“Awalnya saya tinggal di wilayah Beji, kemudian seiring perkembangan saya coba cari tanah yang terjangkau dengan kantong saya, dapatlah saya di sini, lahan ini saya beli tahun itu cuma tiga ribu rupiah, kemudian usaha kerupuk saya berkembang, tanah yang saya beli juga bertambah” lanjutnya.

Lelaki berusia 65 tahun sepertinya memiliki prinsip-prinsip usaha yang dipegang teguh dan keyakinan yang tinggi tentang kesuksesan dalam berusaha, walaupun jatuh bangun menjadi hal biasa bagi bapak pemilik pabrik Kerupuk Udang ini.

“Saya masih setia meneruskan pabrik kerupuk ini, bukan karena keuntungan melimpah, tetapi karena usaha ini punya sejarah yang sangat berarti bagi hidup saya, bisa membesarkan dan mendidik anak-anak saya itu karena kerupuk, bahkan mereka sudah punya usaha masing-masing, Taufik yang paling tua buka Toko Baja, sayang rasanya kalau pabrik kerupuk ditinggalkan” ungkapnya.

Belakangan H. Kusnadi sering diskusi dengan anak-anaknya, adakah yang siap melanjutkan usaha kerupuknya, ia ingin kembali ke Kampung halaman, mengisi hari tua bersama isteri di Ciamis, sambil tetap usaha yang bisa saya lakukan di sana, tapi anak-anak belum memberi jawaban.

Soal pengetahuan dan pengalamannya di dunia perkerupukkan, ia mempersilakan siapa saja yang mau belajar dengan saya, datang ke sini saya kasih semua ilmunya, dari mulai usaha kelas 100 ribu hingga yang 100 juta.

“Saya siap berbagi ilmu kepada siapa saja, tapi harus jelas, yang datang ke sini hanya sekedar ingin tahu atau mau usaha kerupuk sungguhan, jika sungguhan saya siap kapan saja mengajari mereka, apalagi anak-anak muda yang mau usaha, jangan coba-coba usaha kalau tidak ilmunya” Jelasnya.

Pengetahuan, ketekunan dan kepercayaan diri dalam membangun usaha menjadi modal penting, selain modal finansial dan relasi/jaringan