Siarandepok.com – Anak generasi milenial mungkin tidak tahu apa ikon dari kota Depok, ini disebabkan karena kini ikon Kota Depok sebagai Kota Belimbing semakin meredup seiring menyusutnya lahan pertanian dan banyaknya perumahan.
Kota Depok terbentuk pada tahun 1999, dengan luas wilayah 20.029 meter persegi dan memiliki enam kecamatan.
Salah satu potensi masyarakat yang tampak berkembang saat itu adalah tanaman belimbing hingga akhirnya Kota Depok ini mendapat julukan sebagai Kota Belimbing. Tapi itu hanyalah cerita dahulu yang diceeitakan oleh Haji Dhani (76), seorang pedagang belimbing di Kota Depok.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Haji Dhani memiliki satu pohon belimbing yang masih berdiri kokoh di samping rumahnya yang berada di Jalan Furqon, Beji, Depok. Tidak hanya pohon belimbing, Dhani banyak menanami berbagai jenis buah di kebunnya.
Ia mengatakan, ketika tahun 1980-an banyak warga di Depok yang menanami pekarangan rumahnya dengan pohon belimbing. Rata-rata dahulu satu rumah memiliki lima hingga sepuluh pohon belimbing di pekarangannya.
“Dulu mah saya punya 10 pohon belimbing di pekarangan rumah, sekarang mah punya satu saja sudah syukur ya,” ucapnya di Jalan Furqon, Beji.
Ia juga mengatakan, dari kebun belimbingnya ia dapat menyekolahkan empat orang anaknya hingga lulus kuliah dari Universitas Indonesia jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA).
Pria paruh baya tersebut berjualan belimbing keliling Margonda untuk mencari pelanggan selama puluhan tahun. Biasanya ia jual dengan kisaran harga Rp 10.000. Dengan keuntungan yang lumayan pada zaman dulu, Dari uang yang dikumpulkan dengan berjualan belimbing, ia dapat membuka usaha sembako.
Tidak hanya menjual belimbing, ia juga menjual buah-buah lainnya yang didapat dari kebunnya.
“Jadi misalnya kalau sekarang kan belimbing lagi belum berbuah, saya jualan pisang atau rambutan. Kalau belimbing lagi pada berbuah pasti jualannya belimbing,” ucap pria ini sambil tersenyum.
Meski usianya tak lagi muda, namun semangat Dhani tak kunjung surut untuk mengais rezeki.
Dengan menjadi pedagang belimbing, ia dapat kenal dengan banyak orang. Baik sesama pedagang, sopir angkot, bahkan mahasiswa yang sering menjadi pelanggannya.
Penulis : Inggiet Yoes
Editor : Muthia Dewi Safira
