Siarandepok.com – Bicara angka perangkat yang VAR menyentuh Rp 7 miliar, Exco PSSI juga memahami bahwa jika dibebankan kepada klub, maka angka itu akan terbilang berat. Akan tetapi, jika dibebankan kepada PT LIB, pembiayaan itu juga terasa mustahil mengingat mereka juga masih berutang kepada klub dana distribusi dan hak siar pada dua musim belakangan ini.
”Cuma masalahnya, ternyata penggunaan VAR itu banyak faktor yang menyulitkan kami. Pertama, Indonesia itu klub di Liga 1 lokasi dari satu tempat ke tempat lain berjauhan. Nah, kalau VAR kami bebankan ke klub, itu ‘kan masing-masing tuan rumah harus bersiap membeli perangkatnya. Setelah diketahui, harga perangkat VAR itu lebih dari Rp 7 miliar. Itu yang sesuai regulasi (standar) FIFA, ya” ucap Yoyok.
Melihat situasi itu, Yoyok meminta keputusan terkait penggunaan VAR di Liga 1 untuk dikaji lebih dulu. Ia pun mengusulkan opsi lain jika VAR akhirnya tak mampu direalisasikan yakni dengan membekali wasit alat komunikasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Kalau enggak bisa tahun ini dipersiapkan untuk segera, mungkin putaran kedua kompetisi atau tahun depan. Siapa tahu nanti ada sponsor masuk dan ngasih dana besar jadi bisa beli VAR. Jadi kendalanya itu karena enggak semua mampu beli VAR” kata Yoyok.
”Kami sudah kepengin melontarkan wacana penggunaan alat komunikasi tapi ya bagaimana, masyarakat, pelaku sepak bola kita penginnya VAR. Sekarang VAR harganya sudah tahu, apa sanggup?” ucapnya.
”Ya, setidaknya sekarang arah sepak bola kita menuju penggunaan VAR sudah ada. Ketika ada permintaan dan kami di PSSI merekomendasikan, sudah kami laksanakan. Lalu ketika masalah baru muncul, tentu dicari solusi dulu” tutup Yoyok.
Untuk pengadaan VAR, setidaknya stadion harus memiliki ruangan khusus yang dilengkapi deretan monitor. Tak hanya itu, VAR juga membutuhkan puluhan kamera yang terpasang hampir di setiap sudut stadion.