Siaran Depok – Pagi ini logam mulia emas yang diperdagangkan di pasar spot harganya melemah. Pelemahan harga terjadi ketika dolar mengalami penguatan di tengah rontoknya bursa saham global.
Pada Selasa (10/3/2020) harga emas di pasar spot turun 0,68% ke level US$ 1.668,25/troy ons. Harga emas melemah setelah pemerintahan Donald Trump berencana untuk memberikan stimulus fiskal demi meredam dampak wabah corona.
Presiden Trump mengatakan akan mengambil langkah-langkah “utama” untuk meredan dampak virus corona terhadap perekonomian dan akan membahas pemotongan pajak gaji dengan kongres dari partai Republikan Selasa ini, seperti yang diwartakan Reuters.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Presiden A.S. mengumumkan langkah-langkah stimulus fiskal. Itu membebani harga emas saat ini,” kata Michael McCarthy, kepala strategi pasar di CMC Markets. Ia menambahkan bahwa respons fiskal yang signifikan di Amerika Serikat dapat meredakan kekhawatiran investor tentang prospek pertumbuhan ekonomi.
Rencana pemberian stimulus fiskal tersebut membuat dolar kembali terangkat. Hal ini tercermin dari indeks dolar yang kembali menguat 0,5% ada hari ini. Dolar yang menguat membuat harga emas yang dibanderol dalam mata uang tersebut jadi lebih mahal untuk pemegang mata uang lain dan bisa menurunkan selera pembelian emas.
Selain itu, faktor lain yang juga membuat harga emas turun adalah adanya indikasi ambil untung oleh para investor. Aksi profit taking dilakukan untuk mengimbangi kerugian investasi pada aset lain seperti saham.
Maklum, sampai dengan kemarin bursa saham global masih kebakaran. Buktinya tadi pagi tiga indeks bursa saham utama Paman Sam ditutup dengan kebakaran hebat. .
Indeks Dow Jones Industrial harus rela terkapar di zona merah dengan koreksi 7,79%. Indeks S&P 500 dan Nasdaq composite menyusul dengan koreksi masing-masing sebesar 7,59% dan 7,29%. Ini merupakan koreksi harian terdalam sejak Desember 2008.
Beralih ke Eropa, kemarin indeks STOXX 600 ditutup dengan pelemahan yang juga dalam yaitu minus 7,44%. Indeks FTSE MIB (Italia) terkoreksi parah dengan anjlok sebesar 11,17%. Setali tiga uang dengan bursa saham Italia, indeks saham FTSE 100 (Inggris) ambruk 7,69%, DAX (jerman) minus 7,94% dan CAC 40 (Perancis) minus 8,38%.
Pasar saham global masih diwarnai dengan volatilitas yang tinggi karena wabah corona yang semakin merebak luas.
Sebenarnya jumlah kasus infeksi COVID-19 di China (episentrum penyebaran virus) sudah dilaporkan menurun dalam beberapa waktu terakhir. Dalam beberapa hari terakhir jumlah kumulatif kasus infeksi COVID-19 di China tidak beranjak dari angka 80.000 kasus. Seolah episentrumnya bergeser, lonjakan kasus baru justru terjadi di luar China.
“Pada akhir pekan, lonjakan kasus baru banyak terjadi di Italia, Iran, Amerika Serikat (AS), Jerman, Perancis, Spanyol, Jepang dan Mesir. Di AS, jumlah kasus kini mencapai 521. Sementara di Italia korban meninggal bertambah menjadi 366. Beredar kabar bahwa di Filipina , Presiden Rodrigo Duterte sudah setuju untuk memberlakukan keadaan darurat” tulis riset Citi.