Siarandepok.com – Namanya dihantui itu rasanya pasti ngga enak dan bikin ngga nyaman. Dihantui komentar julid, dihantui tagihan hutang, sampai dihantui hantu beneran, misalnya, semua pasti bikin ngga tenang dan melelahkan. Termasuk dihantui rasa bersalah.
Ketika salah memang ada di kita sih, oke. Tapi sering juga ketika sebenernya kita ngga salah-salah banget, tapi kok ya muncul aja kitu perasaan bersalah yang bawaannya pengin minta maaf sama siapa aja. Sering juga meminta maaf karena merasa bersalah atas kesalahan yang bukan kita lakukan. Kamu pernah kaya gitu juga?
Linda Setiawati, M.Psi sikolog dari Personal Growth menyebutkan kalau rasa bersalah ini sebetulnya merupakan perasaan yang wajar dalam kehidupan sehari-hari, yang muncul ketika individu menilai perilaku yang ditampilkannya melanggar aturan atau merugikan orang lain. Nah, yang kaya gini namanya rasa bersalah adaptif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Suka gedhek ngga si sama orang yang udah jelas ngelakuin kesalahan tapi adem ayem aja sama sekali ngga ngerasa salah? Berarti dia ngga punya rasa bersalah adaptif tuh. Rasa bersalah adaptif ini penting untuk dimiliki karena ngebantu kita menjadi pribadi yang peka sama perilaku yang kita perbuat, dan bermanfaat untuk memotivasi diri supaya ngga melakukan kesalahan serupa di kemudian hari.
Di sisi lain, ada juga rasa bersalah yang irasional yang harus diwaspadai. Rasa bersalah irasional ini adalah rasa bersalah yang muncul terus menerus sampai mengganggu aktivitas kamu sehari-hari. Rasa bersalah ini datang seperti beban yang berpengaruh sama kualitas hidup.
Kenapa bisa muncul rasa bersalah irasional? Biasanya karena kita terlalu fokus pada ‘keharusan-keharusan’ yang kita miliki atau aturan yang dimiliki orang lain. Misalnya nih; Sebut saja dia Ningsih, seorang mahasiswa teladan yang di akhir semesternya ini bertekad untuk dapet IPK sempurna supaya cumlaude. Lah ndalah gara-gara satu mata kuliah yang dapetnya B, targetnya untuk cumlaude meleset. Ningsih kemudian merasa bersalah, terutama sama orang tuanya karena ngga bisa lulus dengan sempurna.
Padahal ortu nya Ningsih woles banget. ‘Sing penting lulus dan ngga bayar uang kuliah, bapak udah bahagia nak’ kata sang bapak. Tapi Ningsih tetap merasa cemas, dihantui rasa bersalah, dan merasa dirinya ngga berhasil menjadi mahasiswa yang baik.
Tentu ngga gampang berada di posisi seperti Ningsih, karena terus menyalahkan diri sendiri itu pasti sangat melelahkan. Terus Ningsih kudu piye? Buat kamu yang juga punya penderitaan serupa seperti Ningsih, psikolog Linda Setiawati, M.Psi punya tips-tips supaya terhindar dari rasa bersalah irasional.
Sadari dan Kenali Rasa Bersalah Irasional yang Muncul
Mengenali rasa bersalah yang ada dalam diri ngebantu kita untuk bisa melihat perasaan bersalah tersebut sebagai dampak yang muncul akibat perilaku yang kita tampilkan. Dengan sudut pandang ini diharapkan kita dapat mengurangi kecemasan yang muncul karena rasa bersalah tersebut tidak mewakili diri kita sepenuhnya.
Melakukan Kesalahan? It’s Okay, Keep Going
Namanya manusia, pasti ngga akan luput dari kesalahan. Ketika kita melakukan kesalahan, terima kesalahan tersebut sewajarnya, minta maaf, terus bergerak ke depan, dan jangan lupa juga maafkan diri kamu sendiri. Ingat, kalau kita ngga bisa mengubah apa yang udah terjadi, dan kita bukan makhluk seperti Thanos yang bisa mengontrol segalanya (ingat, sempurna hanya milik Tuhan).
Perhatikan Nilai yang Kita Miliki
Berusaha untuk maksimal dalam segala aspek kehidupan tentu perlu, tapi jika kenyataannya kita tidak bisa, itu ngga apa-apa kok. Jika kita punya ‘keharusan-keharusan’ yang ingin kita kejar, jangan lupa juga ingat batasan dan kapasitas yang kita miliki.
Lakukan Evaluasi
Selanjutnya, jika apa yang sudah kita usahakan masih belum sesuai sama yang kita inginkan, coba lakukan evaluasi, tapi bukan menghakimi diri sendiri lho ya. Saat merasa gagal, coba kenali identifikasi penyebab kegagalan, kemudian kembali berefleksi supaya kesalahan serupa ngga terulang lagi.
Itulah beberapa tips untuk kamu yang sering merasakan rasa bersalah irasional. Ingat, kesalahan itu wajar adanya dan, menjadi salah bukan akhir dari segalanya. Jadi, kalau memang merasa bersalah, minta maaf lah sewajarnya. Jangan terlalu banyak menyalahkan diri sendiri ya, karena kamu dan kita semua berhak untuk menjalani hidup bahagia tanpa beban. Setuju?
Penulis: Hanna Dwi Fajrini