Berawal dari masalah cinta dan komen-komen-an di sosial media, Audrey, seorang remaja SMP dianiaya sama 12 orang siswi SMA, sampai alami luka di bagian vitalnya. Pertanyaannya, kenapa ada orang sebegitu tega menganiaya temannya sendiri, bahkan sesama perempuan?
Kasus bullying ekstrem yang berujung kekerasan yang dialami Audrey ini berhasil bikin banyak orang geram. Sampai muncul petisi #JusticeForAudrey yang ditandatangani sama lebih dari 3 juta orang, menuntut keadilan untuk Audrey. Ramai-ramai netizen juga berkomentar pedas di akun orang-orang yang melukai Audrey.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kasus bullying memang bukan hal baru lagi di Indonesia. Bahkan berdasarkan datanya UNICEF, 8 dari 10 anak di Indonesia mengalami bullying. Ngeri nggak sih?
Annisa Rezy., M.Psi
Psikolog Annisa Rezy., M.Psi mengatakan, bullying ini bisa berdampak sangat besar sama kehidupan seseorang. Mogok sekolah, prestasi akademik menurun, gangguan mental seperti gangguan kecemasan, self esteem rendah, self harm, depresi, psikosomatis, trauma, sampai muncul keinginan untuk bunuh diri adalah beberapa contoh dampak jangka panjang dari bullying. Itu baru perilaku bullying, gimana dengan bullying ekstrem dan kekerasan yang dialami sama Audrey?
Alasan Seseorang Melakukan Bullying
Lebih jauh, psikolog Anissa Rezy, M.Psi menyebutkan pelaku bullying di bawah umur juga biasanya menjadi “korban”. Misalnya pernah menjadi korban bully, atau korban kekerasan dari orang-orang terdekatnya yang menyebabkan mereka punya self esteem yang rendah. Karena mereka punya self esteem yang rendah, inilah yang bikin mereka berusaha untuk menjadi ‘lebih superior’ dengan cara membully orang lain. Ini juga sesuai dengan karakteristik remaja yg cenderung impulsif, emosinya nggak stabil dan seringkali nggak berpikir panjang tentang apa yang dia lakukan,dan dia juga biasanya sangat mudah dipengaruhi teman.
Ada juga riset dari Douglas Gentile dan Brad Bushman dalam Psychology of Popular Media Culture yang menyebutkan ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang anak membully temannya. Di antaranya adalah merasa dimusuhi, kurang perhatian, pernah menjadi korban kekerasan, merasa ‘keren’ setelah berkelahi dan ketagihan melakukannya, dan pengaruh dari paparan media yang menayangkan kekerasan.
Gimana dengan kasusnya Audrey? Bisa jadi mereka juga punya masalah psikologis serius. Sampai tulisan ini dibuat, pihak berwajib masih dalam proses penyidikan. Tapi dari beberapa berita yang tersebar, awal mula penganiayaan ini adalah dari saling sindir masalah cowok di sosial media. hmm…
Jalan Damai? Atau Hukum Tegas?
Pelaku kekerasan tentu wajib untuk mendapatkan hukum yang setimpal dengan perbuatannya, tanpa pandang bulu, termasuk pelaku yang menganiaya Audrey ini. Meskipun pelaku terbilang masih sangat remaja, tapi efek jera perlu diberikan supaya nggak ada lagi Audrey lainnya yang mengalami hal serupa.
Yang bisa kamu lakukan jika kamu melihat benih-benih pembully di sekitar kamu, katakan sama dia untuk berhenti membully. Kalau kamu merasa takut untuk speak up sama orangnya, coba minta bantuan dari orang-orang yang berwenang.
Jika itu teman dekat kamu, coba ajak dia bicara. Di dalam dirinya, mungkin aja dia lagi butuh banyak dukungan emosi yang dia tunjukkan dengan cara yang salah (membully orang lain). Jangan lupa temani dia dan kasih pemahaman ke dia untuk tidak membully orang lain, karena itu bukanlah solusi.
Penulis : Hanna Dwi Fajrini
