Siarandepok.com – Ketika hari libur datang, semua orang akan mencari tempat mana yang bisa disinggahi untuk melaksanaan liburan. Tidak harus ke luar negeri, liburan yang menyenangkan bisa dilakukan di dalam negeri. Banyak destinasi tempat liburan di Indonesia yang menjadi rekomendasi.
Salah satunya adalah Raja Ampat yang terkenal dengan keindahannya seperti surga dunia. Bukan cuma itu di sana juga banyak kuliner yang khas. Tapi sayangnya banyak yang khawatir kalau makanan di sana tidak halal, semua dikarenakan mayoritas penduduknya yang non muslim. Tapi tenang saja, ada beberapa makanan khas Raja Ampat yang halal dan harus dicoba
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Salah satunya adalah papeda. Tampilannya seperti lem kanji yang baru matang karena terbuat dari tepung sagu yang diaduk bersama air mendidih dan air jeruk nipis hingga mengental dan kenyal. Sementara penyajiannya disandingkan dengan lauk ikan kuah kuning. Biasanya menggunakan ikan tongkol, tuna, gabus, cakalang, atau ikan mubara. Kuah kuningnya terbuat dari campuran kunyit, daun bawang, kemangi, sereh, tomat, jeruk nipis, jahe, bawang putih, dan cabai sesuai selera. Papeda bisa di jumpai di Papua.
Selain papeda, sebagian besar penduduk Papua mengenal barapen. barapen terbuat dari daging babi. Tapi orang Walesi, salah satu suku mayoritas muslim di Wamena, mengganti bahan terlarang itu dengan daging ayam. Hingga kini barapen ayam ala Walesi menjadi salah satu makanan paling populer di Papua, termasuk di Raja Ampat.
Lalu di mana bisa mendapatkan makanan halal saat di Raja Ampat? Banyak restoran dan rumah makan menyajikan menu-menu halal dengan citarasa yang tak perlu diragukan d antaranya adalah Rumah Makan Ratu Sayang, M-Grill Resto & Coffee, dan Kitong Papua Resto.
Setiap restoran memiliki menu khasnya masing-masing. M-Grill menyajikan masakan-masakan Eropa-Amerika dan berbagai macam stik. Sedangkan Ratu Sayang dan Kitong Papua mengandalkan aneka ragam olahan seafood dan sup. Kisaran harga menu di restoran-restoran tersebut mulai dari Rp25.000,- hingga Rp100.000,-, tergolong murah untuk rate Papua.
Penulis : Inggiet Yoes
Editor : Muthia Dewi Safira