Siarandepok.com – Menurut Husniah Rubiana Thamrin Akib, dari BPOM, “Merkuri sangat berbahaya karena termasuk logam berat. Sekecil apapun jumlah merkuri yang masuk ke dalam tubuh, maka akan menjadi racun.” Apabila dioleskan dan diserap kulit, ia akan masuk ke dalam peredaran darah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Efek samping yang dialami dan langsung bisa ditangkap mata adalah perubahan warna kulit yang memerah, bintik hitam, iritasi, bahkan kerusakan permanen susunan kulit, saraf, otak, ginjal dan gangguan perkembangan janin. Efek jangka panjang dari merkuri adalah rusaknya ginjal dan menyebabkan kanker.
Ciri-Ciri Adanya Merkuri Dalam Kosmetik
Selain dengan pemeriksaan laboratorium, untuk mengetahui kadar merkuri di dalam suatu krim sebenarnya bisa diamati dengan mata. Inilah ciri-ciri kosmetik yang mengandung merkuri.
- Krim pada umumnya lengket.
- Sebagian lagi ada yang mencampurkan merkuri dengan bedak dingin (Bedak jerawat), agar tampak lebih encer.
- Krim pada umumnya tidak Homogen (Tidak menyatu & kasar), bila didiamkan minyak akan terpisah dengan bagian padat.
- Bau logam merkuri tercium atau sebagian menggunakan parfum menyengat untuk menghilangkan bau logam merkuri tersebut.
- Warna umumnya sangat mencolok, karena tidak menggunakan bahan pewarna untuk kosmetik, umumnya menggunakan bahan pewarna tekstil (Cap kupu-kupu) warna kuning dan warna krim putihnya pearly (Mengkilat seperti mutiara).
- Bila diusapkan pada kulit lengan terasa panas dan gatal.
- Pada pemakaian awal menyebabkan iritasi pada kulit dan kemerahan bila terkena sinar matahari.
- Kulit dapat berubah putih dalam waktu singkat (Kurang dari dua minggu, tergantung kadar kandungan merkuri). Semakin tinggi kandungan merkuri, semakin cepat pula memberikan warna putih pada
- Tidak timbul jerawat sama sekali. Hal ini disebabkan lapisan kulit epidermis kita telah rusak, kulit sudah tidak mengandung protein dan melanin yang berfungsi untuk melindungi radiasi paparan matahari, sehingga kuman tidak akan menyukai kulit yang telah tercemar merkuri termasuk nyamuk sekalipun.
- Jerawat dalam keadaan normal berfungsi sebagai indikator tingkat kandungan protein di dalam kulit, hal ini juga untuk mengontrol perawatan kulit wajah. Bila Anda lupa untuk menjaga kebersihan wajah, umumnya jerawat akan timbul. Namun, pada merkuri hal ini tidak terjadi lagi karena struktur protein kulitnya telah berubah dan menjadi rusak.
- Pori-pori tampak mengecil dan halus, disebabkan lapisan kulit terluar wajah kita semakin tipis dan tergerus oleh logam merkuri. Untuk mengujinya, Anda bisa mencobanya pada sinar matahari. Jika kulit terasa terbakar, gatal disertai kemerahan, hal ini dikarenakan kulit wajah sudah tidak mendapat perlindungan dari melanin yang berfungsi melindungi wajah kita dari radiasi matahari. Pada produk yang benar, pemakaian siang hari selalu menggunakan pelindung SPF sehingga pada siang hari Anda tidak akan mengalami iritasi kulit.
- Bila Anda telah tercemar merkuri dan pemakaian dihentikan, maka akan timbul jerawat kecil disertai rasa gatal. Kemudian timbul bintik-bintik hitam di bawah kulit sebagian ataupun merata di wajah.
- Warna putih pada kulit wajah lama-kelamaan akan berubah menjadi abu-abu, lalu selanjutnya kehitaman.
Cara Sederhana tes Penampakan Warna Krim Kosmetik
- Ambil kertas putih HVS.
- Oleskan krim di atas kertas.
- Setrika krim tersebut dengan suhu hangat.
- Setrika dengan gerakan memutar sampai kertas benar benar kering.
Apabila krim tidak terdapat warna hitam di atas kertas, berarti krim yang Anda pakai terbebas dari merkuri. Tapi apabila terlihat hitam, itu merupakan krim yang mengandung merkuri.
Gejala
Krim merkuri juga dapat diidentifikasi dari gejala keracunan metabolisme tubuh, dengan gejala sebagai berikut:
- pusing;
- diorientasi ruang;
- mual-mual;
- tremor (gemetar);
- susah tidur;
- gangguan penglihatan;
- gangguan emosi;
- depresi;
- lupa (pikun);
- menyebabkan kanker kulit atau kerusakan jaringan tubuh; dan
- menghambat pertumbuhan, menyebabkan cacat, serta kematian pada janin.
Lebih baik memilih cara cantik alami dan aman, bukan instan yang justru bisa mengancam nyawa Anda.
Penulis: Syalika Alamanda
Editor: Sabar P