Dr. K.H. Syamsul Yakin, M.A., (Pengasuh Pondok Pesantren Darul Akhyar, Parung Bingung, Depok)
Dalam Lubab al-Hadits, Jalaluddin al-Suyuthi mengutip hadits Nabi SAW, “Barang siapa yang mempelajari satu bab ilmu, lalu ia mengamalkannya atau belum mengamalkannya, maka hal itu lebih utama ketimbang shalat sunnah seribu raka’at”. Hadits dengan teks sedikit berbeda dapat ditemukan dalam karya Ibnu Majah, yakni Sunan Ibnu Majah.
Menurut Syaikh Nawawi Banten dalam Tanqihul Qaul, hadits ini secara substantif bahwa ilmu lebih mulia dari ibadah. Artinya, dalam konteks ini siapa saja diharuskan untuk beribadah dengan ilmu. Sementara itu, orang yang berilmu harus pula rajin beribadah. Jika tidak, maka ilmunya laksana debu yang beterbangan dirusuh angin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hal ini diperkuat lagi oleh Nabi SAW dalam hadits yang bersumber dari Abu Hurairah dan kembali dikutip oleh Jalaluddin al-Suyuthi, yakni “Siapa saja yang berilmu namun tidak berbuat sesuai ilmunya, maka Allah mencabut ruhnya tanpa mengucapkan syahadat”. Lalu ia diseru dari langit, “Wahai pendosa, merugilah kamu di dunia dan akhirat!”
Nabi SAW bersabda, “Seorang berilmu yang tidak mengamalkan ilmunya, maka ilmu itu akan melaknatnya dari dalam tubuhnya. Termasuk, oleh segala sesuatu di bawah matahari. Lalu di akhir halaman catatan amalnya malaikat pencatat amal akan mencatat setiap hari“. Ini adalah hamba yang berputus asa dari rahmat Allah”.
Lalu dicatat juga, “Wahai hamba Allah yang menyia-nyiakan hak tuannya, kamu terlaknat dengan laknat Allah karena tidak mengamalkan ilmu. Kemudian apabila dia mati, Allah akan mencabut ruhnya tanpa dia mampu bersyahadat dan dia mati tidak dalam keimanan”.
Semoga kita terhindar dari semua itu. Amin.