Oleh: Syamsul Yakin
Wakil Ketua Umum MUI Kota Depok
Seingat saya sejak 1992 saya mulai milir lagi. Tapi bukan jualan kulit ketupat atau palawija. Saya mendatangi kantor sebuah koran di sana, tepatnya di jalan MT Haryono, dekat RS Tebet.
Tulisan pertama saya yang dimuat dalam rubrik cerita anak kala itu adalah “Ikan Emas Kesayangan Teguh”. Tujuan saya milir adalah untuk menerima honor tulisan yang besarnya 12.000 rupiah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kawasan ini beberapa kali saya jambangi dengan menumpang kendaraan umum. Dari Parung Bingung saya naik angkot bayar 100 rupiah sampai terminal Depok disusul naik bus Kopaja Depok Pasar Minggu.
Ongkos Kopaja dari Depok cuma 100 rupiah saja. Di Pasar Minggu saya menunggu bus 38 jurusan Kampung Melayu, ongkosnya juga “cepek”. Jadi bolak balik butuh ongkos 600 perak. Murah.
Murah kalau dibandingkan dengan honor tulisan saya yang 12 ribu. Seingat saya uang itu habis saya buat jajan, beli buku, dan teraktir adik-adik saya yang tentu kala itu masih kecil-kecil. Ini milir versi saya.
(Sumber Photo : Republika)