Siarandepok.com – Dalam literatur mengatakan bahwasanya banyak faktor yang menentukan keberhasilan Nabi dalam berdakwah. Misalnya stabilitas pribadi agung Nabi, stabilitas rumah tangga Nabi, stabilitas ekonomi (Karena Nabi dan istri beliau merupakan pedagang yang kaya), dan stabilitas akhlak mulia Nabi.
Kalau ditelisik secara teoritis dan sistematis, keberhasilan dakwah Nabi dapat dijelaskan dengan tiga hal penting yang menentukan keberhasilan dakwah, yakni pathos, logos, dan ethos. Berikut penjelasannya.
Pertama, pathos. Artinya kemampuan persuasi (mambujuk atau memengaruhi hati dan pikiran). Seorang dai harus mempunyai pathos agar dapat menarik emosi mad’u sehingga mad’u hanyut dalam kesedihan, merasa kasihan, dan simpati.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Banyak riwayat yang membicarakan kemampuan Nabi dalam mengelola emosi, empati, dan persuasi para sahabat beliau. Contohnya, suatu hari Nabi berkata kepada Abu Dzar, “Wahai Abu Dzar, tahukah kamu di hadapan kita ada bukti yang sulit didaki kecuali oleh orang yang meringankan diri”.
Seseorang bertanya, ” Wahai Rasulullah, apakah aku termasuk orang yang meringankan diri atau memberatkan diri? ” Rasulullah balik bertanya, “Apakah kamu punya makanan untuk hari ini?” Orang itu menjawab, “Punya”. “Apakah kamu punya makanan untuk besok? “, tanya Rasulullah lagi. Orang itu menjawab, ” Punya”. Sekali lagi Rasulullah bertanya, “Apakah kamu punya makanan untuk lusa? ” Orang itu menjawab, “Tidak”.
Rasulullah menegaskan, ” Apabila kamu mempunyai makanan untuk tiga hari ke depan, maka kamu termasuk orang yang memberatkan diri” (HR. Baihaqi).
Sangat jelas, dengan mengelola emosi, empati, dan persuasi seperti yang disampaikan Nabi maka akan terbentuk lah komunikasi yang produktif dan menentukan keberhasilan dakwah.
Kedua, logos. Logos bermaknakan sesuai dengan akal. Sebaiknya buah pikiran yang disampaikan dalam berdakwah mempertimbangkan nalar. Nalar adalah pikiran, kemampuan intelektualiatas atau pemahaman yang mendalam.
Dalam berdakwah logos adalah sebagai sarana untuk menyampaikan pesan dakwah dengan menunjukan bukti logis, nyata atau dapati verifikasi. Logos dalam dakwah Nabi identik dengan nubuwwah atau prediksi yang nyata, terjadi dan dapat dibuktikan.
Misalnya, bersumber dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda, “Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur malah didustakan. Pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah berceloteh”. Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?” Nabi menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan publik” (HR. Ibnu Majah).
Nubuwwah atau prediksi nabi tersebut telah terjadi dan nyata serta dapat dibuktikan di zaman sekarang ini.
Ketiga, ethos. Secara harfiah ethos artinya sikap, kepribadian, watak, karakter. Jika dimasukan ke konteks keberhasilan dakwah, seorang dai harus memiliki sikap, kepribadian, watak, dan karakter yang baik agar pesan dakwah yang disampaikanya dapat diterima dan dipercaya audiens atau mad’u.
Secara etik, dakwah itu membujuk bukan membajak, mengajak bukan mengejek, merangkul bukan memukul, menyayangi bukan menyaingi, mendidik bukan membidik, membina bukan menghina, membela bukan mencela, dan memberi bukan menerima.
Dalam berdakwah Nabi mengeluarkan harta bukan menerimanya. Inilah yang dimaksud memberi bukan menerima. Nabi berdakwah dari kaya raya hingga miskin papa. Saat berdakwah di Thaif nabi diusir bahkan dilempari batu hingga berdarah-darah. Pada saat itu pun malaikat menawarkan dirinya untuk membalas dengan melemparkan gunung kepada masyarakat tersebut, akan tetapi nabi menolaknya bahkan mendoakan masyarakat Thaif tersebut agar diberikan hidayah oleh Allah SWT. Inilah yang dimaksud dengan merangkul bukan memukul.
Maka itulah pathos, logos, dan ethos yang diusung Nabi dalam berdakwah yang masih relevan untuk diimplementasikan hingga saat ini.
