Menjelang Kepergian Ramadhan

- Reporter

Rabu, 21 Juni 2017 - 10:48

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hikmah Puasa Hari Ke-26

Oleh: Dr. Syamsul Yakin, MA
Pengasuh Pondok Pesantren Madinatul Qur’an Indonesia Kota Depok
dan Dosen Pascasarjana FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dr. KH Syamsul Yakin, Pengasuh Pondok Pesantren Madinatul Qur’an, Sawangan Kota Depok

“Apabila tiba akhir Ramadhan, ujar Nabi SAW dalam hadits dari Jabir RA, menangislah langit, bumi, dan malaikat”. Mereka berkata, ‘Musibah bagi umat Muhammad’. Sahabat lantas bertanya, “Musibah apa itu ya Muhammad?” Rasulullah SAW menjawab, “Musibah hilangnya Ramadhan, karena di bulan itu setiap doa dikabulkan, setiap sedekah diterima, setiap kebaikan digandakan, dan azab Allah dijauhkan”

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Hadits ini menjadi ukuran kualitas puasa yang kita laksanakan. Nabi memperingatkan, sedianya di akhir Ramadhan kita kian menginsyafi diri, kian merapat, mendekat ke Hadirat-Nya. Bukan justru bergembira, menyiapkan pesta-pora, dan merayakan kepergian Ramadhan dengan perasaan penuh kebebasan.

Benar Ramadhan berujung Idul Fitri dan saat itu kita beroleh bahagia. Tetapi Idul Fitri itu bukan penutupan puasa. Apalagi penghalal bagi semua tindakan hura-hura, kembali mengotori diri dan berbuat dosa.

Lalu, siapakah yang di ujung Ramadhan ini bersedih seperti sedihnya langit, bumi, dan para malaikat? Dan siapa pula yang menganggap kepergian Ramadhan sebagai musibah?

Pertanyaan ini hanya diri kita yang bisa menjawabnya. Tetapi, bisa juga kita bercermin pada teori al-Ghazali atau Ghazall’s Theory of Virtue tentang tingkatan orang-orang yang berpuasa.

Pertama, puasa orang-orang awam atau masyarakat pada umumnya. Puasa model ini sekadar menahan diri secara fisik-biologis mulai dari rasa lapar, haus, dan pemenuhan syahwat biologis. Bisa jadi, kelompok ini akan merasa suka cita dengan berakhirnya Ramadhan karena terbebas dari belenggu. Puasa mereka baru sebatas ritual-formal yang miskin dari nilai-nilai spiritual. Baru sekadar membuat sehat jasmani, belum bertuah ruhani.

Kedua, yakni puasa kelompok orang-orang khusus. Puasa mereka sudah mampu mencapai tingkatan pertama dan dilanjutkan dengan memuasakan indera. Seperti puasa mendengar, melihat, mengendalikan tangan dan kaki, termasuk mengendalikan kata-kata. “Orang Islam, sabda Nabi SAW, adalah orang yang membuat orang lain selamat dari gangguan lidah dan tangannya” (HR. Bukhari)

Saudaraku, Allah sendiri menegaskan: “Gembirakan hamba-hambaku, yang mendengarkan pembicaraan (yang bagus) dan hanya mengikuti yang paling bagusnya saja. Mereka itulah orang-orang mendapat petunjuk Allah dan mereka itulah orang-orang bijak” (QS. al-Zumar/39: 17-18).

Bisa dipastikan, kelompok kedua ini merasakan kesedihan yang mendalam begitu Ramadhan pergi. Bahkan mereka menginginkan Ramadhan sepanjang tahun. Seperti dinyatakan Nabi SAW: “Seandainya umatku tahu apa yang ada di bulan Ramadhan, pasti mereka menginginkan agar setahun itu bulan Ramadhan seluruhnya” (HR Ibnu Khuzaimah).

Ketiga, puasa mereka yang super khusus, yakni puasa seperti tingkatan pertama dan kedua ditambah dengan “memuasakan hati-nurani”. Inilah puncak tertinggi ibadah puasa yang menghasilkan kesadaran hati, kesadaran akan kehadiran Tuhan dalam diri, dan kemampuan menjadi potret Tuhan di muka bumi.

Saudaraku, mari kita bersadar diri dan belajar mengerti bahwa kita memanggul misi profetik yang holistik dalam hidup ini. Puasa bisa menghantarkan kita untuk menggapainya. Inilah cita-cita tertinggi hidup kita dalam bahasa puitis al-Qur’an: “…Kemana engkau hadapkan wajahmu, di situlah wajah Tuhan…” (QS. al-Baqarah/2: 115). ***

Berita Terkait

“SMP Tirtajaya dan Siaran Depok Sepakat Sinergi Promosi Sekolah Berkualitas dan Terjangkau”
Pesantren Leadership Primago adakan Seminar Kepesantrenan Tentang Mendidik Anak di Era Digital & Kunci Sukses dalam Mendidik
8 Daftar Pesantren di Depok untuk Anak, Mana yang Jadi Pilihan Parents?
Silaturahmi dengan DMI Depok, Chandra Siap Bangun Islamic Centre
Seminar Online Primago 2024 “Kata Siapa Alumni Pesantren Tidak Bisa Menjadi Dokter?
Seminar Online Primago 2024 “Anak Masuk Pesantren, Perlukah Orang Tua Belajar Bahasa Arab”
Seminar Online Primago 2024 “Peluang Beasiswa dan Jurus Jitu Masuk Unida Gontor
Seminar Online Primago 2024“Bagaimana Peran Orang Tua  Dalam Memondokkan Anaknya Di Pesantren

Berita Terkait

Kamis, 6 Februari 2025 - 17:28

Gedung SMP VIS Student One Mulai Bertumbuh, Siap Memberikan Fasilitas Terbaik Bagi Siswa-siswinya

Kamis, 6 Februari 2025 - 17:26

Lantik Petugas Lapangan: Dadi Dorong Untuk Sukseskan Quick Wins

Selasa, 4 Februari 2025 - 08:13

Kaper Kemendukbangga Jawa Barat Pimpin Apel Siaga Genting

Senin, 3 Februari 2025 - 14:00

Tidak Hanya Speak Up, Kowar-Kowar juga Gelar Diskusi Terbuka Tentang Aktivispreneur

Senin, 3 Februari 2025 - 13:13

Rumah Hijabers Jual Baju Lebaran Muslim & Muslimah Anak & Dewasa di Kota Depok

Senin, 3 Februari 2025 - 09:51

Kwarran Limo Sebut Gerakan Pramuka PKBM Primago Indonesia Jadi Pilot Projek Gugus Depan di Kecamatan Limo Depok

Senin, 3 Februari 2025 - 09:49

Ketua Forum Komunikasi PKBM Kota Depok Bapak Naimun, SE. MM Sebut PKBM Primago Depok Pelopor Kegiatan Pramuka INKLUSI di PKBM se Kota Depok

Sabtu, 1 Februari 2025 - 19:28

Walikota Kota Depok Dr KH Mohammad Idris Apresisi Kegiatan Latihan Gabungan Kepramukaan bagi Individu Berkebutuhan Khusus (IBK) yang di gagas oleh PKBM Primago

Berita Terbaru