Siarandepok.com – Beberapa hari setelah terjadinya gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat, aksi social ditunjukkan oleh banyak lembaga dan komunitas di Indonesia, khususnya dari Kota Depok di mana banyak kalangan membantu gempa yang terjadi di Lombok. Salah satu komunitasnya yaitu Depok Creative Women (DE’CW), yang menggalang dana dan memberikan bantuan bagi para korban gempa di Lombok.
Awalnya memang tak mudah mengumpulkan donasi yang dikumpulkan bagi korban gempa Lombok. Namun, berkat kekompakan anggota yang ada di komunitas tersebut, akhirnya penggalangan bantuan dana terlaksana juga. Hanya dalam waktu beberapa hari saja dana yang terkumpul cukup banyak, ditambah lagi bantuan pakaian layak pakai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Seluruh bantuan dari DE’CW ini disalurkan melalui seorang relawan bernama Ani Nurhayati. Dilansir dari radardepok.com, Ani menyebutkan bantuan yang terkumpul langsung diserahkan kepada para pengungsi.
Komunitas ini juga menyalurkan bantuan berupa beras, tikar, selimut, mukena, dan sarung. Sementara untuk lokasi yang disinggahi mulai dari Desa Sembalun dan Wadon. Kondisi di daerah tersebut cukup memprihatinkan, banyak rumah yang hancur dan rata dengan tanah.
Penyembuhan dampak gempa memang membutuhkan waktu yang lama.Bagaimana tidak, gempa bumi terjadi secara tiba-tiba. Kondisi itu menimbulkan rasa takut dan cemas. Namun, bagi komunitas DE’CW diharapkan nantinya warga atau anak-anak yang mengikuti pemulihan, pelan-pelan mulai melupakan dampaknya.
Nani berharap, masyarakat di Kota Depok bias bergabung dengan komunitasnya guna memberikan bantuan ke Lombok. Ia pun mengajak bagi siapapun untuk menyisihkan rezekinya, yang akan diberikan kepada korban gempa di Lombok melalui DE’CW.
“Batas donasi kami tunggu paling lambat Rabu 29 Agustus 2018. Silakan salurkan donasi melalui rekening Bank Mandiri dengan nomor 157 000 546 8393 atas nama Ina Dikarina,” terang Nani.
Trauma healing yang disiapkan nantinya bukan hanya menangani anak-anak saja melainkan orang dewasa juga. Namun, penyembuhan trauma atas orang dewasa berbeda dengan anak-anak. Jika anak lebih banyak bermain, orang dewasa lebih banyak upaya menenangkan diri. Misalnya, melalui doa, mengaji, atau salat.
“Kami sih rencananya menyiapkan pendongeng buat anak-anak. Semoga saja segera pulih, jangan ada lagi efek trauma melanda. Dan berharap tidak ada lagi gempa,”pungkasnya.
Penulis: Ryan
Editor: Sabar P