Coba statement ini diklarifikasi. Kasih tahu saja standarnya seperti apa. Kalau memang untuk maslahat jangan sampai keinginan kita baik tapi mendatangkan mudharat yang lebih besar. Kita merasakan sesuatu pandemi yang semuanya mencemaskan jangan sampai membuat cemas lagi. Saya tidak mengatakan itu tidak benar, tolong standar penilaiannya dan dipikirkan kembali kalau seorang pejabat tinggi mengeluarkan statement itu harus dilihat, ditimbang maslahatnya, mudharatnya seperti apa,” tegasnya.
“Memang ini sebuah kritik bagi kita warga Depok dalam menjaga jarak. Itu tidak masalah. Namun, jangan sampai nanti efeknya malah justru bermasalah yang menimbulkan kecemasan dan ketakutan. Jangan sampai, nanti malah merendahkan spirit warga, Satgas Covid-19, termasuk Kampung Siaga, ini malah melemah,” ujar Idris.
Disebutkan Idris, pandemi virus corona atau Covid-19 telah membuat warga masyarakat Depok khususnya merasa cemas. Namun, lanjut Idris, jangan sampai dengan adanya pernyataan-pernyataan yang tidak mendasar, membuat masyarakat semakin cemas.
“Saya tidak mengatakan (tingkat kepatuhan warga Depok paling rendah dalam menjaga jarak) tidak benar. Tolong standar penilaiannya dan dipikirkan kembali (kalau mau memberikan pernyataan),” paparnya.
“Jadi, kalau seorang pejabat tinggi mengeluarkan statment dilihat, ditimbang, maslahatnya, madsadanya, mudharatnya seperti apa? Kalau mendatangkan maslahat enggak apa-apa,” terang Idris.
“Mudah-mudahan ini menjadi pecutan bagi warga, bagi kita semuanya, tentang masalah jaga jarak,” pungkasnya.
Kemudian, untuk kepatuhan menjaga jarak terbaik adalah Kota Bekasi, Majalengka, dan Bandung Barat. Sedangkan, kepatuhan menjaga jarak terendah adalah Kota Depok, Kota Tasikmalaya, dan Kabupaten Garut.
“Kemudian yang tidak patuh menjaga jarak adalah Kota Depok. Yang paling tidak patuh mengenakan masker adalah Kabupaten Tasikmalaya. Jadi, kepada yang sudah patuh tolong dipertahankan. Yang tidak patuh, saya titip ke kepala daerah untuk terus mengedukasi masyarakatnya.” Ujar Ridwan Kamil, seperti dikutip di situs resmi Pemprov Jabar, Senin (18/1).
Hingga data diperbarui kemarin, sebanyak 4.284 pasien yang tengah menjalani isolasi maupun dirawat di rumah sakit. Data Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok per kemarin, 84% tempat tidur isolasi pasien Covid-19 di rumah sakit sudah terisi, dan hanya tersisa 8% ruang ICU Covid-19.
Penulis: EMY
Editor: SFP
Komentar