Penulis :Khairulloh Ahyari
Ramadan adalah taman indah. Tempat hati beriman dipenuhi kebahagiaan.
Menjelang ramadan, Rasul memberi kabar gembira kepada para sahabat, “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan kepada kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Para salafush-shalih, dengan penuh haru memanjatkan do’a, ”Allahuma ahillahu alaina bil amni wal iman was salamah wal islam wat taufik lima tuhibbuhu wa tardha.” Ya Allah, karuniakan kepada kami pada bulan ini keamanan, keimanan, keselamatan, dan keislaman; dan berikan kepada kami taufik agar mampu melakukan amalan yang Engkau cintai dan ridhai.
Ramadan memang bulan istimewa. Pada bulan inilah setiap muslim merasakan suasana ruhani.
Perasaan yang mendorongnya untuk selalu mendekat kepada Allah SWT.
Siang hari berpuasa menahan lapar dan dahaga. Malam hari melakukan shalat tarawih dan shalat malam.
Waktu luang lebih banyak diisi dengan berzikir dan tilawah al Quran. Pada ramadan, hubungan antar sesama menjadi lebih baik. Lebih indah. Hubungan suami isteri lebih mesra.
Hubungan orang tua kepada anak lebih akrab dan terarah. Antar saudara dan tetangga saling sapa dan berbagi bahagia.
Rasulullah, dalam khutbahnya menjelang Ramadan, menyatakan bahwa orang yang puasa laksana orang yang diundang menjadi tamu Allah. Dia yang dijamu dan dimuliakan-Nya. Karena itu, setiap tarikan nafas menjadi tasbih. Tidur bernilai ibadah, amal-amal dibalas berlipat ganda, dan doa-doa diijabah. Inilah bulan dimana Allah menurunkan begitu banyak rahmat dan ampunan kepada hamba-Nya.
Maka, apalagi yang lebih membahagiakan bagi seorang hamba selain mendapatkan kemuliaan dari Tuhannya? Pengharapan apalagi yang lebih diinginkan oleh seorang hamba yang lemah, selain diterima doanya oleh Tuhannya ?
Sabdanya dalam kata-kata yang indah, ”Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu, karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan doa mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.”
Dia Yang Maha Agung berfirman, ”Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS Al Baqarah : 186).
Tetapi, bagi hamba yang terjaga, ia tidak hanya hanyut dengan keharuan karena berbagai fasilitas yang dijanjikan oleh Tuhan dalam bulan suci ini. Ia menyadari, bahwa harus ada sebuah upaya yang sangat sungguh-sungguh agar keintiman dengan Ilahi selalu terjaga. Kenikmatan karena dekat dengan-Nya harus tetap terjaga sampai di luar bulan suci.
Kenikmatan merasakan lapar dan dahaga seharian, untuk selanjutnya berbuka dengan kesegaran ruhani dan jasmani. Kesyahduan shalat malam, yang kadang diselingi dengan rintihan penuh pengharapan kepada Dia Yang Maha Memiliki. Keindahan subuh berjamaah di masjid bersama tetangga, sanak saudara bahkan anak dan isteri, yang diakhiri dengan berjalan kaki menuju rumah sambil menghirup sejuknya udara pagi.
Di bulan suci, Rasul tidak hanya menyuruh kita menjalankan aktifitas yang selalu berhubungan dengan Allah semata. Lebih dari itu, beliau memerintahkan kepada orang yang beriman untuk gemar berbagi kepada sesama. Mencintai dan menyayangi orang tua, menyantuni fakir miskin, memberi makan dan mengasuh anak yatim, menolong saudara yang dalam bencana dan kesulitan, serta kegiatan lain yang bernilai kemanusiaan.
Sabda beliau, ”Barangsiapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakanya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa menyambungkan tali persaudaraan (silaturahmi) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.”
Jelas, alih-alih berkata dusta, mencaci, memboikot, menghina, mencuri, menipu, korupsi, menceritakan keburukan orang lain, menebar fitnah, mengadu domba, dan perilaku-perilaku lainnya yang memutuskan hubungan kekerabatan dan kemanusiaan. Oleh Nabi, kita diperintahkan untuk mencari cara agar ikatan kasih sayang semakin dieratkan dan nilai-nilai persaudaraan semakin disebarkan. Kata beliau ”Jagalah dirimu dari api neraka, walaupun hanya dengan memberi sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walaupun dengan hanya memberi seteguk air.”
Semoga ramadan tahun ini mengantarkan kita menjadi pribadi yang semakin dekat kepada-Nya serta semakin menyadari kehadiran-Nya dalam setiap aktifitas. Semoga ramadan tahun ini mampu mengajarkan kepada kita untuk selalu mencintai sesama makhluk ciptaan-Nya. Luruh dan hilang kebencian, permusuhan, dan penindasan. Berganti dengan kasih sayang, tolong menolong, hormat-menghormati dan saling berbagi kepada sesama.
Marhaban ya ramadan. Selamat datang ramadan.
