siarandepok.com – Pengumuman pembentukan European Super League menjadi kontroversi karena diinisiasi oleh 12 klub antara lain, Juventus, Manchester United, Manchester City, Inter Milan, AC Milan, Liverpool, Chelsea, Arsenal, Tottenham, Real Madrid, Atletico Madrid, dan Barcelona. Tanpa melibatkan UEFA selaku organisasi induk dari sepak bola Eropa. Kompetisi yang menuai kontroversi ini direncanakan akan mulai bergulir pada Agustus 2021 mendatang.
Salah seorang sosok pendiri kompetisi illegal ini merupakan bos besar Juventus, Andrea Agnelli yang juga menjabat sebagai ketua ECA (Asosiasi Klub Eropa). Pertimbangan Agnelli sebagai salah satu penggerak ESL, yakni Juventus membutuhkan lebih banyak dana lebih agar dapat bersaing dengan tim-tim Eropa lainnya.
Berdasarkan daftar peringkat Deloitte Money Football League terbaru, Juventus berada di urutan ke-10 dan disusul Napoli di urutan ke-17 yang merupakan club asal Serie A. berangkat dari Otoritas Sepak Bola Italia yang dinilai kurang mendukung kompetisi lokal berdampak pada pendapatan club, salah satunya Valuesi hak siar Serie A yang tidak meningkat. Stadion yang alakadarnya, kualitas siaran yang tidak bagus, kasus rasialisme, hingga diskriminasi yang dilakukan kelompok ultras tidak mendapat sorotan para pemangku kebijakan terkait.
Anggapan Agnelli terhadap ketergantungan Juventus terhadap Serie A dan UCL menghambat Juve untuk maju sebagai klub kelas dunia yang mampu bersaing dengan klub Eropa lainnya. Namun, selama pengelolaan liga Serie A bobrok tak menampik sangat menghambat laju Juve untuk maju.
Pemberlakuan sanksi yang dikeluarkan UEFA bagi 12 club pendiri ESL termasuk 5 club yang lolos ke babak semifinal UCL dan Liga Europa musim ini. Kebijakan yang diambil UEFA dinilai cukup tegas atas konsuekensi yang dilakukan club-club diatas. Meski latar belakang Agnelli menggagas ESL atas kebutuhan tambahan biaya club, tidak memungkinkan hasil yang cukup banyak dalam sebuah kompetisi yang hanya diikuti oleh 12 club saja.
Penulis: RS
Editor: SF
Komentar