JAKARTA – Perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat dan China masih panjang, ini bisa menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk menarik investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) sebanyak-banyaknya.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Eddy Ganefo mengatakan perang dagang antara AS dan China bisa jadi merupakan daya tarik tersendiri bagi perusahaan untuk berinvestasi di ASEAN untuk menghindari tarif.
“Beberapa sektor seperti produk konsumer, industri, alat dan teknologi telekomunikasi, otomotif dan bahan kimia pun memiliki ketertarikan sendiri terhadap kawasan Asia Tenggara,” ujarnya di Kadin Indonesia, Rabu (31/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hal tersebut, kata Eddy sebenarnya menguntungkan bagi Indonesia jika dapat menangkap peluang. Dengan berlangsungnya perang dagang, maka baik AS maupun China akan mencari pasar baru untuk kegiatan ekspor dan impor. Kemungkinan besar mereka mengincar pasar ASEAN, termasuk Indonesia.
“Jadi bagaimana caranya mereka tertarik masuk ke Indonesia. Ini kesempatan besar ke depan untuk memanfaatkan itu,” kata Eddy.
Eddy mengatakan, langkah pertama yang bisa dilakukan Indonesia merebut perhatian AS maupun China untuk kontrak dagang yakni mulai mengidentifikasi perusahaan yang mau mengubah value chain. Eksportir bisa menggali informasi dari bank-bank kreditur dan menjalin hubungan baik.
Kemudian, begitu menemui calon investor, pelaku usaha sudah siap menawarkan paket investasi. Pelaku usaha juga bisa mengajak kepala daerah yang daerahnya potensial menjadi sasaran investasi saat menawarkan paket tersebut.
“Kita jangan kalah cepat lagi dengan Malaysia, Vietnam, dan Thailand. 2024 masih ada waktu mempersiapkan, mulai dari mapping, identifikasi,” Sebut Eddy.
Namun, kata Eddy, Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah yang harus diperbaiki. Salah satunya keterampilan sumber daya manusia yang kurang berdaya saing.
“Lonjakan nilai investasi asing di negara-negara tetangga belum terjadi di Indonesia lantaran para investor masih mempertimbangkan kemampuan produktivitas tenaga kerja Indonesia yang tergolong rendah di kawasan ASEAN,” pungkas Eddy. (FKV)
