siarandepok.com – BKKBN Jawa Barat bersama dengan mitra kerja diantaranya DPR RI terus gencar melakukan sosialisasi program penurunan angka stunting di masyarakat.
Salah satu rangkaian sosialisasi tersebut berlangsung di pendopo Cikeas mansion, Kecamatan Cikeas Kabupaten Bogor Jawa Barat, Rabu 31 Agustus 2022.
Tampak terlihat ibu-ibu dari berbagai Kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor menghadiri acara sosialisasi penurunan angka stunting yang dilakukan oleh BKKBN Jawa Barat bersama anggota DPR RI Anton sukartono Suroto.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam kesempatan itu anggota DPR RI komisi 1, Anton sukartono Suroto mengawali paparannya dengan menyampaikan populasi Indonesia meningkat sebesar 2,8 juta orang antara tahun 2021 sampai 2022. Dan jumlah penduduk Indonesia pada Januari 2022 sebesar 277,7 juta dengan kepadatan penduduk tertinggi berada di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten.
Anggota DPR RI dari fraksi Demokrat ini juga menyampaikan Angka kemiskinan yang tinggi di Indonesia dan penyebabnya ditandai oleh berbagai hal. Diantaranya yaitu rendahnya kualitas hidup penduduk, terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan rendahnya butuh layanan kesehatan, gizi anak dan rendahnya mutu layanan pendidikan.
“Kemiskinan dapat menempatkan seseorang pada kondisi kesehatan yang tidak menguntungkan. Beberapa alasan yang dapat menjadi penyebab adalah keterbatasan akses kelompok miskin terhadap perolehan informasi dan layanan kesehatan, rendahnya pengetahuan dan perilaku hidup yang tidak mengindahkan kesehatan. Akibat dari tingkat kesehatan yang rendah adalah kurang gizi dan banyak anak,” ujar Anton sukartono Suroto.
Anton Surotto juga menginformasikan pada tahun 2021 terdapat empat daerah di Jawa Barat yang memiliki jumlah balita gagal tumbuh atau stunting yang cukup tinggi. Empat daerah tersebut adalah Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bogor dan Kota Cimahi.
“Oleh karena itu perlu dilakukan upaya pemetaan kasus stunting hingga level desa. Agar bisa maksimal cakupan layanan penanganannya terutama di Kabupaten Bogor ini. Mari kita bertekad mengurangi angka stunting di Kabupaten Bogor,” ujar Anton Suroto dengan penuh semangat.
Anggota DPR RI dapil Jawa Barat V ini juga mengingatkan bahwa stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas masyarakat Indonesia yang bisa menurun ke generasi berikutnya. Penanganan Stunting harus lebih serius dan lebih optimal khususnya Jawa Barat mengingat akan memasuki bonus demografi.
Dikatakannya juga, jika kita lengah maka kita akan menuju ke arah generasi masa depan kurang baik.
Usia produktif lebih dominan sekitar 60% dan apabila bonus demografi diisi orang-orang kurang berkualitas akibat lemahnya penanganan stunting maka akan membahayakan masa depan bangsa.
“Dengan penanganan kasus stunting dari hulu sampai hilir dengan baik dan konsisten maka harapan target Jawa Barat juara akan dapat tercapai,” pungkas Anton sukartono Suroto.
Pada kesempatan yang sama Ibu pintauli dari BKKBN Jawa Barat menyampaikan strategi percepatan penurunan stunting kepada peserta yang hadir.
Ibu pintauli menjelaskan terlebih dahulu definisi stunting yaitu kekurangan gizi pada balita yang berlangsung lama. pada masa 1000 hari pertama kehidupan sejak kehamilan hingga bayi berusia 2 tahun. Dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak.
“Gejala stunting yaitu postur anak lebih pendek dari anak seusianya, lalu anak tampak lebih muda daripada anak seusianya, kemudian berat badan lebih rendah dibandingkan anak seusianya dan pertumbuhan tulang tertunda,” ujar ibu pintauli.
Ia pun menambahkan penyebab stunting diantaranya yaitu praktek pengasuhan yang tidak baik. Lalu terbatasnya layanan kesehatan termasuk pelayanan ANC (ante natal care), post natal. Dan pembelajaran dini yang berkualitas kemudian kurangnya akses ke makanan bergizi dan terakhir kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi.
” Jangan anggap remeh stunting karena dampaknya pada anak bisa gagal tumbuh (berat lahir rendah, kecil, pendek, kurus). Lalu dampaknya adanya hambatan perkembangan kognitif dan motorik gangguan metabolik pada saat dewasa sehingga menyebabkan risiko penyakit tidak menular (diabetes obesitas stroke penyakit jantung),” ujar Pintauli.
Terakhir Ibu pinta uli mengungkapkan salah satu bentuk intervensi stunting adalah pemberian makanan bergizi seimbang bagi keluarga resiko stunting dengan optimalisasi bahan pangan lokal dalam kegiatan dashat (Dapur sehat atasi stunting).
“Meningkatkan kualitas gizi masyarakat dalam rangka mempercepat upaya penurunan stunting bisa dimulai dari tingkat desa atau kelurahan ujar pintauli.
Sebelum acara selesai pihak panitia mengadakan pembagian door prize yang hadiahnya diberikan oleh Bapak Anton sukartono Suroto serta para panitia membuat Tik tok cegah stunting yang diikuti oleh para peserta.
