Siarandepok.com – Keluhan warga atas dampak yang ditimbulkan oleh proyek pembangunan Jalan Tol Depok-Antasari (Desari) seakan tidak ada habisnya.
Bila sebelumnya, warga mengeluhkan proyek Tol Desari karena menyebabkan banjir, kali ini, warga RT 03/02 dan RT 04/02 Kelurahan Grogol, Kecamatan Limo, Kota Depok, melayangkan protes akibat dampak kekeringan air.
Lurah Grogol, Danu, mengatakan, pekan depan pihaknya melalui Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Grogol akan melayangkan surat protes kepada pelaksana pembangunan Tol Desari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Surat protes tersebut diajukan untuk meminta solusi dari pihak pengembang atas dampak kekeringan air akibat proyek jalan tol tersebut.
“Kurang lebih ada 40 rumah atau KK (Kepala Keluarga) yang mengalami kekeringan akibat proyek tol itu,” kata Danu kepada wartawan, Jumat (14/6/2019).
Sebagai langkah awal untuk mengurangi beban kekeringan dari dampak pembangunan tol, kata Danu, pihaknya sampai meminta bantuan air bersih kepada PDAM dan dinas terkait.
“Ini kan masih tanggung jawab pengelola tol.”
“Kami meminta itu sebagai solusi agar warga kami tidak terus mengalami kekeringan,” bilangnya.
Ketua RT 04/02 Kelurahan Grogol, Endri, menyampaikan, selama ini proyek pembangunan tol Desari memang sering menyebabkan masalah, mulai dari banjir hingga kekeringan yang terjadi saat ini.
“Warga di sini kekurangan air dampak akibat pembangunan tol Desari tahap II yang membelah RT 04/02 Kelurahan Grogol,” kata Endri.
Warga mengeluhkan lingkungan warga yang berbatasan langsung dengan proyek tol Desari tahap II berdampak kekeringan karena kedalaman pengerukan tanah yang terdampak tol Desari mencapai delapan meter.
“Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekeringan, karena kemarau panjang, dan dampak pembangunan Tol Desari tahap II.”
“Rata-rata warga masih menggunakan air tanah, sehingga sangat dirugikan,” ungkapnya.
Selain dampak kekeringan, warga, kata Endri, juga mengeluhkan jam operasional pekerjaan proyek yang tak kenal waktu, bahkan acap berlangsung hingga tengah malam.
“Warga terganggu karena jam operasional proyek yang tidak menentu, bahkan bisa sampai jam sebelas malam. Warga jadi enggak bisa tidur,” katanya.
