Menperin: Industri Manufaktur Jadi Daya Ungkit Pertumbuhan Ekonomi

- Reporter

Selasa, 28 Mei 2019 - 12:54

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan industri manufaktur mampu jadi daya ungkit bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu, pemerintah bakal lebih fokus untuk memacu kinerja sektor yang memiliki efek berantai tersebut.

“Bapak Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa ke depan akan semakin mendorong peningkatan investasi di sektor industri, terutama yang berorientasi ekspor dan menjadi substitusi impor. Selain itu juga fokus terhadap pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM),” kata Menperin di Jakarta, Senin (27/5).

Melalui implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0, pemerintah serius merevitalisasi industri manufaktur nasional agar lebih berdaya saing global di era digital. Di era revolusi industri 4.0 saat ini, pemanfaatan teknologi digital menjadi penting guna meningkatkan produktivitas dan kualitas secara efisien serta menghasilkan inovasi produk yang dapat memenuhi pasar domestik maupun ekspor.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Maka itu, pemerintah bertekad untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif serta memberikan kemudahan perizinan usaha serta memfasilitasi pemberian insentif fiskal dan nonfiskal,” ungkap Airlangga. Di samping itu, faktor penting lainnya dalam mendorong aktivitas industrialisasi, yakni menjaga pasokan bahan baku dan ketersediaan energi dengan harga yang kompetitif.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Izzudin Al Farras Adha menyampaikan, pembangunan industri manufaktur merupakan upaya utama yang perlu dikerjakan oleh Presiden Joko Widodo untuk periode keduanya. “Sebab, industri manufaktur sebagai sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar dapat mendorong konsumsi masyarakat sehingga mampu menggenjot pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.

Menurut Izzudin, industri manufaktur khususnya yang menjadi keunggulan komparatif Indonesia, diharapkan dapat memberikan nilai tambah yang optimal bagi komoditas-komoditas unggulan sehingga tidak mengekspor bahan mentah begitu saja. Langah ini dapat pula meningkatkan ekspor sehingga mampu menekan defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan Indonesia.

“Massifnya pembangunan infrastruktur beberapa tahun terakhir, perbaikan reformasi birokrasi yang terus dilaksanakan, serta upaya menekan korupsi dari tingkat pusat maupun daerah merupakan tiga faktor utama pendorong kemajuan bisnis dan industri di Indonesia. Idealnya, industri manufaktur dalam waktu lima tahun mendatang dapat meningkat karena ketiga faktor tersebut perlahan-lahan terus dibenahi,” paparnya.

Di samping itu, diiringi dengan political will dari pemerintah untuk mendorong industri manufaktur melalui pemberian insentif kebijakan yang mendukung industri dalam negeri, Izzudin optimistis perekonomian Indonesia di masa yang akan datang tidak lagi mengalami gonjang-ganjing karena faktor-faktor eksternal.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), industri pengolahan masih memberikan kontribusi terbesar kepada struktur produk domestik bruto (PDB) nasional hingga 20,07 persen pada triwulan I tahun 2019. Jumlah tersebut naik dibanding capaian sepanjang tahun 2018 sebesar 19,86 persen.

Merujuk data World Bank, rata-rata kontribuisi sektor manufaktur terhadap perekonomian di negara-negara industri di duniarata-rata sekitar 17 persen. Namun, lima negara yang industrinya mampu menyumbang di atas rata-rata, salah satunya adalah Indonesia, dengan mencapai 20,2 persen. Sedangkan 4 negara lainnya adalah China (28,8%), Korea Selatan (27%), Jepang (21%), dan Jerman (20,6%).

Tumbuh di atas ekonomi

Menperin juga menyebutkan, sejumlah industri manufaktur mampu berkinerja di atas pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan I tahun 2019. Pertumbuhan ekonomi nasional di periode tiga bulan tahun ini sebesar 5,07 persen.

“Sektor manufaktur yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah industri tekstil dan pakaian jadi sebesar 18,98 persen,” ungkapnya. Kemudian, disusul industri pengolahan tembakau yang tumbuh hingga 16,10 persen, kemudian industri furnitur tumbuh 12,89 persen serta industri kimia, farmasi dan obat tradisional yang tumbuh 11,53 persen.

Kinerja positif juga diikuti oleh industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media rekaman yang mengalami pertumbuhan 9,22 persen, industri logam dasar tumbuh 8,59 persen, serta industri makanan dan minuman tumbuh 6,77 persen.

“Sebagian besar industri-industri tersebut adalah yang sedang mendapat prioritas pengembangan sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0. Sektor ini yang memiliki dampak ekonomi besar dan kriteria kelayakan implementasi industri 4.0, serta dilihat dari kontribusi terhadap PDB, perdagangan, potensi dampak terhadap industri lain, besaran investasi dan kecepatan penetrasi pasar,” paparnya.

Bahkan, Airlangga menyampaikan, industri manufaktur merupakan sektor yang menyumbang cukup signfikan bagi total investasi di Indonesia. Pada triwulan I tahun 2019, industri pengolahan nonmigas berkontribusi sebesar 18,5% atau Rp16,1 triliun terhadap realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN).

Adapun tiga sektor yang menunjang paling besar pada total PMDN tersebut di tiga bulan awal tahun ini, yakni industri makanan yang menggelontorkan dana mencapai Rp7,1 triliun, disusul industri logam dasar Rp2,6 triliun dan industri pengolahan tembakau Rp1,2 triliun.

Selanjutnya, industri manufaktur juga menyetor hingga 26% atau USD1,9 miliar terhadap realisasi penanaman modal asing (PMA). Tiga sektor yang menopangnya, yaitu industri logam dasar sebesar USD593 juta, diikuti industri makanan USD376 juta serta industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia USD217 juta.

Meskipun neraca perdagangan secara nasional mengalami defisit pada triwulan I-2019, beberapa sektor industri masih menghasilkan neraca perdagangan yang positif, di antaranya industri makanan dan minuman dengan ekspor sebesar USD6,4 miliar dan impor sekitar USD2,38 miliar, kemudian industri tekstil dan pakaian jadi dengan nilai ekspor sebesar USD3,38 miliar dan impor sekitar USD2,03 miliar.

“Pemerintah terus berupaya memperluas pasar ekspor dengan percepatan penyelesaian kerja sama perdagangan dengan negara-negara mitra serta meningkatkan ekspor ke negara-negara non-tradisional. Selain itu, pemerintah mendorong penumbuhan industri antara, agar dapat mengurangi ketergantungan impor,” pungkasnya.

<

Berita Terkait

KUA Cipayung Kota Depok Gelar Tadarus Bareng Ibu-Ibu Majlis Ta’lim
Angkutan Lebaran 2024 Masih Cukup Tersedia, KAI Daop 1 Jakarta Tambah 344 Perjalanan KA dari Stasiun Gambir dan Pasar Senen
Rumah Hijabers | Supplier Baju Muslim & Muslimah Anak & Dewasa di Kota Depok
5 Menu Yang Biasa Nabi Muhammad Makan Untuk Sahur Dan Berbuka Puasa
Kue Kering Lebaran 2024 Cookies Bomboloni, Belum Ada Yang Bikin
Takjil Bulan Puasa Yang Harus Di Coba
Agar Puasa Tidak Sia-sia, Ini yang Perlu diketahui dari Yang Membatalkan Puasa dan Pahala Puasa
Agar Puasa Ramadhan Lebih Afdhol Ketahui Dulu Syarat Wajib, Syarat Sah,& Rukun Puasa

Berita Terkait

Kamis, 28 Maret 2024 - 13:56

Ketupat Makanan Khas Di Indonesia saat Lebaran, berikut Makna ketupat Lebaran dan cara membuatnya

Kamis, 28 Maret 2024 - 13:52

Dai-Daiyah Muda NU Trenggalek Antusias Ikuti Literasi Digital LD PBNU

Kamis, 28 Maret 2024 - 13:46

Tidak Sanggup Ibadah yang berat ? berikut 5 Amalan Ringan Bulan Ramadhan yang Berpahala Sangat Besar

Rabu, 27 Maret 2024 - 14:15

Bekap Vietnam 3-0, Level Timnas Naik setingkat Asia dan bersiap menuju World cup 2026

Rabu, 27 Maret 2024 - 14:12

Tips Membuat Ebatan, Kuliner Khas Lombok yang Cocok Dicicipi Saat Berbuka Puasa

Rabu, 27 Maret 2024 - 12:18

Fajar Supriadi Gojlok 5957 Kader dan Penyuluh KB dari 627 Kecamatan se-Jawa Barat tentang Pengisian KKA

Rabu, 27 Maret 2024 - 12:05

Usung Green Ramadhan, Zona Madina Dompet Dhuafa Ajak UMKM dan Masyarakat Pilah Sampah Melalui Pasar Berdaya Ramadhan al-Madinah

Selasa, 26 Maret 2024 - 14:33

Masuki Edisi ke 4, Komisi X LD PBNU gelar Literasi Digital Guna Rajut Ukhuwah di Era Digital

Berita Terbaru