oleh

Berinteraksi dengan al-Qur’an

-Agama-436 views

Hikmah Puasa Hari Ke-18

Oleh: Dr. Syamsul Yakin, MA

Pengasuh Pondok Pesantren Madinatul Qur’an Indonesia Kota Depok
dan Dosen Pascasarjana FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ramadhan dinamakan sebagai bulan al-Qur’an (Syahral-Qur’an). Hal ini ditegaskan Allah: “Bulan Ramadhan (adalah) bulan yang di dalamnya diturunkan al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia…”(QS. al-Baqarah/2: 185).

Masalahnya, sudahkah kita berinteraksi dengan al-Qur’an, yakni dengan menjadikannya pedoman dalam kehidupan atau petunjuk jalan menuju keridhaan-Nya?

Untuk berinteraksi dengan al-Qur’an, minimal kita harus mengenal kandungan al-Qur’an itu sendiri.

Rasulullah SAW menyatakan bahwa: “Al-Qur’an itu adalah kitab Allah yang berisikan sejarah umat sebelum kamu, berita umat sesudahmu, kitab yang memutuskan perkara-perkara di antara kamu, yang nilainya bersifat pasti dan absolut. Siapa saja orang durhaka yang meninggalkannya pasti Allah memusuhinya. Barangsiapa yang mencari petunjuk selain al-Qur’an, pasti akan tersesat kehidupannya. Al-Qur’an adalah tali Allah yang sangat kuat, peringan yang bijaksana dan jalan yang sangat lurus” (HR. Turmudzi).

Berdasarkan hadits di atas, Muslim yang selalu berinteraksi dengan al-Qur’an akan dapat mengambil pelajaran dari umat masa lalu. Kisah umat masa lalu yang membawa kepada kebaikan, menyembah Allah, dan terus-menerus bersyukur atas nikmat Allah menjadi pedoman. Ia juga memahami bahwa mengingkari nikmat Allah adalah kedurhakaan yang bisa meluluhlantakkan peradaban manusia. Hal seperti ini pernah terjadi pada kaum ‘Aad, Tsamud, dan orang-orang Madyan yang semuanya dikisahkan al-Qur’an.

Al-Qur’an menegaskan: “Kisahkanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir” (QS. al-A’raf/7: 176). “Dan sesungguhnya dalam kisah-kisah mereka itu ada tamsil bagi mereka yang berpikiran mendalam” (QS. Yusuf/12: 11). Dalam ayat lain, Allah menegaskan bahwa al-Qur’an adalah “sebaik-baiknya kisah” (QS. Yusuf/12: 11) dan mengandung “kisah-kisah kebenaran” (QS. Ali Imran/3: 62).

Untuk memulai berinteraksi dengan al-Qur’an kita harus memperbanyak membaca al-Qur’an. Selain membacanya dinilai sebagai ibadah, dipandang akan menimbulkan rasa cinta kepadanya. Bila kita mencintai al-Qur’an otomatis kita telah memelihara dan melestarikannya. Memutuskan berbagai urusan dalam kehidupan dengan berpedoman kepada al-Qur’an termasuk bukti bahwa kita mencintai al-Qur’an. Karena itu, mari kita jadikan Ramadhan tahun ini sebagai titik-tolak untuk mencintai al-Qur’an.

Dalam sebelas bulan ke depan, kita berharap agar bibir kita terus basah dengan membaca al-Qur’an. Kita tentunya ingin rumah kita bertabur cahaya yang dipancarkan al-Qur’an. Sabda Nabi SAW: “Rumah yang di dalamnya dibaca al-Qur’an akan terlihat penduduk langit sebagaimana penduduk bumi melihat gemerlap bintang-bintang di langit” (HR. Baihaqi).

Sedangkan bagi orang yang malas membaca al-Qur’an, Nabi SAW memperingatkan: “Sesungguhnya orang yang di dalam hatinya tidak terdapat sesuatu pun dari al-Qur’an, bagaikan rumah yang sepi (menyeramkan)” (HR. Turmudzi).

Menjalani hidup sesuai al-Qur’an butuh perjuangan dan pengorbanan. Tetapi kita harus teguh menjalankannya. Karena al-Qur’an itu hakikatnya adalah amanah yang dipanggulkan kepada manusia. Dan manusia yang beriman dan bertakwalah yang mampu menjalankannya.

Mengenai hal itu al-Qur’an memberi kita semangat: “Kalau sekiranya Kami menurunkan al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah-belah disebabkan takut kepada Allah SWT. Perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir” (QS. al-Hasyr/59: 21).*⁠⁠⁠⁠

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Berita Terbaru